Takut Dirugikan oleh Program “Kemakmuran Bersama” Xi Jinping, Transaksi Dana di Bank Gelap Tiongkok Melambung Tinggi

oleh Luo Tingting

Pemerintahan Xi Jinping yang gencar mempromosikan program “kemakmuran bersama” di era perekonomian yang sedang resesi membuat panik warga kelas kaya dan menengah Tiongkok. Karena itu mereka kian terdesak untuk sebisa mungkin mengalihkan kekayaan mereka ke luar negeri untuk diselamatkan. Dengan demikian, penyalur dana ilegal, yakni bank-bank gelap di Tiongkok belakangan ini menunjukkan bisnisnya melambung tinggi.

Pada 14 Oktober, The Epoch Times melaporkan bahwa bank gelap yang mampu menyalurkan dana ke luar negeri ada di berbagai provinsi Tiongkok. Bank gelap atau ilegal terutama yang berada di dekat Hongkong dan Macau bahkan bisnisnya berkembang cukup baik. Sampai-sampai informasinya dapat kita temukan melalui WeChat, Baidu, Taobao, Facebook dan platform “X”.

Bila warga sipil Tiongkok yang perlu menukarkan mata uang renminbinya dengan uang asing, penerima dana di luar negeri dapat dengan cepat menerima mata uang asing selama pengirim telah mentransfer jumlah RMB yang disepakati ke rekening bank di Tiongkok yang ditunjuk. Jika ingin mengkonversi mata uang asing ke RMB, yang bersangkutan tinggal mentransfer jumlah mata uang asing yang telah disepakati ke rekening bank asing yang ditunjuk, jadi penerima dapat mengambil uang RMB tersebut di Tiongkok. Metode ini dapat menghindari prosedur rumit dan biaya tinggi yang diberlakukan di bank resmi sehingga lebih diminati masyarakat.

“Warga sipil di Guangdong, Fujian termasuk tempat-tempat seperti Nanjing, tidak ada hambatan untuk mengalihkan dananya ke luar negeri lewat bank ilegal di sana. Asal Anda mau memasang telinga, tidak sulit untuk mendapatkan informasinya”, kata seorang WN Thailand etnis Tionghoa bermarga Lin kepada Epoch Times. Ada orang yang setiap harinya mentransfer dana RMB. 50.000,- hingga RMB. 100.000,- lewat bank ilegal hingga jumlah totalnya mencapai jutaan renminbi. Dan, dana yang ditransfer itu sudah masuk ke dalam rekening yang dituju dalam beberapa menit saja.

Reporter Epoch Times berhasil menghubungi sebuah bank ilegal lewat sambungan telepon. Penerima telepon mengatakan bahwa hal yang perlu kita lakukan hanya mentransfer jumlah dana renminbi ke rekening bank di Tiongkok yang ditunjuk, maka mata uang asing dapat langsung dimasukkan ke dalam rekening penerima di luar negeri yang kita kehendaki. Nilai tukar dihitung sesuai dengan standar bank ilegal yang ditawarkan pada hari itu, dan pengirim akan dikenakan biaya administrasi oleh bank.

Laporan 2019 dari Badan Kejahatan Nasional Inggris (NCA) menunjukkan bahwa banyak pelajar Tiongkok di Inggris yang direkrut oleh bank ilegal untuk keperluan pencucian uang dengan membuka rekening di bank-bank Inggris. Salah satu investigasi menemukan bahwa lebih dari 100 orang pelajar telah menyetor uang tunai lebih dari GBP. 100 juta (setara RMB. 886 juta) ke 14.000 lebih rekening di bank Inggris dalam 12 bulan.

Pengacara Liang Shaohua, mantan kepala perusahaan manajemen aset di Tiongkok mengatakan kepada The Epoch Times, bahwa modal seharusnya dibiarkan mengalir secara bebas, apalagi belajar di luar negeri dan perlu membeli rumah, itu adalah kebutuhan yang wajar. Namun, karena saluran pertukaran uang resmi di Tiongkok ditutup, maka bank ilegal bercokolan di mana-mana.

“Saat ini, banyak warga sipil Tiongkok ingin mentransfer aset mereka ke luar negeri melalui bank gelap. Memang dana yang ditransfer dari masyarakat kelas menengah jumlahnya relatif kecil, mulai dari ratusan ribu dolar hingga jutaan dolar,” kata Liang Shaohua. 

“Dana transfer yang berjumlah besar biasanya datang dari perusahaan-perusahaan pejabat, misalnya perusahaan senjata China Poly Group, termasuk perusahaan penanaman modal di luar negeri seperti perusahaan yang menangani proyek One Belt One Road. Mereka ini jauh lebih mudah mentransferkan dananya, bahkan pejabat di regulator pun enggan melakukan pemeriksaan”.

Liang Shaohua juga pernah bertugas di bidang anti pencucian uang di Tiongkok. Dia mengatakan bahwa ketika orang yang berkuasa perlu mengeluarkan sejumlah besar dana, dia bisa melakukannya serangkaian rekayasa melalui jalur hukum seperti investasi di bidang infrastruktur dan kereta api di proyek One Belt One Road. Nominal investasinya secara hukum dibuat sebesar 100 juta, padahal dana untuk kebutuhan investasi hanya berjumlah 70 juta. Jadi 30 juta miliknya bisa ikut keluar dari Tiongkok dengan cara “membonceng”.

Ia mengatakan, perusahaan besar bisa jadi memiliki transaksi dagang hingga ratusan juta dalam setahun. Jadi mentransfer dana puluhan juta dalam sekali transaksi mungkin saja tidak terlalu menarik perhatian pihak berwenang, apalagi kalau bisa main sogok.

Meng Jun, seorang pengusaha kaya Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat mengatakan kepada The Epoch Times, bahwa bank ilegal sudah mulai aktif sejak 2000. Pada 2010, skala transaksinya sudah mencapai lebih dari satu triliun yuan, dan mencapai puncaknya pada 2015. Meng Jun mengatakan bahwa situasi ekonomi Tiongkok terus memburuk, harga saham dan real estate di pasar anjlok. Banyak orang kaya yang mati-matian menjual rumah mereka di kota-kota lapis pertama seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou dan Shenzhen, dan kemudian mentransfer kekayaan mereka ke luar negeri.

“Saya punya beberapa teman di Amerika Serikat dan Kanada yang mentransfer dana dari Tiongkok dengan cara membeli rumah. Setiap properti berharga sekitar USD. 2 juta hingga USD. 5 juta. Mereka bertransaksi dengan menggunakan RMB. Pembeli tinggal membayar dengan RMB di Tiongkok untuk memiliki properti yang berada di Amerika Serikat. Terutama sejak tahun 2021, banyak orang berduit Tiongkok menggunakan cara ini untuk mentransfer dananya dalam jumlah yang besar.”

Meng Jun mengatakan bahwa semua orang kaya Tiongkok berusaha hengkang dari Tiongkok. Para elit Tiongkok pada dasarnya sudah mengantongi identitas luar negeri. Memang benar, tidak mudah untuk bermigrasi ke AS melalui jalur investasi, tetapi jalur ke Kanada, Singapura, dan Thailand masih terbuka. Pokoknya banyak saluran yang bisa ditempuh.

Mr. Lin, WN Thailand etnis Tionghoa mengatakan bahwa kini semakin banyak orang kaya Tiongkok yang membeli rumah di Thailand. Beberapa hari yang lalu, sepasang suami istri dari Tiongkok datang ke Thailand. Mereka terlihat berpendidikan tinggi dan sangat sopan. Mereka menyampaikan keinginan untuk membeli rumah di Thailand dengan keluhan bahwa hidup di Tiongkok saat ini sudah sangat sulit, jadi mereka ingin membeli rumah kemudian memindahkan anak-anaknya terlebih dahulu agar seluruh keluarganya kelak dapat tinggal secara permanen di Thailand.

Pengacara Liang Shaohua mengatakan bahwa kini roda perekonomian Tiongkok berhenti berputar, pasar real estat ambruk, dan investasi juga macet. Menghadapi rezim komunis Tiongkok yang semakin meningkatkan tekanan, semua orang berada dalam bahaya. Pejabat seenaknya menuduh orang bersalah lalu menangkapnya, banyak perusahaan swasta yang ditangkap oknum untuk pemerasan. Kelas menengah terkena dampak yang tidak kecil. Mereka semua tidak percaya lagi terhadap negara dan ingin berimigrasi ke luar negeri.

“Dalam dua tahun terakhir, ada banyak warga sipil yang datang ke Amerika Serikat melalui jalur ilegal. Ada konsensus di antara semua orang itu bahwa kekuasaan Partai Komunis Tiongkok pasti runtuh dalam waktu tidak lama lagi, meskipun tidak tahu kapan. “Orang-orang yang saya kenal datang ke Amerika melalui jalur ilegal itu belum tentu tidak berduit, beberapa orang kelas menengah, bahkan profesor universitas pun menempuh jalur ini untuk datang ke Amerika Serikat,” kata Liang Shaohua.

Untuk mencegah pelarian modal, otoritas Tiongkok meningkatkan kontrol devisa. Pada bulan Agustus tahun ini, Administrasi Devisa Negara Tiongkok melaporkan 10 kasus yang disebut sebagai “pelanggaran transaksi valuta asing”. Pada bulan yang sama, polisi Shanghai menangkap He Mei, penanggung jawab perusahaan perantara terbesar di Tiongkok “Wailian Group” yang menangani urusan imigrasi warga negara, dan menuduhnya melakukan pembelian dan penjualan valuta asing secara ilegal.

Pada Oktober, untuk pertama kalinya otoritas Partai Komunis Tiongkok mengeluarkan pemberitahuan yang melarang perusahaan sekuritas domestik dan cabang-cabangnya di luar negeri untuk menarik pelanggan baru dari daratan Tiongkok untuk melakukan perdagangan luar negeri, karena khawatir para investor memanfaatkan kesempatan ini untuk menghindar dari kontrol valuta asing Tiongkok.

Liang Shaohua mengibaratkan upaya PKT dalam mencegah pelarian modal sebagai upaya seseorang yang menggunakan corong untuk memperkecil aliran air bah. “Mana mungkin, bagaimana ia mampu melakukannya karena begitu banyak orang yang berkepentingan dan begitu besar dana yang terlibat.” (sin)