Ungkapan Pejabat PKT : Inisiatif OBOR Sudah Layu Sebelum Berkembang

NTD

Ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengadakan forum pertemuan puncak Inisiatif One Belt One Road (OBOR), seorang pejabat PKT secara tak disangka-sangka telah mengungkapkan bahwa OBOR sudah tinggal nama setelah menerima pukulan ganda berupa dampak ekonomi dunia akibat pandemi COVID-19, dan merosotnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok. “OBOR sudah layu sebelum berkembang”.

Forum KTT Kerja Sama Internasional “One Belt One Road” kembali diadakan di Beijing pada 17 dan 18 Oktober 2023, setelah kedua forum sebelumnya yang diadakan pada tahun 2017 dan 2019. Xi Jinping akan hadir dan menyampaikan pidato utama.

Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa pada saat forum tersebut berlangsung, proyek-proyek yang diprakarsai oleh Xi Jinping justru sedang menghadapi masa depan yang tidak pasti. Dan Center for Green Finance and Development (Pusat Pembiayaan dan Pembangunan Ramah Lingkungan), yang merupakan sebuah wadah pemikir, juga memperkirakan bahwa inisiatif gagasan Xi Jinping yang menyerap pendanaan Tiongkok sebesar USD. 1 triliun selama 1 dekade ini sudah mengalami pelambatan dalam beberapa tahun terakhir karena sejumlah faktor.

Seorang pejabat Partai Komunis Tiongkok yang meminta namanya tidak disebutkan karena sensitif informasinya mengatakan, bahwa karena dampak ganda dari epidemi COVID-19 dan masalah ekonomi Tiongkok, inisiatif OBOR sudah tinggal nama. Beijing berharap melalui KTT peringatan 10 tahun OBOR ini bisa menghidupkan lagi proyek tersebut sehingga pertumbuhan ekonomi terangkat.

Seorang pejabat senior AS yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa Inisiatif OBOR sudah berada dalam kondisi sangat serius. Dana yang dimiliki Beijing untuk memberikan pinjaman kepada negara peserta proyek OBOR sudah jauh berkurang, sementara tekanan untuk menagih kembali pinjaman yang belum dibayar semakin meningkat.

Aktivitas Tiongkok secara keseluruhan di negara-negara peserta proyek OBOR telah menurun sekitar 40% dari puncaknya pada 2018. Menurut laporan tersebut, Beijing menghadapi tuduhan sebagai peminjam yang tidak bertanggung jawab karena meninggalkan negara-negara peserta dengan utang yang tidak dapat dibayar kembali.

Italia adalah satu-satunya negara G7 yang menandatangani Inisiatif OBOR, namun ia berencana mengakhiri keikutsertaannya pada akhir tahun ini.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Keuangan dan Pembangunan Ramah Lingkungan Universitas Fudan yang berbasis di Shanghai menunjukkan, bahwa ketika negara-negara seperti Ethiopia, Sri Lanka, dan Pakistan terjerumus ke dalam krisis utang setelah bergabung dengan OBOR, pendanaan tahunan Tiongkok untuk Inisiatif OBOR pada tahun pertama epidemi sudah turun menjadi USD. 63,7 miliar. Sedangkan jumlah rata-rata investasi dalam Inisiatif OBOR pada paruh pertama tahun ini kembali mengalami penurunan sebesar 48% dari puncaknya pada tahun 2018, menjadi hanya sekitar USD. 392 juta.

Sebuah laporan penelitian yang dirilis pada September 2021 oleh Aid Data Research Laboratory (AidData) dari College of William and Mary di Amerika Serikat menunjukkan bahwa Inisiatif OBOR telah membuat puluhan negara peserta berpendapatan rendah dan menengah terbeban oleh bantuan keuangan semu berjumlah total USD. 385 miliar. Selain itu, eksposur utang dari 40 lebih negara peserta ke Beijing telah mencapai lebih dari 10% PDB mereka.

Profesor Feng Chongyi dari Universitas Teknologi di Sydney, Australia mengatakan kepada The Epoch Times pada 16 Oktober, bahwa hanya Italia negara besar yang ikut bergabung dengan OBOR, tetapi ia sudah menarik diri. Ini berarti tidak ada lagi negara maju maupun negara demokratis yang mau berpartisipasi di OBOR. PKT awalnya ingin menjadikan OBOR sebagai proyek berskala dunia, tetapi sekarang proyek tersebut terpaksa diturunkan peringkatnya menjadi proyek yang mencakup negara-negara berkembang. Meskipun negara berkembang juga memiliki segudang masalah yang perlu dihadapi.

Feng Chongyi mengungkapkan bahwa Inisiatif OBOR adalah proyek penyelamatan muka Xi Jinping. Dia telah menghabiskan banyak dana dan pikiran untuk mengembangkannya, tetapi sekarang terbengkalai dan telah mendapat serangan bertubi-tubi. Oleh karena itu, dia bersikeras menyelenggarakan forum ke-3, dan mengundang sebanyak mungkin peserta untuk membuktikan baik kepada negara maupun dunia bahwa gagasannya ini bisa sukses. (sin)