Guru TK di Tiongkok Memaksa Seorang Siswa untuk Memakan Kembali Makanan yang Dia Muntahkan

Etindonesia. Seorang guru taman kanak-kanak di Tiongkok mendapat kecaman setelah dia ketahuan mencekoki paksa seorang anak dengan makanan yang telah dia muntahkan.

Menurut South China Morning Post, insiden itu terjadi pada 15 September lalu.

Anak laki-laki tersebut, yang saat berangkat sekolah mengenakan pakaian baru untuk ulang tahunnya yang keenam, pulang dari sekolah dengan pakaiannya yang kotor, kata ayah anak laki-laki tersebut, yang bermarga Zhang, kepada media Tiongkok.

Meskipun orangtuanya tidak terlalu memikirkan hal itu, anak laki-laki itu kemudian memberi tahu neneknya bahwa gurunya memaksanya untuk makan lebih banyak setelah dia selesai makan siang.

Guru memaksa anak tersebut untuk menghabiskan beberapa potong labu. Karena sudah kenyang, dan tidak dapat menelan lebih banyak makanan lagi, anak laki-laki itu muntah ke dalam mangkuk.

“Guru mengeluarkan muntahannya dan memasukkannya kembali ke mulut anak saya,” kata Zhang.

Rekaman CCTV yang dibagikan secara online oleh orangtua anak laki-laki tersebut menunjukkan guru tersebut memegangi kepala anak tersebut ke belakang sambil memasukkan makanan yang sudah dimuntahkan ke dalam mulutnya.

Menganggap tindakan guru tersebut sebagai pelecehan anak, Zhang dan istrinya melaporkan kejadian tersebut ke sekolah putra mereka. Mereka juga beberapa kali meminta untuk melihat rekaman CCTV, namun baru bisa melihatnya setelah polisi turun tangan.

Setelah melakukan penyelidikan, biro pendidikan setempat mengeluarkan pernyataan pada 13 Oktober yang mengkonfirmasi insiden tersebut.

Biro mengatakan tindakan guru tersebut tidak pantas, dan memerintahkan guru dan kepala taman kanak-kanak untuk meminta maaf kepada anak tersebut dan orangtuanya.

Pihak berwenang juga memerintahkan pemecatan guru tersebut, dan sejak itu menurunkan peringkat taman kanak-kanak yang terlibat.

Selain menindak pihak taman kanak-kanak, dinas pendidikan menyatakan akan melakukan investigasi khusus di sekolah-sekolah sepanjang pengalihan perhatian untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. (yn)

Sumber: asiaone