Kementerian Pertahanan AS Memperingatkan : Tiongkok Sedang Memperbesar Persediaan Senjata Nuklirnya

oleh Meng Xinqi dan Chang Chun 

Kementerian Pertahanan AS pada 19 Oktober merilis “Laporan Kekuatan Militer Tiongkok Tahun 2023” (China Military Power Report. CMPR) yang memperingatkan, bahwa Partai Komunis Tiongkok sedang mempercepat perluasan senjata nuklirnya, dan meningkatkan tekanan diplomatik, politik dan militer terhadap Taiwan. 

“Laporan Kekuatan Militer Tiongkok Tahun 2023” menyebutkan bahwa tercatat hingga Mei tahun ini, PKT diperkirakan telah memiliki lebih dari 500 buah hulu ledak nuklir, lebih tinggi dari perkiraan pada 2021 yang berjumlah 400-an dan juga melebihi ekspektasi sebelumnya.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa hingga 2030 nanti, Partai Komunis Tiongkok mungkin sudah memiliki lebih dari 1.000 unit hulu ledak nuklir.

Laporan juga menyinggung soal Beijing yang saat ini mungkin sedang mengembangkan sistem rudal antarbenua yang menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat.

Mark, pembawa acara saluran militer “Mark Space” mengatakan : “Percepatan pengembangan senjata nuklir sudah dijadikan sebagai strategi mapan oleh Xi Jinping. Hal itu terutama disebabkan oleh Xi Jinping yang ingin bersaing dengan Amerika Serikat untuk mendapatkan hegemoni. Sebenarnya senjata nuklir sulit digunakan dalam perang, tetapi masih ampuh sebagai kekuatan pencegah yang oleh mereka akan terus dikembangkan. Ditinjau dari level kemampuan PKT saat ini, skala senjata nuklirnya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet”.

CMPR juga menyebutkan bahwa Angkatan Laut Tiongkok memiliki lebih dari 370 unit kapal perang dan kapal selam, melebihi tahun lalu yang berjumlah 340 unit.

Su Tzu-yun Ph.D, Direktur Institut Strategi dan Sumber Daya Pertahanan di Akademi Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan : “Sejak era Trump, kami telah memperhatikan bahwa Partai Komunis Tiongkok sudah mulai mengembangkan senjata nuklir generasi baru. Yang pertama tentu saja untuk meningkatkan kemampuan penolakan politiknya. Kedua adalah mengubah struktur politik internasional. Meskipun komunitas internasional berbicara tentang struktur politik, struktur politik ini menyiratkan kekuatan ekonomi, kekuatan militer, termasuk kekuatan senjata nuklir. Jika persediaan hulu ledak PKT bertambah menjadi 1.500 unit, maka akan ada peningkatan efek ekspansi eksternal, PKT akan menggunakannya sebagai alat lain untuk melakukan penekanan atau pemaksaan”.

Mark dalam saluran militer “Mark Space” menunjukkan bahwa PKT memang buruk dalam hal komunikasi informasi manajemen medan perang.

“Jika Partai Komunis Tiongkok berada di bawah premis bahwa Partai Komunis menguasai segalanya, maka akan sulit untuk mengubah sistem tempur dan komandonya yang jelas menjadi kaku. Meskipun ia ingin belajar dari Barat, Termasuk teknologi, dan lain-lain, tetapi keseluruhan dari gagasan tempur dan gagasan komandonya benar-benar berbeda dengan Barat. Jika Beijing tidak bersedia menanggalkan Partai Komunis menguasai segalanya, maka aspek yang menjadi kelemahan mereka itu tidak akan berubah,” ujar Mark.

Ketika PKT mempercepat perluasan kekuatan militernya, PKT juga terus memperkuat tekanan atau paksaan militer terhadap eksternal.

Antara 2021 hingga 2023 di kawasan Indo-Pasifik, pesawat militer Tiongkok telah mencatatkan lebih dari 180 insiden intersepsi udara yang membahayakan pesawat militer AS. Pesawat militer Tiongkok juga terus melakukan tindakan provokatif serupa terhadap pihak sekutu dan mitra AS di kawasan tersebut.

“Perairan teritorial yang diklaim oleh PKT tidak diakui secara internasional, tetapi PKT masih bersikeras atas perairan teritorialnya, karena itu konflik dengan negara-negara tetangga akan terus terjadi. Saat ini, PKT menggunakan senjata nuklir, termasuk rudal nuklir, atau nuklir pembom untuk menekan pihak lain. Situasi ini mirip dengan situasi yang terjadi di masa Perang Dingin,” kata Mark.

CMPR secara khusus menyebutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok meningkatkan tekanan diplomatik, politik, dan militernya terhadap Taiwan.

Menurut CMPR bahwa tentara komunis telah meningkatkan provokasi, tindakan destabilisasi di Selat Taiwan dan sekitarnya, termasuk rudal balistik yang terbang di atas Selat Taiwan, peningkatan secara signifikan penerbangan pesawat militer yang memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan, dan serangkaian latihan militer besar-besaran di dekat Taiwan.

Su Tzu-yun mengatakan : “Pertama, pengeluaran militer PKT sudah meningkat empat kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Kedua, yang lebih penting adalah, kekuatan militer PKT bersifat ekspansionis, dan selalu menggunakan tindakan intimidasi. Jadi ekspansionisme sistemiknya sangat menonjol”.

Dengan mengutip data dari Kementerian Pertahanan Nasional Republik Tiongkok, CMPR menunjukkan bahwa pada tahun lalu (2022), Partai Komunis Tiongkok telah mengirimkan 1.737 kali penerbangan pesawat militer ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan, meningkat sebesar 79% dari 972 kali yang tercatat pada 2021.

Laporan tersebut mengingatkan bahwa militer Tiongkok mungkin juga melakukan serangkaian blokade internet atau tindakan lain untuk memaksa Taiwan menyerah.

Su Tzu-yun mengatakan : “Poin ketiga adalah PKT ingin mengubah dunia menjadi dunia bipolar tipe baru. Karena selama Perang Dingin di masa lalu, dunia bipolar adalah Amerika Serikat dengan Uni Soviet, sekarang mungkin menjadi dua kubu yakni Amerika Serikat dengan Tiongkok dan Rusia. Hal ini pada gilirannya akan mendorong negara-negara yang didominasi oleh Amerika Serikat untuk ikut meningkatkan hulu ledak nuklirnya. Tentu saja, dunia akan memasuki situasi baru yang saling mencegah”.

Selain itu, CMPR juga memperingatkan bahwa apa yang disebut strategi “anti-akses” Partai Komunis Tiongkok adalah upaya untuk membatasi kekuatan militer AS di Laut Tiongkok Timur dan Laut Tiongkok Selatan, serta membatasi akses militer AS ke wilayah Indo-Pasifik. Selain mencegah intervensi militer AS, Partai Komunis Tiongkok juga sedang memperbesar kekuatan militernya di Pasifik dan kawasan lainnya. (sin)