(Misteri yang Belum Terpecahkan) Ditakdirkan untuk Mencintaimu?

Fu Yao

Apabila kita keliru membeli sesuatu, masih bisa ditukarkan, tetapi apabila menikahi pengantin wanita yang keliru, apa yang harus dilakukan? Kali ini kita mulai dari sebuah cerita pada masa Tiongkok kuno pemerintahan Kaisar Kangxi, Dinasti Qing (1661 – 1722).

Jodoh Pernikahan Yang Aneh dan Terbalik

Pada musim dingin 1709 masa pemerintahan Kaisar Kangxi, di daerah Chongren ada dua keluarga yang melangsungkan pesta pernikahan pada hari yang sama. Keluarga pertama adalah keluarga Jia yang merupakan keluarga kaya raya, sedangkan keluarga kedua adalah keluarga Xie yang terpelajar. Pengantin wanita keluarga Jia bernama Wang Cuifang, juga dari keluarga kaya, sehingga bisa dibilang sederajat. Sementara pengantin wanita keluarga Xie, adalah seorang wanita bermarga Wu yang keluarganya miskin.

Pernikahan di zaman dulu sangat mengutamakan pemilihan hari dan waktu yang baik, oleh karena itu, kedua mempelai wanita itu pun dinikahkan pada waktu yang hampir bersamaan, kereta pengantin keduanya pun bertemu di tengah perjalanan, disinilah timbul serangkaian gejolak yang berkelanjutan.

Pada sore hari itu, awan gelap menyelimuti langit, dan turun salju lebat ibarat bulu angsa jatuh berguguran, sejauh mata memandang semua terlihat putih, sehingga sangat sulit mengenali arah. Kereta pengantin kedua mempelai walaupun memiliki hiasan yang berbeda, tetapi untuk mengantisipasi salju, kedua kereta telah ditutupi dengan kain pelindung, dan kain tersebut juga tertutup dengan salju setebal hampir 5 cm, sehingga keduanya terlihat sangat mirip satu sama lain.

Setelah kedua rombongan berjalan sekitar 1, 5 km, tibalah mereka di sebuah paviliun pedesaan. Tubuh para tukang tandu dan pelayan sudah hampir membeku kedinginan, kedua rombongan bersama-sama membakar kayu di paviliun itu untuk menghangatkan tubuh. ‘Awalnya mereka berniat menunggu sampai salju mereda, barulah perjalanan akan dilanjutkan lagi, tapi melihat salju yang turun semakin tebal, mereka khawatir batas waktu hari/jam terbaik untuk pernikahan itu akan terlewatkan, maka rombongan pun melanjutkan perjalanannya masing-masing. 

Malam itu, Wang Cuifang (dari keluarga kaya), setelah menyelesaikan sembahyang ritual kepada Tuhan YME, lalu masuk ke kamar tidur, Wang Cuifang memperhatikan sekeliling kamar itu, didapatinya perabotan di dalam kamar sangat sederhana, dan bukan merupakan mahar pernikahan yang dikirim dari keluarganya, di dalam hatinya dia curiga, apakah keluarga suaminya telah menjual semua mahar darinya, lalu membeli barang-barang yang murah bagi dirinya? Pikiran itu membuat hatinya dipenuhi dengan kebencian, tak tertahankan lagi, dia berkata pada sang suami: “Dimana meja riasku yang terbuat dari kayu cendana merah? Suruh pelayan agar dibawakan kesini.”

Si suami pun tertawa dan menjawab: “Dalam mahar dari keluargamu tidak ada meja rias semacam itu, akan dicari kemana?” Wang Cuifang menjawab, “Kakak Jia jangan mempermainkan saya.” Karena pria yang dinikahi Wang Cuifang bermarga Jia (賈), maka dia memanggilnya Kakak Jia. Tetapi mendengar perkataan itu sang suami justru tertawa dan menjawab, “Aku adalah kakak sejati, bukan kakak palsu (假).” (* aksara 賈 dan 假 memiliki pelafalan yang sama, namun bermakna berbeda. 賈 dibaca Jia adalah marga keluarga, dan 假 juga dibaca Jia bermakna palsu. Red.) Mendengar jawaban itu Wang Cuifang menyadari telah terjadi kesalahpahaman, lalu dia menjelaskan: “Yang kumaksud adalah kakak bermarga Jia, bukan Jia yang bermakna palsu.” Si suami pun tertegun, dan menjawab: “Aku bermarga Xie, bukan Jia.” Wang Cuifang pun terperanjat, dan menangis sambil berkata: “Aku telah ditipu.” Sang suami pun tidak tahu apa yang harus diperbuat, maka ia pun memanggil seluruh keluarganya untuk berkumpul di kamarnya, lalu ditanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi, sementara Wang Cuifang terus menangis tanpa henti.

Ibu Xie lantas menghardiknya, “Kami adalah keluarga terpelajar terhormat, tidak mungkin menipu. Pasti keluarga kalian yang mempermasalahkan keluarga kami yang miskin, maka barulah mengajarkanmu berkata seperti itu, siapa yang takut dengan keluargamu?” Wang Cuifang menengadahkan kepalanya dan berkata, “Kudengar keluarga yang kunikahi bermarga Jia, tetapi Anda bermarga Xie, bukankah ini penipuan?” Ibu Xie menjawab, “Perempuan dungu, siapa yang mengubah marga demi melamar istri? Kalau demikian, apakah berarti keluarga kalian tidak bermarga Wu lagi?”

Mendengar penuturan si ibu, Wang Cuifang mendadak teringat kejadian dengan mempelai lain di paviliun, lalu menjelaskan, “Saya paham sekarang, mempelai keluarga Anda bermarga Wu, sedangkan saya bermarga Wang. Pada perjalanan menuju kemari, di tengah perjalanan ada seorang mempelai wanita lain, kami sama-sama berteduh dari hujan salju di sebuah paviliun pedesaan, saya mendengar pembicaraan rombongan itu bahwa si mempelai bermarga Wu, saya tidak ingat siapa marga keluarga mempelai pria mereka, seharusnya dialah mempelai wanita keluarga Anda. Sedangkan saya seharusnya adalah mempelai wanita bagi keluarga Jia. Waktu itu hujan salju turun sangat lebat, cuaca juga sangat dingin, kedua rombongan terburu-buru, pasti kedua tandu kami telah saling tertukar. Cepatlah datangi keluarga Jia, seharusnya akan ditemukan mempelai wanita Anda disana.”

Mendengar penjelasan Wang Cuifang, keluarga Xie merasa besar kemungkinan telah terjadi hal seperti itu, maka diutuslah kurir pengantar surat ke kediaman keluarga Jia. Jarak kediaman keluarga Jia dengan keluarga Xie cukup jauh, sekitar 15 km, ditambah lagi cuaca yang bersalju sehingga perjalanan sulit ditempuh, kurir pengantar surat baru tiba disana keesokan harinya, namun semuanya sudah terlambat.

Setibanya di kediaman keluarga Jia, setelah putri keluarga Wu mengamati mahar dengan cermat, dia lalu teringat pada mempelai satunya yang bertemu di perjalanan, di dalam hatinya menyadari telah terjadi kesalahan tandu kereta pengantin dan salah mengangkut mempelai. Lalu apa yang harus dilakukan? Melihat kekayaan keluarga Jia, dan dirinya tidak ingin terus hidup miskin di keluarga Xie, maka dia pun memutuskan berpura-pura tidak mengetahui persoalan, dan menyamarkan dirinya seolah putri dari keluarga Wang yang menikahi putra keluarga Jia.

Keesokan harinya setelah utusan dari keluarga Xie datang mencarinya, dia pun berpura-pura terkejut dan marah. Sedangkan putra keluarga Jia juga telah jatuh hati dan mau bertanggung jawab pada putri keluarga Wu serta menyatakan tidak mempermasalahkan kekeliruan yang telah terlanjur terjadi.

Setelah berita itu dibawa kembali ke keluarga Xie, mendengar hal itu Wang Cuifang sangat bersedih dan berniat bunuh diri. Lalu ada orang yang menasehatinya, “Pernikahan keluarga Wang dengan keluarga Xie seharusnya sudah ditakdirkan, karena terkadang pernikahan bisa saja terjadi kelengahan yang tidak diinginkan, baru bisa terjadi kekeliruan semacam ini. Kini keluarga Jia telah berbesan dengan keluarga Wu, maka sebaiknya Anda menerima pernikahan dengan keluarga Xie ini.” Pernikahan bukan permainan anak-anak, mana bisa ditukar-tukar begitu saja? Wang Cuifang tidak setuju, maka keluarga Xie mengirimkan utusan untuk menemui ayah Wang Cuifang, kejadian itu pun diceritakan seluruhnya. Ayah Wang Cuifang sangat terkejut dan berkata, “Ini bukan sesuatu yang kebetulan.” Maka diutuslah mak comblang untuk memberitahu keluarga Xie bahwa ia bersedia menerima pernikahan kedua keluarga. Mendapat perintah dari sang ayah, maka Wang Cuifang pun merasa tenteram dijodohkan kepada keluarga Xie.

Di kemudian hari, keluarga Jia yang kaya raya itu bangkrut, putri keluarga Wu yang memperoleh “pernikahan berezeki” itu pun sangat bersedih, hingga akhirnya meninggal dunia karena memendam amarah akan nasibya. Di sisi lain, putra keluarga Xie telah berhasil lulus ujian negara dan menjadi pejabat, suami istri saling mencintai serta dikaruniai banyak keturunan. Masyarakat di sekitar yang mengetahui kejadian itu, merasa sangat tersentuh. Putri keluarga Wang yang mengikuti takdir Langit, akhirnya memperoleh pernikahan yang bahagia, sementara putri keluarga Wu yang haus akan kekayaan itu, justru tidak pernah menyangka keluarga suaminya akan bangkrut, dan dirinya akan meninggal dunia dalam penderitaan. Pengaturan Langit (Tuhan yang maha kuasa) sungguh sangat menakjubkan.

Itu sebabnya, sejak zaman dulu ada yang mengatakan “jodoh telah ditakdirkan”, orang yang ditakdirkan bersama Anda, setelah berkeliling kemanapun pada akhirnya akan tiba di sisi Anda, sebaliknya jika tidak berjodoh, dipaksa seperti apapun tidak akan ada gunanya. Di zaman dahulu “pernikahan dijodohkan oleh orang tua melalui mak comblang”, bagi dua insan yang dinikahkan memang terasa “pasrah pada jodoh Langit”, tetapi di tengah masyarakat sekarang yang mengutamakan kebebasan menentukan pasangan, apakah urusan pernikahan yang sedemikian penting ini tetap bukan keputusan diri sendiri?

Penelitian ilmiah modern menemukan bahwa sebenarnya antara setiap insan terdapat koneksitas yang unik, ibarat benang merah dari dewa jodoh, yang membuat orang merasa “ditakdirkan mencintaimu”, dan benang merah ini adalah yang oleh masyarakat kerap disebut dengan “gen”.

Siapakah Dalang Dari Gen

Sebuah tim riset dari University of Colorado Boulder telah melakukan penelitian yang cukup menarik, mereka secara acak mencari 800 pasangan suami istri, lalu mencari 800 pasang pria dan wanita yang tidak saling mengenal satu sama lain sebagai grup referensi, kemudian dilakukan pengujian dan analisa gen terhadap semua responden. 

Yang mengejutkan tim riset adalah, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiripan gen pada pasangan suami istri jauh lebih tinggi daripada antar orang asing. Walaupun, peneliti juga mempertimbangkan bahwasanya orang cenderung akan menikah dengan ras yang sama atau orang yang tinggal di sekitarnya, tapi di luar faktor itu, mereka juga menemukan bahwa individu manusia juga cenderung memilih orang yang memiliki kemiripan gen yang agak tinggi sebagai pasangannya. Ini mungkin bisa menjelaskan bagian dari fisiognomi Tiongkok yang mengatakan “berwajah suami istri”, dengan kata lain, sepasang kekasih yang memiliki kemiripan wajah, maka kemungkinan mereka menjadi suami istri akan lebih tinggi.

Namun di tengah lautan manusia, bagaimana orang dapat menemukan pasangan yang memiliki gen yang mirip dengan dirinya? Hal ini juga belum dapat dijelaskan oleh tim riset tersebut. Benar juga, jika kehidupan kita ini diumpamakan serangkaian gerbong kereta api yang berjalan maju, mengapa ada banyak orang yang seperti para penumpang asing yang hanya berlalu lalang atau naik turun di kereta itu; sedangkan ada orang lain akan duduk di dekat Anda, dan saling mengenal, lalu menjadi teman baik yang menemani sepanjang perjalanan itu; dan ada satu orang yang istimewa yang memilih untuk berhenti di sisi Anda, dan menjadi pasangan yang abadi. Apakah ini melulu suatu “kebetulan” yang acak? Ataukah ada faktor yang melampaui manusia, dan yang mengatur segalanya?

Pertemuan Yang Luar Biasa Unik

Pada 2010 lalu, wanita AS bernama Donna berusia 25 tahun mengenal dan jatuh cinta pada suaminya Alex Voutsinas yang berasal dari Kanada di tempat mereka bekerja, lalu menikah dan memiliki anak dalam keluarga yang bahagia. Di mata orang lain, pernikahan beda kebangsaan itu adalah teladan keluarga bahagia. Namun suatu hari, ketika Alex melihat foto masa kecil istrinya, ia terkejut mendapati, dirinya dan ayahnya juga berada dalam foto tersebut, seolah jodoh ini ternyata sudah ditetapkan sejak dulu?

Di dalam foto tersebut Donna baru berusia 5 tahun, waktu itu dia bersama dua orang adik laki-lakinya sedang berfoto dengan sebuah figur kartun di Disneyland Florida. Sedangkan di belakang mereka, ayah Alex kebetulan lewat di sana sambil mendorong kereta bayi lipat, dan yang duduk di kereta itu adalah Alex. Dengan penuh kegembiraan Alex berkata, “Saat saya masih seorang anak kecil yang baru bisa berjalan, saya sudah berada di dalam foto yang sama dengan calon istri saya, ini sungguh ajaib.” Donna juga berkata, “Mimpi pun tak terbayangkan oleh saya di dalam foto ini ada calon suami saya, sungguh menakjubkan. Saya percaya kebersamaan kami adalah takdir, kebetulan ini sungguh sulit dipercaya, sampai sekarang saya masih terharu karenanya.” Benar, Donna dan Alex sudah bertemu saat masih kecil, dan keduanya berasal dari negara yang berbeda, sungguh gambaran terbaik dari ungkapan: kalau sudah berjodoh, terpisah sejauh apapun tetap akan dipertemukan.

Walaupun melihat cerita menakjubkan seperti ini membuat banyak orang memujinya, tapi kemudian orang akan berpikir ini hanya suatu kebetulan saja. Tapi bagi sebagian akademisi yang meneliti reinkarnasi dan menelusuri kehidupan lampau, pertemuan yang kebetulan itu sebenarnya telah ditakdirkan, dan tautan jodoh ini bahkan melampaui kehidupan saat ini.

Takdir Dari Kehidupan Lampau

Seorang hipnoterapis tingkat master (Certified Master Hypnotherapist) yakni, Michael Newton yang khusus meneliti menggunakan metode menelusuri kehidupan masa lampau pasien untuk mengurangi sakitnya pada kehidupan kali ini. Di antara subjek penelitiannya terdapat penganut ateis, ada pula umat beragama yang taat, tapi saat mereka semua berada dalam kondisi terhipnotis dan menelusuri kembali dunia spiritual antara reinkarnasinya, justru diperoleh deskripsi yang sangat mirip satu sama lain: Dunia spiritual di seberang sana sama sekali tak ternoda, dan indah berkilau, jiwa yang telah menanggalkan tubuh jasadnya memancarkan energi cahaya kebijaksanaan, warna energi tersebut menandakan tingkatan spiritualnya. Kehidupan di dimensi lain dapat melayang bebas, dan berubah menjadi berbagai sosok, antara mereka dapat saling berkomunikasi dengan telepati.

Profesor Newton menjelaskan, kehidupan/jiwa yang bebas melayang itu akan datang ke sebuah tempat yang menyerupai perpustakaan untuk membaca buku kehidupannya sendiri, dan di dalamnya tercatat dengan metode visual segala sesuatu yang terjadi dalam seluruh hidupnya di dunia fana. Kehidupan itu juga akan menghadap sebuah forum yang menyerupai komite yang terdiri dari beberapa orang tetua, dan mereka menelusuri dan menganalisa kehidupan yang baru saja berlalu, kemudian para tetua itu mengatur kehidupannya selanjutnya. Semua penjelasan itu, sangat menyerupai peradilan yang dilakukan oleh raja neraka (Yanluowang di Tiongkok atau Yamarāja di India, red.) pada setiap kehidupan yang telah meninggal dunia.

Terhadap kesalahan pada kehidupan sebelumnya, manusia akan sangat menyesalinya, tetapi kehidupan di dunia spiritual itu tidak akan mencari-cari dalih untuk menjelaskan kesalahannya itu, mereka akan dengan sukarela membayar utang karmanya sendiri pada kehidupan berikutnya. Kadang kala, manusia akan memilih kehidupan sebagai manusia yang lebih menderita untuk dapat meningkatkan level spiritualnya dengan lebih cepat. Tak disangka, dalam hal ini teknik hipnotis Barat telah menemukan kesamaan dengan teori reinkarnasi Timur.

………………….

Dalam sebuah kasus, sebelum seorang pria turun ke dunia, ia diberitahu untuk mengingat sejumlah sinyal yang penting, termasuk suara tawa calon istrinya Melinda, aroma parfum Melinda yang tercium saat mereka untuk pertama kalinya berdansa, tentu saja juga kedua matanya yang indah. Sedangkan bagi Melinda yang terlahir kembali juga diberitahu untuk mengingat telinga besar calon suaminya, gaya dansanya yang kaku yang menginjak kakinya, serta rasa saat mereka berpelukan ketika berdansa. Saat kehidupan kali ini dimulai, si pria tinggal di Iowa, dan Melinda tinggal di California. Pada saat si pria duduk di bangku SMA, hampir saja ia menikah dengan pacarnya di masa SMA. Tapi takdir berkehendak lain, mereka sekeluarga pindah ke California, ia pun terpaksa berpisah dengan sang pacar. Di saat baru pindah ke California, si pria tidak mengenal siapapun, lalu pada suatu hari, terlintas pemikiran untuk pergi ke pesta dansa, pada pesta dansa itulah ia jatuh cinta pada pandangan pertama yakni dengan Melinda. Dalam suatu hipnoterapi, pria itu menyadari, adalah tetua di dunia spiritual yang telah menjadi dewa jodoh yang memasukkan pemikiran menghadiri pesta dansa ke dalam benaknya, membuatnya tanpa hambatan bertemu dengan Melinda. Semua kebetulan itu, ternyata memang sudah merupakan kehendak dari sang Pencipta. (Sud/whs)