Xi Jinping Menghadapi Dilema Baru atas Kematian Mendadak Li Keqiang

 oleh Luo Tingting

Kematian misterius mantan Perdana Menteri Li Keqiang telah berdampak pada Zhongnanhai. Beberapa ahli mengatakan bahwa Xi Jinping menghadapi dilema baru karena mendapat dugaan berhubungan erat dengan insiden kematian mendadak Li Keqiang.

Heng He : Kematian Li Keqiang tidak wajar dan faksi Xi yang paling patut dicurigai

Li Keqiang, 68 tahun yang secara resmi diumumkan sebagai akibat serangan jantung tergolong hal yang jarang terjadi di kalangan pemimpin tinggi PKT, sehingga memicu berbagai spekulasi. Kepada media “Epoch Times” pakar urusan Tiongkok Heng He mengatakan, dapat dipastikan bahwa Li Keqiang bukan meninggal dunia karena faktor alamiah.

“Warga sipil mungkin meninggal karena penyakit jantung akut, tetapi pejabat tinggi tingkat nasional tidak akan meninggal seperti itu. Dari sudut pandang medis mau pun sistem perawatan kesehatan pejabat senior Partai Komunis Tiongkok, hal tersebut tidak mungkin terjadi”, tegasnya.

Heng He menjelaskan bahwa pihak yang terlibat sejak Li Keqiang jatuh sakit (kalau benar) sampai meninggal dunia di Shanghai sangat banyak dan luas, karena ada dokter kesehatan yang mendampingi, petugas keamanan, staf layanan hotel yang tingkat nasional, dan lain-lain. Apalagi faksi Jiang Zemin dan faksi Liga Pemuda tidak memiliki motif maupun sarana untuk membuat Li mati mendadak, kecuali orang-orang pemegang kekuasaan yang memiliki kesempatan itu.

“Memiliki motif dan sarana untuk menghabisi Li itu tidak berarti menuduh pelakunya adalah Xi Jinping, tapi yang pasti adalah orang tersebut pasti orang yang berkekuasaan sekarang”, katanya. Tetapi faksi Xi sebenarnya punya motif itu karena rumor “Xi (Jinping) turun, Li (Keqiang) naik” belakangan ini cukup santer terdengar, jadi jika hal itu dianggap ancaman bagi Xi Jinping adalah masuk akal.

Akio Yaita, Direktur “Sankei Shimbun” Jepang cabang Taipei pernah menjelaskan dalam postingan di Facebook, bahwa apakah Li Keqiang meninggal karena dibunuh atau sakit, Xi Jinping tidak dapat melepaskan diri dari tuduhan terlibat.

Akio percaya bahwa kematian Li Keqiang dapat memicu kekacauan besar rezim PKT, apakah ini adalah tanda-tanda bakal terjadi sebuah perubahan situasi yang besar ?

Analisis : Li Keqiang meninggal, Xi Jinping menghadapi dilema baru

Heng He mengatakan, kematian Li Keqiang berdampak besar baik bagi Xi Jinping maupun rezim Komunis Tiongkok. Ia mengambil contoh pada saat kematian Lin Biao, orang nomor 2 di PKT yang dijuluki sebagai “kawan seperjuangan” Mao Zedong, berdampak besar terhadap Mao, hal itu telah membuktikan bahwa Mao juga bisa berbuat salah menilai dan salah memanfaatkan orang. Sedangkan orang lain bisa saja mengkhianatinya.

“Setelah kematian Lin Bio, sejumlah besar warga Tiongkok mulai merenungkan masalah plus-minus Revolusi Kebudayaan. Dan kesehatan Mao Zedong juga langsung memburuk. Akhirnya, apa pun faktanya, yang penting adalah apa yang dipikirkan para pihak”.

Heng He mengatakan, ada lagi Gerakan 5 April setelah insiden pembelotan Lin Biao. Pada bulan Januari 1976, Perdana Menteri Zhou Enlai meninggal dunia, dan banyak orang berduka atas meninggalnya Zhou Enlai. Mao Zedong menemukan bahwa setelah menganiaya Zhou Enlai selama bertahun-tahun, akhirnya Zhou Enlai juga yang keluar sebagai pemenang. Hal ini tidak dapat dia terima. Pada bulan September tahun itu, Mao sendiri yang menemui ajal.

“Dampak seperti ini, kedua situasi ini agak konsisten dengan dampak insiden Li Keqiang terhadap situasi politik Tiongkok saat ini”. Heng He mengatakan bahwa kematian Li Keqiang berdampak besar terhadap pejabat PKT. “Tentu saja para pejabat akan berpikir bahwa bahkan perdana menteri saja bisa diperlakukan seperti ini, lalu bagaimana dengan kita ? Ibarat rubah menangisi kelinci yang mati (idiom yang memiliki arti mempermalukan, berupa sedih atas kemalangan rekan atau sekelompok orang yang serupa)”.

Ia mengatakan, kepengurusan Partai Komunis Tiongkok dalam keadaan runtuh, kali ini dampaknya akan lebih besar,  dampak ini akan terakumulasi dan menjadi efektif ketika terjadi peristiwa besar di kemudian hari.

Kematian Li Keqiang memicu gelombang duka yang dimanfaatkan masyarakat untuk mengungkapkan simpati mereka kepadanya dan mengekspresikan kemarahan mereka terhadap tirani Partai Komunis Tiongkok. Pada hari kremasi jenazah Li Keqiang, sejumlah besar petugas polisi dan pria berbaju hitam berjaga-jaga di sekitar Rumah Duka Babaoshan dan di sepanjang Jalan Chang’an di Beijing, serta melarang warga sipil berkumpul untuk menghantarkan Li Keqiang ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Su Tzu-yun, direktur Institut Penelitian Strategi dan Sumber Daya Pertahanan Nasional dari Institut Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan kepada The Epoch Times : “Di permukaan, mungkin saja pihak berwenang Tiongkok telah mampu mengendalikan agar situasi tidak memburuk, tetapi di balik layar, karena warga tidak diperbolehkan untuk melampiaskan perasaan mereka, ditambah lagi dengan kematian Li Keqiang yang tidak wajar. Hal ini dapat menyebabkan bertambahnya rumor beredar yang justru akan merugikan Xi Jinping”.

Su Tzu-yun percaya, bahwa situasi politik Tiongkok saat ini sedang bergejolak, dan perselisihan internal di Zhongnanhai terutama terjadi antara faksi Xi dan faksi non-Xi. Meskipun faksi Xi mendominasi, dan faksi Liga Pemuda (Tuanpai) serta faksi Jiang berhasil terpecah-belah, tapi mereka ini bisa mendirikan faksi-faksi kecil yang berbeda. Situasi demikian ini jelas akan merepotkan rezim Beijing karena telah mengacaukan tatanan politiknya. (sin)