Perang Darat Kota Gaza Dimulai, Para Menteri Luar Negeri G7 Membahas Situasi Perang

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) secara resmi mulai memasuki Kota Gaza untuk berperang. Para menteri luar negeri G7 yang menggelar pertemuan puncak di Jepang dengan suara bulat mengutuk Hamas, namun mereka berbeda pendapat dengan Israel mengenai apakah akan melakukan gencatan senjata untuk sementara waktu

oleh Ren Hao – NTD

Pada  8 November, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memasuki Kota Gaza serta markas besar Hamas. Israel mengumumkan pembunuhan Mohsen Abu Zina, kepala persenjataan dan industri Hamas.

Dalam video yang dirilis Israel, IDF menggunakan serangan udara untuk bekerja sama dengan pasukan darat,  tank serta kendaraan lapis baja lainnya bekerja sama dengan pasukan infanteri untuk bergerak ke garis depan.

Bawah tanah Kota Gaza ditutupi dengan jaringan terowongan misterius yang menyembunyikan pusat komando Hamas, gudang senjata, dan lain-lain. Ketika pasukan garis depan bergerak maju, semakin banyak terowongan yang ditemukan dan dihancurkan.

Beredar video Hamas menunjukkan pasukan Hamas berjalan melewati reruntuhan, bersembunyi di bangunan yang rusak untuk melakukan serangan secara diam-diam dan menembakkan roket.

Pada Rabu 8 November, sekitar 15.000 warga Gaza Utara segera mengungsi saat pertempuran mencapai depan pintu rumah mereka.

Israel telah menjatuhkan selebaran selama berminggu-minggu yang mendesak warga Gaza untuk mengungsi ke Gaza selatan. Meskipun Hamas tidak mengizinkan warga sipil untuk pergi, Israel telah memberikan rute evakuasi kepada warga sipil dan mendesak mereka untuk pergi sesegera mungkin.

Ada juga pertempuran di Israel utara pada hari Rabu. Di pagi hari, Hizbullah Lebanon menyerang dua kamp infanteri Israel. Akan tetapi, Hizbullah segera dihadang oleh serangan balik Israel.

Pada hari yang sama, para menteri luar negeri G7 yang mengadakan pertemuan puncak di Jepang mencapai kesepakatan untuk mengutuk Hamas dan mendukung hak membela diri Israel. Mereka percaya bahwa gencatan senjata sementara dapat mempercepat evakuasi warga sipil, namun tidak setuju dengan gencatan senjata komprehensif yang diusulkan oleh negara-negara Arab dan PBB.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkata: “Mereka yang menyerukan gencatan senjata segera memiliki kewajiban untuk menjelaskan bagaimana mereka berencana mengatasi konsekuensi gencatan senjata yang tidak dapat diterima. Hamas telah menyandera lebih dari dua ratus orang dan memiliki kemampuan untuk melakukannya lagi dan lagi dan lagi untuk melakukan model 7 Oktober.”

Blinken mengatakan bahwa Gaza tidak boleh lagi berada di tangan organisasi teroris manapun. Sejauh yang ia pahami, Israel tidak memiliki keinginan untuk menguasai Gaza. Namun demikian, Gaza membutuhkan keamanan hingga perang berakhir dan rezim baru stabil. (Hui)