Mengapa Produsen Beralih ke Kendaraan Hibrida Ketika Bertransisi ke Kendaraan Listrik Penuh?

EtIndonesia. Akhir-akhir ini produsen kendaraan besar malah beralih ke memproduksi kendaraan hibrida di saat bertransisi ke kendaraan listrik penuh, lantaran penjualan kendaraan listrik tumbuh lebih lambat dari perkiraan di satu pihak, dan di lain pihak untuk menghindari hukuman mahal terkait dengan penghematan bahan bakar dan masalah standar emisi yang diberlakukan oleh pemerintah federal AS.

Pergeseran strategi ini bertentangan dengan pesan industri dalam beberapa tahun terakhir mengenai keinginan untuk secepatnya mengembangkan kendaraan listrik. Padahal pemerintahan Biden cukup gencar mempromosikan pasar kendaraan listrik, begitu juga banyak perusahaan mobil yang sudah mulai menginvestasikan miliaran dolar pada kendaraan listrik secara total.

Namun kendaraan hibrida — yang menggabungkan mesin dengan penggerak bahan bakar tradisional dengan teknologi baterai kendaraan listrik — dapat membantu industri kendaraan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi dalam jangka pendek, sekaligus memungkinkan para konsumen dengan mudah menerima elektrifikasi kendaraan.

Selain itu, kehandalan dari kendaraan hibrida tanpa kabel yang rumit juga lebih baik. Menurut hasil survei terbaru dari “Consumer Reports”, bahwa secara rata-rata keandalan kendaraan hibrida 26% lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan bermesin bahan bakar minyak. Sementara itu, keandalan kendaraan listrik penuh malahan 79% lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan bermesin bahan bakar minyak.

Menurut informasi dari “Edmunds”, sebuah perusahaan sumber informasi otomotif online di Amerika Serikat, bahwa penjualan kendaraan hibrida (Hybrid Electric Vehicle) konvensional seperti Toyota Prius pada tahun 2023 akan melampaui penjualan kendaraan listrik penuh. Tercatat hingga bulan November tahun ini, kendaraan HEV di AS terjual sekitar 1,2 juta unit, yang menyumbang 8,3% dari penjualan mobil di AS. Dibandingkan dengan total penjualan tahun lalu, proporsi ini ternyata menunjukkan kenaikan sebesar 2,8 poin persentase.

Memasuki bulan Desember ini, penjualan kendaraan listrik menyumbang 6,9% (sekitar 976.560 unit), meningkat 1,7 poin persentase dibandingkan total penjualan tahun lalu. Tercatat hingga bulan November tahun ini, penjualan kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV) di AS hanya menyumbang 1% dari total penjualan tahun 2023.

“CNBC” yang mengutip informasi dari Jessica Caldwell, Direktur Eksekutif di “Edmunds”, memberitakan : “Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang telah berbicara tentang elektrifikasi (kendaraan) dan meninggalkan hibrida, tetapi … mobil hibrida ternyata tidak mati. Memang, banyak konsumen yang tertarik dengan elektrifikasi kendaraan namun mungkin belum siap dengan kendaraan yang serba listrik”.

Kendaraan hibrida juga lebih murah dibandingkan dengan kendaraan listrik penuh, dan dapat menurunkan sejumlah kekhawatiran masyarakat terhadap kendaraan listrik, seperti jarak tempuh dan kurangnya infrastruktur pengisian daya. Harga rata-rata mobil hibrida tahun ini menurut data “Edmunds” adalah 42,381 dolar , lebih murah dari harga rata-rata mobil listrik yang sekitar 59,400 dolar, juga lebih murah dari harga rata-rata PHEV, yaitu 60,700 dolar bahkan harga rata-rata mobil konvensional, yang 44.800 dolar.

Morgan Stanley dalam laporannya pada awal bulan ini menyebutkan bahwa Toyota, Honda dan Hyundai, termasuk Kia, menguasai 90% penjualan kendaraan hibrida di Amerika Serikat.

Ford Motor yang menawarkan kendaraan PHEV, tetapi juga beralih ke HEV. Raksasa otomotif Amerika Seriakt ini pada bulan September tahun ini telah mengumumkan rencananya untuk menggandakan penjualan model hibrida tipe V-6 di AS menjadi sekitar 20% pada tahun 2024.

Pada November tahun ini, penjualan kendaraan hibrida Ford mencapai 121.000 unit lebih, yang menunjukkan peningkatan sebanyak 23% year-on-year dibanding tahun 2022. Sedangkan penjualan kendaraan listrik Ford sebanyak 62.500 unit atau hanya meningkat sebesar 16,2% year-on-year.

Sementara itu, General Motors dan Stellantis terpaksa kena wajib membayar denda ke kas federal sebesar 363,8 juta dolar karena gagal memenuhi standar penghematan bahan bakar federal pada mobil dan truk yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya. Demikian menurut informasi yang dirilis oleh Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional pada bulan Juni tahun ini.

Tim pelobi produsen kendaraan mengatakan bahwa, demi meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan, dan rencana untuk beralih ke kendaraan listrik penuh, pemerintah Biden sedang mengajukan proposal untuk meningkat jumlah denda. Untuk itu, kendaraan hibrida “diuntungkan” karena memungkinkan produsen mobil terhindar dari denda yang mahal. (sin/yn)

Sumber: epochtimes