Tercatat 423 Gempa Susulan Melanda Gansu, Tiongkok, Suhu Rendah Kian Mempersulit Warga Bertahan Hidup di Bawah Reruntuhan

oleh Xiao Lushen

Setelah gempa bumi berkekuatan 6,2 Magnitudo melanda Kabupaten Jishishan, Provinsi Gansu pada 18 Desember malam, gempa susulan terus berlanjut. Tercatat hingga 20 Desember pukul 08.00 pagi, telah terjadi total 423 gempa susulan, dengan kekuatan tertingginya mencapai 4,1 Magnitudo. Karena suhu udara di wilayah tersebut yang rendah, terutama saat suhu di tengah malam yang turun menjadi di bawah 10°C, maka dikhawatirkan para korban yang berada di bawah reruntuhan mungkin semakin sulit untuk bertahan hidup.

Menurut laporan jaringan seismologi Tiongkok pada 20 Desember, bahwa pihaknya telah mencatat ada 423 kali gempa susulan yang terjadi sejak 18 hingga 20 Desember pukul 08.00 pagi. 10 kali gempa susulan diantaranya berkekuatan antara 4,0 hingga 4,92 Magnitudo, 8 kali dengan kekuatan 3,0 hingga 3,9 Magnitudo. dan 413 kali gempa susulan dengan kekuatan di bawah 3,0 Magnitudo. Gempa susulan terbesar yang tercatat saat ini berkekuatan 4,1 Magnitudo dengan sumber gempa yang berjarak sekitar 14 kilometer dari gempa utama. ​​​​

Pada 18 Desember pukul 23:59, gempa berkekuatan 6,2 Magnitudo dengan sumber gempa berada di kedalaman 10 Km mengguncang Kabupaten Jishishan, Prefektur Linxia, ​​Provinsi Gansu. Meskipun 72 jam setelah gempa bumi terjadi dikenal sebagai waktu emas bagi penyelamatan. Namun, cuaca bersuhu rendah di wilayah tersebut memperperpendek waktu penyelamatan emas.

Data meteorologi Tiongkok menunjukkan bahwa meskipun wilayah gempa Jishishan dan sekitarnya sebagian besar cerah pada 19 Desember, tetapi suhu tengah malam hingga dini hari bisa turun menjadi berkisar antara -9°C hingga -15°C. Dalam cuaca bersuhu rendah, orang rentan mengalami hipotermia, yang berarti laju produksi panas tubuh tidak mampu mengimbangi kecepatan pengaruh dunia luar terhadap suhu tubuh. Dalam kondisi seperti itu orang yang terjebak dalam reruntuhan mungkin tidak dapat bertahan hidup.

Media “Southern Metropolis Daily” melaporkan, bahwa selama tahap hipotermia parah, tremor otot biasanya berhenti, orang bersangkutan akan mengalami gangguan seperti tidak dapat berjalan, kesulitan berbicara, dan lambat berpikir. Detak jantung menjadi lebih cepat atau fibrilasi atrium, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan kardiopulmoner.

Song Lijun, Wakil Kepala Peneliti Biro Seismologi Daerah Otonomi Uighur Xinjiang menyebutkan dalam artikelnya, bahwa jika suhu luar ruangan di bawah -10°C, orang tidak terluka yang terkubur di bawah reruntuhan dikhawatirkan hanya bisa bertahan hidup selama 5 hingga 10 jam.

Selain itu, gempa tersebut menimbulkan korban jiwa yang serius di Provinsi Gansu dan Provinsi Qinghai. Tercatat hingga saat ini, pihak berwenang belum melaporkan secara spesifik data korban yang hilang, jumlah rumah yang runtuh dan korban meninggal dan terluka. Sebelumnya, rekaman video yang diposting warga menunjukkan bahwa beberapa bangunan lokal roboh seluruhnya karena gempa. (sin)