Jensen Huang Jen-Hsun Tambah Modal, Vietnam Akan Menjadi Saingan Baru PKT

TangHaoCrossroads

Topik 1 : PKT beli 200 ton emas, ada rahasia tersembunyi di baliknya?

Jika anda memiliki uang yang menganggur, apa yang akan anda beli sebagai investasi? Saya yakin banyak orang akan terpikir untuk membeli emas, bagi kalangan etnis Tionghoa emas merupakan logam mulia yang paling aman dan paling bisa melindungi nilai uang. Tapi tahun ini biaya menyimpan emas terus meroket, harga emas internasional sejak awal Desember telah mencapai di angka 2.150 dolar AS per troy ounce, memecahkan rekor sepanjang sejarah. Mengapa harga emas melonjak begitu tinggi? Ada dua faktor penyebabnya.

Faktor pertama adalah peperangan. Perang Rusia-Ukraina yang meletus tahun lalu, lalu perang Israel dengan Hamas tahun ini, jadi modal internasional ramai-ramai membeli emas untuk menghindari risiko, sehingga hal ini mendorong harga emas internasional melesat ke atas.

Faktor kedua adalah Tiongkok. Menurut data statistik World Gold Council, Tiongkok merupakan negara pembeli emas terbesar dunia saat ini, dan bank sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah membeli emas dalam jumlah besar selama 12 bulan berturut-turut, hanya di bulan Oktober saja PKT telah membeli 23 ton emas sekaligus, dan akumulasi pembelian emas tahun ini telah lebih dari 200 ton.

Bursa emas Singapura juga mengungkapkan, setiap bulan PKT membeli emas setidaknya 1 milyar dolar AS setiap bulannya. Karena itu pulalah, akumulasi cadangan emas milik pemerintah PKT mencapai 2.215 ton, telah melampaui jumlah cadangan emas yang dimiliki oleh Amerika latin ditambah Afrika ditambah lagi dengan India.

Tapi cadangan emas PKT yang sesungguhnya tidak hanya itu saja, karena Tiongkok sendiri merupakan negara produsen emas terbesar dunia, jadi jumlah emas yang ditimbun oleh PKT pasti jauh melampaui angka 2200 ton seperti yang telah dipublikasikan. Maka muncullah pertanyaan, untuk apa PKT mati-matian membeli emas? Apa ada udang di balik batu?

Alasan Pertama: Dorong Ambisi Geopolitik, Redakan Tekanan Sanksi Internasional

Hampir semua media massa internasional pertama-tama akan mencurigai, PKT gila-gilaan membeli dan menimbun emas, besar kemungkinan sebagai persiapan mengerahkan pasukan menyerang Taiwan. Karena tahun lalu sebelum Rusia menginvasi Ukraina, juga dilakukan hal yang sama yakni memborong emas di pasar internasional, sebagai persiapan cadangan finansial setelah perang dikobarkan. Jadi sekarang, di satu sisi PKT memborong emas dalam jumlah besar di dalam negeri, di sisi lain juga membeli banyak sekali emas dari pasar internasional, dengan sendirinya dicurigai merupakan persiapan PKT sebelum menyerang Taiwan.

Karena sama halnya dengan Rusia, begitu perang dikobarkan maka masyarakat internasional akan serempak memberlakukan sanksi, pada saat itu transaksi dengan mata uang dolar AS pasti akan terputus, aset dalam mata uang RMB pasti akan melemah drastis, bahkan mungkin akan “anjlok sampai ke dasar Palung Mariana”. Jadi satu motivasi terbesar PKT memborong emas, adalah sebagai persiapan perang agar terhindar dari sanksi.

Penjelasan ini memang sangat beralasan, tapi berperang tidak hanya ditentukan oleh “simpanan yang besar” saja, juga harus ada persiapan dan koordinasi militer berikut logistiknya, misalnya kekuatan serdadu militer dikerahkan dalam skala besar ke pesisir pantai tenggara, persenjataan, instalasi medis dan segala kebutuhan logistik lainnya dialihkan dalam jumlah besar di pesisir tenggara. Tapi semua tanda-tanda ini belum terlihat sama sekali. Jadi PKT memborong emas, tanpa mengesampingkan kemungkinan berperang, tapi jelas PKT tak akan berperang dalam waktu dekat.

Alasan Kedua: Melemahnya Aset RMB Tak Terselamatkan, Timbun Emas Untuk Mempertahankan Kekuatan Finansial

Seperti diketahui, kondisi perekonomian Tiongkok sangat buruk, tidak hanya bursa properti, bursa efek, pasar valas, dan obligasi tengah mengalami dilema “empat bursa terhempas bersamaan”, semua aset Tiongkok yang divaluasi dalam RMB juga terus merosot nilainya. Dengan kata lain, kemampuan finansial PKT sedang merosot seiring dengan melemahnya nilai tukar RMB. 

Jadi PKT buru-buru memborong emas dunia, di satu sisi menjaga nilai uangnya, di sisi lain masih bisa mendongkrak nilainya, karena situasi internasional kian memanas sehingga kebutuhan emas di pasar guna menghindari risiko pasti akan terus meningkat.

Dan tahun ini The Fed AS terus menaikkan suku bunga, nilai tukar USD menguat, banyak modal yang kemudian beralih ke USD, harga obligasi AS yang dimiliki PKT relatif menurun nilainya. Maka, PKT juga buru-buru menjual obligasi AS untuk mendapatkan uang dalam bentuk USD yang digunakannya untuk membeli emas, juga untuk melindungi kekuatan finansialnya.

Alasan Ketiga: Bursa Properti Anjlok, Pengangguran Parah, Warga Juga Membeli Emas Untuk Menghindari Risiko

Selain emas, apa yang paling suka dibeli oleh kalangan Tionghoa untuk melindungi nilai aset? Membeli properti. Tapi tahun ini seluruh pasar properti Tiongkok anjlok, tidak hanya Evergrande Group, Country Garden, dan juga Powerlong Real Estate satu demi satu kolaps, dan pasokan di pasar properti Tiongkok jauh di atas kebutuhan. 

Mantan Wakil Direktur dari Biro Statistik Nasional PKT yakni He Keng telah mengungkapkan, rumah kosong yang ada saat ini cukup untuk menampung 3 milyar jiwa penduduk. Sehingga harga properti di Tiongkok terus menurun, sudah tidak cocok lagi dijadikan sebagai investasi jangka panjang lindung nilai.

Ditambah lagi tahun ini di Tiongkok telah timbul “tiga gelombang baru”: gelombang kebangkrutan, gelombang pengangguran, dan gelombang PHK, banyak orang cemas entah kapan dirinya akan menjadi sasaran PHK, dan kehilangan mata pencaharian, jadi banyak warga tua muda kaya miskin, semuanya menggunakan uang yang masih dimilikinya untuk membeli emas demi melindungi nilai uang. Khususnya kaum muda yang baru terjun ke masyarakat, tabungan yang dimilikinya terbatas, tapi ingin membeli emas untuk menghindari risiko, sehingga muncullah suatu gelombang baru yang disebut “gelombang membeli emas lantakan”.

Sebutir emas lantakan beratnya sekitar 1 gram, dan bisa dibeli hanya dengan RMB 400-500 Yuan, sehingga menarik minat banyak kaum muda membelinya untuk investasi. Menurut hasil survei terbaru oleh perusahaan emas dan perhiasan Hong Kong yakni Chou Tai Fook, kaum muda antara usia 18 hingga 24 tahun di Hong Kong juga mulai membeli emas, hal ini sungguh di luar dugaan mereka. Apalagi dengan kondisi pada umumnya saat ini, pendapatan menurun, harga properti juga menurun, nilai tukar RMB juga menurun, jadi hanya bisa membeli emas lantakan, menabung sekelumit harapan bagi masa depan.

Topik 2 : Pemimpin Partai Hadapi Masalah, Jensen Huang Tambah Modal, Vietnam Jadi Pesaing PKT

Tanggal 12 Desember lalu, Xi Jinping berkunjung ke Hanoi, Vietnam. Setelah mengunjungi pemimpin Partai Komunis Vietnam Nguyễn Phú Trọng, Xi Jinping secara terbuka mengatakan “akan memperdalam hubungan mitra kerjasama strategis antara Tiongkok-Vietnam secara menyeluruh”, membangun “komunitas senasib bersama RRT-Vietnam” yang memiliki makna strategis.

Kata-kata “komunitas senasib bersama” walaupun tidak pernah dijelaskan secara konkrit oleh PKT, tapi di telinga banyak orang hanya semacam slogan baru PKT, sepertinya tidak ada yang istimewa. Tapi, ada sesuatu yang mencurigakan, walaupun PKT mengatakan “komunitas senasib bersama”, pihak Vietnam sepertinya tidak menyukai kata-kata ini, dalam pernyataan penjelasan mereka, istilah tersebut diubah menjadi “masa depan bersama”, untuk menggantikan istilah “komunitas senasib bersama”.

Komunitas senasib bersama, adalah slogan fron persatuan internasional yang diciptakan oleh PKT sejak Kongres Rakyat Nasional ke-18, kata-kata ini adalah konsep kelompok internasional yang diketuai oleh PKT dengan PKT sebagai pusat operasionalnya, jika Vietnam menyetujui kata-kata ini, itu berarti Vietnam telah berpihak dan bergabung dalam kubu PKT, dan menjadi budak PKT. Pihak Vietnam sangat cerdik, mereka tidak ingin dicap sebagai “komunitas senasib bersama”, sehingga mengubahnya menjadi “masa depan bersama” agar tidak dipaksa oleh PKT untuk bergabung.

Faktanya, sebelum Xi Jinping berkunjung ke Vietnam, PKT telah berusaha mempromosikan “komunitas senasib bersama” pada Vietnam, dengan harapan dapat terjalin “komunitas senasib bersama Tiongkok-Vietnam”, yaitu menggandengkan nasib PKT dengan Vietnam, tapi selalu ditanggapi dingin oleh Vietnam, dan tidak pernah direspon. 

Sekarang Xi Jinping sendiri telah mengunjungi Vietnam, pihak Vietnam tetap tidak mau mengalah sedikit pun, hal ini menimbulkan halangan bagi Xi Jinping, media massa internasional pun menyoroti adanya kecurigaan ini.

Singkat kata, berapa pun banyaknya order atau keuntungan yang akan diberikan PKT bagi Vietnam, berapa pun banyaknya kesepakatan dagang yang ditandatangani kedua pihak, sikap Vietnam yang tidak mau bergabung dalam “komunitas senasib bersama” telah menjelaskan bahwa di masa mendatang Vietnam tidak akan mau bekerjasama seiya sekata dengan PKT, sebaliknya justru berpura-pura manis di depan tapi berbeda pendapat, atau bahkan cenderung berbeda haluan dan menempuh jalan masing-masing.

Alasan pertama, karena AS sedang aktif mendorong strategi Indo-Pacific, termasuk Vietnam dan Korea Selatan telah menjadi mitra kerjasama strategis AS, dengan demikian membuat Vietnam dan Korea Selatan yang masing-masing terletak di selatan dan utara Tiongkok, membentuk posisi mengapit PKT, membantu AS untuk menahan ekspansi PKT. Sebaliknya, pihak AS juga dapat bekerjasama dengan Vietnam dan Korea Selatan, untuk mengawasi PKT dari jarak dekat, hal ini membuat penguasa Beijing sangat tidak tenang.

Alasan kedua adalah, PKT khawatir militer AS akan kembali ke Vietnam, ini akan sangat tidak menguntungkan bagi hegemoni PKT di kawasan Laut Selatan. Dua tahun terakhir ini PKT terus saja melakukan ekspansi yang provokatif di kawasan Laut Selatan, Laut Timur, dan Selat Taiwan, seperti belum lama ini kapal penjaga pantai PKT menyerang penjaga pantai Filipina dengan meriam air. Tindakan ini membuat militer dan para politisi AS menjadi waspada, mereka berharap agar AS segera membangun pangkalan militer di Vietnam, agar dapat menghalangi ekspansi PKT.

September lalu, Vietnam dan Amerika Serikat baru saja membina “hubungan kemitraan strategis komprehensif” skala tertinggi, jika Vietnam lebih lanjut menyetujui memberikan akses bagi AS untuk membangun pangkalan militer di Teluk Cam Ranh atau pelabuhan Vietnam lainnya, maka PKT pasti akan kebakaran jenggot, dan pasti akan mengacaukan rencana PKT menguasai Laut Selatan serta mengintimidasi Filipina dan Vietnam.

Maka dari itu, Xi Jinping mengunjungi sendiri Vietnam, berharap dapat merangkul Vietnam agar tidak berpisah dengan PKT. Tapi Vietnam bersikap dingin memberikan jawaban: antara aku dan kau hanya ada masa depan bersama, tidak ada senasib bersama. Intinya, Vietnam pun pesimis terhadap nasib PKT, apalagi kesialan PKT akan mendatangkan kesialan pula bagi Vietnam. Apa maksudnya? Ini ada kaitannya dengan alasan Vietnam selalu menjaga jarak dengan PKT.

Alasan Pertama: Kontroversi Kedaulatan Laut Selatan, Batasan Yang Tak Dapat Didamaikan

Antara Vietnam dengan PKT selalu terjadi konflik sengit dalam hal wilayah kedaulatan di kawasan Laut Selatan, ini adalah garis merah kedaulatan yang tidak dapat ditolerir oleh kedua pihak. Seperti Mei tahun ini, PKT membangun sebuah restoran hotpot di Pulau Woody yang terletak di Kepulauan Paracel, mendeklarasikan kedaulatan PKT atas wilayah tersebut, pihak Vietnam pun melontarkan protes. 

HIngga  Juni, kapal pihak PKT dan Vietnam terus mengalami konflik di sekitar Vanguard Bank, kapal penjaga pantai PKT mengusir kapal-kapal Vietnam dengan meriam air, juga memicu protes dari pihak Vietnam. Pihak Vietnam langsung membeli ratusan bilah rudal anti kapal, besar kemungkinan untuk mendeterensi PKT.

Hingga  Agustus, PKT didapati telah membangun sebuah landasan pacu pesawat yang baru di Pulau Triton yang juga terletak di Kepulauan Paracel, hal ini kembali memicu aksi protes Vietnam. Kemudian, Vietnam juga mempercepat proses reklamasi daratan baru di perairan Kepulauan Spratly, jelas sebagai aksi balas pada invasi ekspansif PKT.

Singkat kata, konflik urusan rumah tangga antara PKT dengan Vietnam yang tak berkesudahan adalah hal yang tidak dapat ditolerir oleh kedua pihak. Sekarang PKT ingin mengajak Vietnam bergabung dalam “komunitas senasib bersama”, itu berarti selain berniat mencaplok wilayah Vietnam, juga ingin mengikatkan diri bersama Vietnam, untuk bersama-sama melawan Amerika Serikat, tentu saja Vietnam tidak sudi.

Alasan Kedua: Bisnis Hengkang Dari Tiongkok, Menguntungkan Ekonomi Vietnam

Sejak 2018, akibat dampak dari perang dagang AS-Tiongkok  dan pandemi yang terjadi di Tiongkok, investasi di Tiongkok menjadi semakin berisiko, oleh sebab itu perusahaan modal asing pun ramai-ramai meninggalkan Tiongkok, dan mengalihkan investasinya ke Vietnam, bahkan perusahaan Tiongkok pun seperti Luxshare yang merakit ponsel iPhone juga berinvestasi di Vietnam. Karena tidak hanya tidak masuk dalam daftar pembatasan dagang dan dikenakan tarif tinggi oleh AS, biaya tenaga kerja di Vietnam juga lebih murah daripada Tiongkok.

Jadi, rantai pasokan yang memproduksi OEM global pun mulai restrukturisasi besar-besaran, ekspor Tiongkok ke AS semakin menyusut, sementara pangsa pasar ekspor Vietnam ke AS tumbuh pesat. 

Bahkan jumlah alat penyedot debu buatan Vietnam yang diekspor ke AS, untuk pertama kalinya di bulan Februari tahun ini telah melampaui Tiongkok. Singkat kata, PKT jatuh, Vietnam makan enak. Vietnam dan India juga sejumlah negara Asia Tenggara lainnya, sedang bergandeng tangan menggantikan Tiongkok, menjadi “hunian pabrik dunia” baru.

Alasan Ketiga: Konflik AS-PKT, Membantu Peralihan Peningkatan Industri Vietnam

September tahun ini, rombongan Biden berkunjung ke Vietnam, tidak hanya telah meningkatkan hubungan AS-Vietnam naik menjadi “hubungan kemitraaan strategis komprehensif” berskala tertinggi, Biden juga menjanjikan pihak Vietnam akan menjadi basis baru “friendshoring” untuk produksi cip bagi AS. 

Pihak AS pun akan mengatur perusahaan semi konduktor dan teknologi AS untuk melakukan investasi dan pengembangan teknologi bersama dengan Vietnam, yang meliputi bidang semi konduktor, AI, dan bidang lainnya.

Seperti pendiri NVIDIA yang merupakan produsen cip AI top dunia yang bernama Jensen Huang Jen-Hsun, telah berinvestasi senilai 250 juta dolar AS di Vietnam, kemudian mereka juga akan membangun basis cip di Vietnam, jadi belakangan ini Jensen Huang juga berkunjung untuk mempelajari Vietnam, dan menikmati makan malamnya di pasar malam.

Khususnya setelah AS memberlakukan pembatasan semi konduktor dan peralatan produksinya terhadap PKT, jadi untuk memproduksi produk teknologi terbaru di Tiongkok menjadi sangat sulit. 

Oleh sebab itu, JP Morgan Chase & Co. telah memprediksi, hingga tahun 2025, 20% iPad dan Apple Watch akan diproduksi di Vietnam, sementara headphone nirkabel AirPods yang akan diproduksi di Vietnam akan lebih tinggi yakni 65%.

Sederhananya, perang datang dan perang teknologi antara AS dengan RRT, tidak hanya akan menimbulkan perubahan besar-besaran pada rantai pasokan global, juga akan membuat Vietnam mendapat banyak sekali keuntungan, sekaligus membantu Vietnam mewujudkan alih teknologi menuju teknologi tinggi, menggerakkan lompatan besar perekonomiannya. 

Bagi Vietnam, tentu saja ini adalah suatu peluang yang sangat baik, bahkan berkali-kali lipat lebih baik dibandingkan dengan “komunitas senasib bersama” PKT yang palsu itu.

Alasan Keempat: Pelajaran Dari Perang PKT-Vietnam

Perang PKT-Vietnam di tahun 1979, adalah suatu pelajaran pahit yang tak terlupakan bagi Vietnam. Waktu itu Vietnam sedang menyerang Kamboja, tapi justru diserang oleh pasukan yang dikirim PKT dari belakang, dan menewaskan lebih dari 30.000 tentara dan warga sipil Vietnam. 

PKT melakukan aksi tersebut di satu sisi untuk membalas Vietnam yang telah menghancurkan rezim Khmer Merah yang dibentuk oleh Beijing, di sisi lain, PKT berniat mengambil hati AS dengan cara menyerang Vietnam yang merupakan saudara kecil Uni Soviet, sebagai bingkisan untuk mulai membina hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.

Jadi dengan adanya pelajaran sejarah yang menyakitkan ini di depan, lalu ditambah lagi dengan konflik di Laut Selatan di belakang, Vietnam tentu saja tidak akan semudah itu percaya pada PKT, dan mengikuti jejak PKT.

Sebaliknya, bagi Vietnam menangkap peluang baik ini dimana seluruh dunia sedang mengepung PKT, dan memiliki “mendekati AS menjauhi PKT”, tidak hanya dapat meningkatkan perekonomian, teknologi, dan kekuatan militer Vietnam secara drastis, juga meningkatkan status internasional, serta membuat Vietnam dapat mengalahkan PKT di bidang ekonomi, dagang, dan teknologi, sebagai aksi balasan terhadap PKT, apa alasan Vietnam tidak mau melakukannya? (Lin)