Bayi yang Terseret Gelombang Tsunami Aceh dan Terhanyut Kembali ke Darat Kini Sudah Tumbuh Dewasa

EtIndonesia. 19 tahun silam, seorang bayi perempuan berusia 22 hari yang tersapu gelombang tsunami Samudra Hindia (tsunami Aceh), bernasib mujur karena berhasil “dikirim kembali ke darat oleh ombak”. “Bayi ajaib tsunami” yang kini sudah tumbuh dewasa ini setiap tahunnya selalu menyempatkan waktu pergi ke pantai pada hari terjadinya tsunami untuk berdoa dan bersyukur.

Pada 26 Desember 2004, gempa berkekuatan magnitudo 9,1 terjadi di lepas pantai Sumatra, yang kemudian memicu tsunami di Samudera Hindia, dan menewaskan sedikitnya 220.000 jiwa di negara-negara pesisir Asia Selatan, termasuk sekitar 170.000 warga Indonesia. Sedangkan Malaysia, Penang adalah yang paling parah terkena dampaknya. Dari 69 orang korban di Malaysia, 52 orang diantaranya berada di Pulau Penang.

Ketika tsunami terjadi, bayi perempuan Penang berusia 22 hari yang diberi nama S. Thulaashi sedang tidur di atas kasur di kafe tepi pantai yang dikelola oleh orangtuanya.

Saat gelombang pertama tsunami melanda, dia langsung diseret ombak besar ke laut, dan ketika orok tersebut nyaris hilang dari pandangan, tanpa disangka ia secara ajaib dibawa kembali ke pantai oleh gelombang kedua. Menurut laporan, Thulaashi bahkan tidak terkena cipratan air laut setetes pun.

Kisah keajaiban Thulaashi yang selamat dari tsunami dengan cepat menyebar dan mendapat perhatian besar dari masyarakat, bahkan sempat menjadi berita utama di seluruh dunia.

Kini, Thulaashi yang berusia 19 tahun dan sedang belajar untuk mendapatkan gelar akuntansi juga membantu orangtuanya yang membuka kafe di tepi pantai.

Media Malaysia memberitakan bahwa ketika Thulaashi masih kecil, orangtuanya melarang dia bermain di pantai sendirian demi alasan keamanan. Sekarang Thulaashi yang berusia 19 tahun telah mendapat izin orangtuanya dan bisa pergi ke pantai sendirian. Thulaashi sekarang selain tidak takut dengan laut, tapi menyukainya dan menyukai rasa ketika badannya dihantam ombak.

Thulaashi dan keluarganya selalu pergi ke pantai pada 26 Desember setiap tahunnya untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta atas kuasa-Nya sehingga ia bisa selamat dari tsunami abad ini.

Banyak wisatawan lokal, pengunjung atau kerabat yang mengetahui cerita tentang “Bayi Ajaib Tsunami” ini, mereka juga akan membincangkan lagi peristiwa ajaib tersebut. (sin/yn)

Sumber: ntdtv