Pergulatan Warga Tiongkok Demi Penghangat Ruangan di Tengah Suhu Dingin Ekstrem dan Tagihan Listrik Selangit

Konsumen listrik sedang berjuang menghadapi suhu dingin, masalah pasokan, dan tagihan yang membengkak. Sementara itu, perbedaan dalam angka resmi menunjukkan adanya miliaran biaya tersembunyi

Julia Ye dan Lynn Xu – The Epoch Times

Saat suhu dingin ekstrem menyelimuti Tiongkok, pihak berwenang kesulitan mengatasi kekurangan energi, dan tagihan listrik meroket. Netizen mengeluhkan pemanas ruangan yang tidak mencukupi dan tagihan listrik yang berlebihan.

Suhu dingin yang memecahkan rekor di musim dingin ini telah membawa salju bahkan hingga ke provinsi-provinsi di bagian selatan Tiongkok yang beriklim subtropis. Masalah kekurangan pemanas ruangan melanda kota-kota di bagian utara yang padat penduduknya, dan provinsi-provinsi di bagian barat laut, seperti Shaanxi, Gansu, Qinghai, Ningxia, dan Xinjiang.

Reuters melaporkan pada 24 Desember bahwa Beijing telah memecahkan rekor cuaca dingin selama tujuh dekade.

Pada 24 Desember, seorang netizen anonim mengunggah sebuah pesan di media sosial yang meminta perhatian pada penderitaan yang disebabkan oleh isu-isu temperatur di Tiongkok utara setelah turunnya salju baru-baru ini.

Netizen tersebut, tanpa menyebutkan lokasinya, mengatakan bahwa suhu telah turun hingga minus 15 derajat Fahrenheit, tetapi “suhu dalam ruangan di rumah-rumah penduduk berkisar antara 10 hingga 15 derajat,”

“Para lansia dan anak-anak mengenakan mantel katun tebal [di rumah] dan masih kedinginan dan jatuh sakit,” tulis unggahan tersebut, dan menambahkan bahwa warga telah mengeluh kepada pihak berwenang tanpa ada tanggapan. “Hotline layanan pemerintah 12345 hanyalah sebuah pertunjukan. Yang disebut layanan pelanggan yang dipromosikan oleh perusahaan pemanas tidak berguna.”

Seorang netizen lain, dari Tianjin, sebuah kota besar di Tiongkok utara, mengeluh pada 23 Desember bahwa selama beberapa hari pertama gelombang dingin, suhu di dalam ruangan mereka mencapai 14 derajat Fahrenheit.

Tiongkok telah mengalami kekurangan listrik yang cukup parah dalam beberapa tahun terakhir. Pada musim panas, penggunaan AC sangat minim, dan pabrik-pabrik mengacaukan jadwal operasi karena masalah jaringan energi. “Tidak jarang lingkungan perumahan mengalami pemadaman listrik selama musim panas dan musim dingin,” kata Liu Xin (nama samaran), seorang penduduk Hefei, di provinsi Anhui, Tiongkok timur, kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin.

Hal yang menambah penderitaan adalah tagihan listrik yang melambung tinggi. Liu menyebutkan, pada musim dingin ini, lampu-lampu di beberapa bangunan gelap, dan beberapa jalan di kotanya tidak memiliki penerangan.

Smart Meter Tiongkok yang Tidak Akurat 

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak area perumahan di Tiongkok telah mengganti meteran tradisional dengan smart meter. Setelah mengganti meteran mereka, banyak penduduk mengeluh bahwa mereka membayar lebih banyak untuk listrik meskipun mereka tidak mengubah konsumsi listrik mereka.

Liu berkata, “Sejak saya beralih ke meteran baru, tagihan listrik saya meningkat beberapa kali lipat.”

Spekulasi publik mengenai kecurangan meteran listrik telah berlangsung selama beberapa dekade meskipun ada penyangkalan berulang kali dari media pemerintah.

Pada awal 2018, sebuah artikel di aplikasi blogging Tiongkok, Jianshu, mengklaim bahwa “75 persen meteran listrik di Tiongkok sengaja dipercepat, dengan deviasi terbesar adalah 28 persen lebih cepat.” Artikel tersebut menuduh bahwa meteran dipercepat karena “beberapa perusahaan listrik secara pribadi meminta produsen untuk mempercepat pembacaan dalam meter.”

Artikel tersebut, yang dicetak ulang oleh media pemerintah Tiongkok People’s Daily Online, menjadikan smart meter Tiongkok sebagai topik hangat pada tahun itu.

Pada Agustus 2021, sebuah analisis online tentang masalah ini menyatakan bahwa smart meter secara inheren mengonsumsi sejumlah listrik hanya untuk berfungsi, biaya yang kemudian dibebankan kepada pengguna.

Miliaran Biaya Listrik Tersembunyi

Pada 22 Desember, sebuah artikel di portal berita Tiongkok, NetEase, bertanya: “Apakah rahasia bahwa meteran berubah dengan cepat?” Artikel tersebut mengutip sebuah contoh di mana seorang netizen ditagih untuk 135 derajat listrik yang ditampilkan oleh meterannya, meskipun konsumsi sebenarnya di rumah tersebut adalah 100 derajat.

Artikel tersebut memperkirakan bahwa perusahaan listrik milik negara Tiongkok telah membeli 10 miliar kWh listrik tetapi menjual 13,5 miliar kWh.

Artikel NetEase juga membandingkan dua set data resmi yang dirilis pada 15 Desember untuk sebelas bulan pertama tahun 2023, satu untuk pembangkit listrik dan satu lagi untuk konsumsi listrik. Data dari Biro Statistik Tiongkok menunjukkan bahwa total produksi listrik negara tersebut dari Januari hingga November adalah 8.073,2 miliar kilowatt-jam (kWh), meningkat 4,8 persen dari tahun ke tahun. Sementara itu, Administrasi Energi Tiongkok mengindikasikan bahwa total konsumsi listrik dari Januari hingga November adalah 8.367,8 miliar kWh, naik 6,3% dari tahun ke tahun.

Secara khusus, angka-angka resmi menyimpulkan bahwa listrik Tiongkok yang dilaporkan digunakan melebihi jumlah yang sebenarnya dihasilkan sebesar 294,6 miliar kilowatt-jam. Jika dihitung dengan harga 0,5 yuan (sekitar $.07) per unit, perbedaannya mencapai 147,3 miliar yuan ($.20,6 miliar), sebuah biaya yang sangat mahal untuk tagihan listrik di Tiongkok.

Artikel NetEase menyimpulkan bahwa satu-satunya penjelasan untuk fenomena yang tidak masuk akal ini adalah karena meteran listrik di banyak rumah tangga di Tiongkok – termasuk pengguna industri – rusak. Akibatnya, biaya yang terlalu tinggi menjadi tarif energi tersembunyi, membebani pembayar pajak Tiongkok yang sudah kesulitan dengan miliaran pajak tambahan. Artikel ini kemudian disensor. (asr)