Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol : Tidak Ragu Menanggapi Provokasi Korea Utara yang Menggencarkan Persiapan Perang

oleh Li Yan

Ketika Amerika Serikat menuduh Korea Utara melakukan transaksi militer dengan Rusia, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un malahan menginstruksikan militer, industri persenjataan, dan departemen senjata nuklir Korea Utara untuk mempercepat persiapan perang sebagai tanggapan terhadap AS. Pada Kamis (28 Desember) Presiden Korea Selatan mengatakan, bahwa jika Korea Utara melakukan provokasi, militer Korea Selatan dapat langsung melakukan serangan balik tanpa perlu meminta instruksi terlebih dahulu.

Pada Kamis, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berkunjung ke wilayah timur Yeoncheon untuk menginspeksi pasukan garis depan, melihat dari dekat situasi pertahanan mereka, dan meminta militer untuk langsung melakukan pembalasan jika Korea Utara melakukan tindakan provokatif.

Kabupaten Yeoncheon terletak 60 kilometer (37 mil) di utara ibu kota Seoul, yang berbatasan dengan Korea Utara.

Kepada pasukan Korea Selatan, Yoon Suk Yeol mengatakan : “Saya meminta kalian untuk segera dan tanpa ragu-ragu untuk menghancurkan niat provokatif musuh. Setelah itu kejadian baru dilaporkan”.

Menurut kantor berita Korea Utara KCNA, bahwa dalam pertemuan penting partai yang diadakan pada 27 Desember, ketika berbicara tentang arah kebijakan pemerintah untuk tahun baru mendatang, Kim Jong-un “meminta Tentara Rakyat, industri persenjataan, departemen senjata nuklir dan departemen pertahanan sipil Korea Utara untuk lebih mempercepat persiapan perang”. Kim juga menyebutkan bahwa Pyongyang berencana memperluas kerja sama strategis dengan negara-negara yang “anti-imperialis”.

Korea Utara telah memperluas hubungan dengan Rusia dan negara-negara lain. Amerika Serikat mengutuk Korea Utara yang menyediakan peralatan militer kepada Rusia untuk perangnya dengan Ukraina, sementara Rusia memberikan dukungan teknis untuk membantu Korea Utara meningkatkan kemampuan militernya sebagai barter.

Kim Jong-un mengatakan bahwa tahun lalu adalah tahun “transisi besar dan perubahan besar” bagi Korea Utara, karena terjadi perkembangan pertahanan nasional dan senjata strategis baru yang pesat, dan Korea Utara sekarang sudah memiliki aset untuk melakukan pengintaian dari luar angkasa.

Korea Utara mengatakan pada 28 November tahun ini bahwa satelit mata-mata yang diluncurkan ke orbit pada minggu sebelumnya telah menangkap gambar Gedung Putih, Pentagon dan pangkalan militer AS di dekatnya. Namun pernyataan ini diragukan pihak luar.

Hari Kamis Yoon Suk Yeol memperingatkan bahwa Korea Utara “dapat melakukan provokasi kapan saja berdasarkan tujuan politiknya”.

“Korea Utara adalah satu-satunya negara di dunia yang secara eksplisit menetapkan invasi dan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu dalam konstitusinya”, kata Presiden Yoon Suk Yeol.

Perang Korea terjadi pada 25 Juni 1950 dan berakhir pada tahun 1953 dengan ditandatanganinya perjanjian gencatan senjata, namun perjanjian damai tidak pernah ditandatangani.

Setelah perang, Amerika Serikat menempatkan sekitar 28.500 orang tentaranya di Korea Selatan.

KCNA mengatakan bahwa pada sidang pleno partai, Kim Jong-un juga menetapkan tujuan ekonomi untuk Tahun Baru, dan menyebutnya sebagai tahun yang menentukan untuk menyelesaikan rencana pembangunan lima tahun negara tersebut.

Korea Utara mengalami kekurangan pangan yang parah dalam beberapa dekade terakhir, termasuk kelaparan pada tahun 1990an. Pakar internasional telah memperingatkan bahwa lockdown yang dilakukan Pyongyang selama pandemi COVID-19 memperburuk masalah ketahanan pangan.

Menurut perkiraan, produksi tanaman pangan Korea Utara mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya karena kondisi cuaca yang mendukung. Namun seorang pejabat di Seoul mengatakan, bahwa pertumbuhan yang terbatas belum dapat menyelesaikan masalah kekurangan pangan yang serius dari negara tersebut. (sin)