Proyeksi Bank Dunia: Perekonomian Global Akan Melambat Selama Tiga Tahun Berturut-turut pada 2024

Zhang Ting

Ekonomi global akan melambat selama tiga tahun berturut-turut pada 2024 dan akan berada di jalur untuk periode ekonomi lima tahun terlemah dalam 30 tahun terakhir, menurut laporan Prospek Ekonomi Global terbaru dari Bank Dunia yang dirilis pada  Selasa 9 Januari.

Bank Dunia mengatakan bahwa meskipun ekonomi global telah menunjukkan ketahanan dalam menghadapi risiko resesi pada 2023, meningkatnya ketegangan geopolitik akan menciptakan tantangan baru dalam waktu dekat, yang mengarah pada pertumbuhan yang lebih lambat di sebagian besar negara di 2024 dan 2025 dibandingkan dengan dekade sebelumnya.

Menanggapi laporan Prospek Ekonomi Global yang dirilis pada  Selasa, Bank Dunia mengatakan dalam sebuah siaran pers bahwa pertumbuhan global diperkirakan akan melambat selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2024 menjadi 2,4 persen, turun dari 2,6 persen pada tahun 2023, dan hampir 0,75 poin persentase di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata pada tahun 2010.

Pertumbuhan diperkirakan akan melambat pada 2024 di Asia Pasifik Timur (terutama karena pertumbuhan yang lebih lambat di Tiongkok), Eropa dan Asia Tengah, dan Asia Selatan, dengan wilayah lain yang meningkat pada tingkat yang berbeda-beda.

Ekonomi Tiongkok akan tumbuh sebesar 4,5 persen pada  2024, turun dari perkiraan tahun lalu sebesar 5,2 persen.

Negara-negara Berkembang Menjadi yang Paling Terkena Dampaknya

Berdasarkan salah satu indikator, perekonomian global berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu : perekonomian AS kuat, sehingga mengurangi risiko resesi global. Namun, meningkatnya ketegangan geopolitik dapat menimbulkan risiko baru dalam jangka pendek terhadap perekonomian dunia. Pada saat yang sama, prospek jangka menengah di banyak negara berkembang telah meredup di tengah melambatnya pertumbuhan di sebagian besar negara besar, lesunya perdagangan global dan kondisi keuangan yang paling ketat dalam beberapa dekade terakhir.

Indermit Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia memperingatkan bawa tanpa penyesuaian secara besar-besaran, tahun 2020-an akan menjadi dekade yang kehilangan peluang. Pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, menyebabkan banyak negara berkembang – terutama negara-negara termiskin – berada dalam kesulitan: dengan tumpukan utang dan hampir sepertiga penduduknya kekurangan pangan. Hal ini akan menghambat kemajuan dalam banyak prioritas global. 

Gill menekankan bahwa peluang untuk membalikkan penurunan tersebut masih ada. Outlook Perekonomian Global memberikan jalan ke depan yang jelas: prospek ini menguraikan perubahan besar yang dapat dicapai jika pemerintah segera mulai mempercepat investasi dan memperkuat kerangka kebijakan fiskal.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa negara-negara berkembang diperkirakan hanya tumbuh sebesar 3,9% pada tahun 2024, lebih rendah satu poin persentase dibandingkan rata-rata dekade sebelumnya. Kinerja negara-negara berpendapatan rendah pada tahun 2023 mengecewakan, dan pertumbuhan diperkirakan sebesar 5,5% pada 2024, lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Pada akhir tahun 2024, sekitar 25% penduduk di negara-negara berkembang dan sekitar 40% penduduk di negara-negara berpendapatan rendah masih akan menjadi lebih miskin dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 pada 2019. Pertumbuhan di negara maju diperkirakan akan melambat dari 1,5% pada tahun 2023 menjadi 1,2% pada 2024.

Pertumbuhan perdagangan global pada  2024 diperkirakan hanya setengah dari rata-rata sepuluh tahun sebelum epidemi. Dan biaya pinjaman di negara-negara berkembang, terutama negara-negara dengan peringkat kredit buruk, kemungkinan akan tetap tinggi karena tingkat suku bunga global yang disesuaikan dengan inflasi tetap berada pada level tertinggi dalam empat dekade terakhir.

Gill menuturkan : pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, membuat banyak negara berkembang – terutama negara termiskin – berada dalam kesulitan: tingkat utang sangat tinggi dan hampir sepertiga penduduknya tidak memiliki akses terhadap pangan.

Berbagai Risiko Bisa Membuat Kondisi Perekonomian Memburuk dari Perkiraan

Ekonom perbankan memperingatkan bahwa  2024 kemungkinan besar akan mengecewakan dibandingkan memberikan kejutan positif. Perang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global. Meningkatnya pertempuran di Timur Tengah dapat mendorong harga minyak jauh di atas level saat ini sebesar US$75 per barel, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi.

“Ada perang di Eropa Timur, Rusia telah menginvasi Ukraina. Ada konflik serius di Timur Tengah. Meningkatnya konflik-konflik ini dapat berdampak signifikan pada harga energi dan juga pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi,” Direktur Prospects Group Group Ayhan Kose mengatakan kepada CNBC.

Serangan Houthi terhadap pelayaran di Laut Merah telah mendorong kapal kargo memutar arah di sekitar ujung selatan Afrika, yang mengakibatkan rute navigasi menjadi lebih panjang dan mahal. Perdagangan melalui Terusan Suez, yang menghubungkan Laut Merah ke Mediterania, turun 28% dalam 10 hari hingga 2 Januari, menurut Dana Moneter Internasional. Jika gangguan pengiriman di jalur perairan utama ini terus berlanjut, hal ini dapat memberikan tekanan pada harga di Amerika Serikat dan negara lain. (Hui)