Letusan Lebih dari 520.000 Tahun Lalu Menunjukkan Busur Vulkanik Aegean Selatan Jauh Lebih Berbahaya

EtIndonesia. Bukti yang baru ditemukan dari salah satu letusan paling masif yang pernah tercatat di Busur Vulkanik Aegean Selatan menunjukkan bahwa medan tersebut jauh lebih eksplosif di masa lalu daripada yang diyakini sebelumnya.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment, para ilmuwan telah mengekstraksi deposit batu apung yang sangat besar dari dasar laut situs pesisir kepulauan Santorini di Yunani.

Rangkaian lebih dari 20 gunung berapi sepanjang 60 kilometer membentuk medan vulkanik di Laut Aegea Yunani. Sebagian besar gunung berapi berbahaya ini berada di bawah air dan memiliki sejarah letusan yang sangat eksplosif.

Dr. Steffen Kutterolf, ahli vulkanik di GEOMAR Helmholtz Center for Ocean Research di Kiel dan Dr. Timothy Druitt dari Universitas Clermont-Auvergne memimpin ekspedisi di Santorini.

Dr. Kutterolf berkata: “Misalnya, letusan Santorini pada Zaman Perunggu Akhir sekitar 3.600 tahun yang lalu mungkin memicu jatuhnya peradaban Minoa di Kreta—sebuah peristiwa penting bagi vulkanologi dan arkeologi.”

Deposit tersebut menunjukkan bahwa letusan yang lebih eksplosif terjadi lebih dari 520.000 tahun yang lalu. “Endapan tufa yang baru ditemukan memiliki volume lebih dari 90 kilometer kubik dan tebal hingga 150 meter, menjadikannya enam kali lebih besar dari endapan aliran piroklastik letusan Minoa dan sepuluh kali lebih besar dibandingkan endapan aliran piroklastik Hunga Tonga-Hunga Ha. ‘letusan gunung berapi apai pada 22 Januari 2022,’ “tambah Dr. Kutterolf.

Aliran abu panas, batuan, dan gas yang berasal dari gunung berapi bawah laut dikenal sebagai aliran piroklastik. Jika digabungkan dengan air, mereka berubah menjadi aliran keruh dan lumpur.

Aliran piroklastik mengangkut material vulkanik dalam jumlah besar hingga 70 kilometer ke cekungan laut terdekat. Para peneliti juga menemukan lapisan batuan milik letusan yang sama dengan endapan di tiga pulau tetangga.

Dr. Kutterolf mengatakan: “Penanggalan pertama dan perkiraan kedalaman air di mana letusan terjadi dimungkinkan langsung di atas kapal berkat mikropaleontologi.”

Karena usia geologis dan kedalaman air yang diinginkan diketahui, tim peneliti menggunakan mikrofosil (foraminifera) yang ditemukan di atas dan di bawah endapan batu apung untuk menentukan lokasinya di dasar laut.

Namun, para peneliti percaya bahwa kemungkinan bidang vulkanik tersebut mengalami letusan berkekuatan tinggi lagi adalah kecil.

“Tetapi mengetahui masa lalu juga merupakan landasan penting untuk memprediksi masa depan,” kata Dr. Kutterolf. (yn)

Sumber: wionews