Misi Pasukan Khusus Ukraina Hancurkan Su-34 di Rusia

Militer Terkini

Seiring dengan menurunnya bantuan militer Barat terhadap Ukraina, pola misi medan perang Ukraina pun mengalami sejumlah perubahan. Perang frontal berskala besar seakan mendampingi operasi di belakang garis musuh yang semakin berdampak oleh pasukan khusus serta serangan jarak jauh yang terus meningkat, telah mengubah situasi perang. Juga pasukan khusus Ukraina yang misterius itu telah muncul ke permukaan oleh karenanya.

Pada 3 Januari lalu, sebuah pesawat serbu pertahanan belakang Su-34 Rusia yang diparkir di bandara mengalami serangan misterius dengan cara dibakar. Waktu itu pesawat tersebut diparkir di sebuah pangkalan AU jauh di dalam wilayah Rusia. Peristiwa ini menjelaskan, pesawat Rusia tidak hanya mendapat ancaman dari drone dan rudal saat berada di udara, pada saat berada di darat pun mereka mengalami ancaman dari pasukan khusus Ukraina yang menyusup jauh ke dalam wilayah Rusia.

Belum lama ini, badan intelijen Kemenhan Ukraina (GUR) merilis sebuah rekaman video yang menunjukkan proses krusial serangan kali ini. Tengah malam, di apron yang tertutup salju itu, di bagian bawah badan pesawat Su-34 muncul kobaran api. Dari video tidak bisa dipastikan bagaimana api tersebut tersulut, tapi dapat terlihat sepertinya api berasal dari tangki bahan bakar eksternal yang berada di bawah lambung pesawat dekat dengan sistem air intake pada mesin pendorong sisi kanan. Seiring semakin besarnya kobaran api, bagian dalam air intake mesin pendorong menjadi terang. Orang yang mengambil gambar mengacungkan tiga jari di depan lensa kameranya, dan membuat simbol “tanduk iblis”, Anda juga bisa mengartikannya sebagai trisula yang melambangkan negara Ukraina.

Meskipun belum diketahui pasti kondisi kerusakan sebenarnya yang dialami Su-34 itu, tapi kejadian setelahnya, seperti yang diisyaratkan oleh media massa Ukraina, pesawat itu kemungkinan besar telah sepenuhnya hancur. Dalam pemberitaan oleh badan intelijen militer Ukraina menyindir, penyebab terbakarnya pesawat tersebut telah diklarifikasi. Direktur badan intelijen yakni Kyrylo Budanov membenarkan, peristiwa tersebut adalah hasil kerja mata-matanya di wilayah Rusia.

Lokasi diserangnya Su-34 itu adalah di pangkalan militer AU Shagol di wilayah Chelyabinsk. Pangkalan tersebut adalah markas besar resimen penerbangan campuran ke-2 AU Rusia, yang telah mulai dipersenjatai dengan jet tempur Su-34 sejak 2017 lalu. Resimen tersebut memiliki skuadron yang terbentuk dari pesawat pengintai tipe Su-24MR Fencer-E.

Pihak Ukraina sendiri hanya mengakui pihaknya bertanggung jawab atas serangan tersebut, tanpa mengungkapkan rincian dari operasi kali ini. Saat ini belum diketahui berapa orang yang ikut ambil bagian dari operasi tersebut. Dalam rekaman dapat terlihat di salju terdapat banyak jejak kaki yang berlalu lalang antara pengambil gambar dengan pesawat Su-34 tersebut.

Sekali ini jelas merupakan aksi nekad pihak Ukraina di wilayah Rusia, khususnya mempertimbangkan pangkalan AU Shagoly yang berjarak lebih dari 1000 mil dari perbatasan Ukraina. Di sisi lain, ini juga menunjukkan kerumitan yang disebabkan oleh tim operasi, yang mungkin melibatkan orang Ukraina, mungkin melibatkan warga Rusia yang direkrut oleh badan intelijen Ukraina. 

Bagaimana pun, memposisikan sebuah tim operasi berikut perlengkapan yang diperlukan di sekitar pangkalan AU Rusia, …..dan berhasil mendekati serta menghancurkan pesawat tempur Rusia, adalah tindakan yang teramat berisiko. Dan, dipastikan mereka juga harus meloloskan diri dengan ucapan selamat.

Ini tentunya bukan serangan pertama yang dilakukan oleh Ukraina terhadap pangkalan AU di dalam wilayah Rusia. Pada November 2022 lalu, pangkalan AU Ostrov di wilayah Pskov sisi barat Rusia yang berjarak sekitar 400 mil dari perbatasan Ukraina juga mengalami serangan. Dua unit helikopter Ka-52 dan 1 unit helikopter serbu Mi-28N dihancurkan dengan bom yang ditempatkan pada badan pesawat. Pada September 2023 lalu, pangkalan AU Chkalovsky yang berjarak kurang dari 20 mil dari Moskow juga mengalami serangan tim perusak. Badan intelijen Ukraina mengatakan, misi kali ini telah menghancurkan 2 unit pesawat bersayap tetap dan 1 unit helikopter dihancurkan.

Pada Mei 2023 lalu, gerilyawan pro Ukraina di wilayah Rusia menyebutkan, mereka telah menghancurkan sebuah pesawat tempur Su-24M di pabrik penerbangan Novosibirsk Aircraft Production Association Plant yang terletak di Novosibirsk, sebelah selatan Siberia. Mereka menyatakan, semoga operasi kali ini menjelaskan kalau “perang ini harus diakhiri”.

Jika dibandingkan, operasi pengrusakan terhadap pesawat serbu Su-34 yang dialokasikan oleh pangkalan AU Rusia bagi pasukan garis depan yang berada dalam kondisi perang, bukanlah peristiwa kecil yang bisa diabaikan. Namun hingga kini, pihak Kemenhan Rusia belum menyampaikan komentarnya terhadap isu tersebut.

Selain serangan terhadap pangkalan AU di dalam wilayah Rusia, pasukan khusus dan tim operasi khusus dari Departemen Keamanan Ukraina lainnya juga melakukan berbagai operasi serangan berskala lebih besar lainnya di wilayah Rusia. Serentetan peristiwa lainnya yang belakangan ini menjadi sorotan, termasuk serangan yang mengincar sasaran di wilayah Krimea, serangan terhadap kapal Armada Laut Hitam, dan serangan terhadap anjungan lepas pantai Laut Hitam yang dikuasai oleh Rusia, semuanya ada jejak mereka.

Menariknya adalah, peristiwa serangan yang mengincar pangkalan AU Ostrov, sejumlah saluran Telegram pro-Rusia yang kerap memuat berita serangan pesawat tempur Rusia terhadap Ukraina tidak mentolerir AU Rusia, dan menyalahkan buruknya persiapan pertahanan di sekitar infrastruktur militer Rusia, sehingga munculnya video yang memperlihatkan terkena serangan seperti itu hanya masalah cepat atau lambat saja.

Longgarnya langkah keamanan di sekitar pangkalan AU Rusia memang sudah bukan hal baru lagi. Masalahnya, sekarang Rusia jelas menghadapi ancaman dari pasukan khusus Ukraina dan tim operasi lain yang bergerak jauh di dalam wilayah Rusia. Dengan Ukraina yang mulai mementingkan serta menyuntikkan sumber daya yang ada bagi pasukan khusus dan tim operasinya, kurangnya personel pasukan Rusia serta rapuhnya pertahanan di garis belakang menjadi semakin terlihat membahayakan. Terutama pangkalan AU Rusia di Krimea mungkin akan mengalami ancaman lebih besar. Disini, Ukraina dan individu atau organisasi pro-Ukraina di Semenanjung Krimea memiliki lebih banyak opsi kerjasama, akan lebih besar kemungkinannya bagi pangkalan militer Rusia untuk mendapatkan serangan yang bersifat menghancurkan.

Ukraina telah menggunakan rudal balistik, drone jarak jauh, dan drone pengintai bermesin jet yang dimodifikasi untuk menghadapi pesawat Rusia yang diparkir di pangkalan, kerentanan pesawat-pesawat ini tidak mempunyai pelindung pesawat yang kokoh, walaupun ada instalasi pertahanan sementara, tapi sangat diragukan efektivitas yang dihasilkannya.

Dibandingkan beberapa serangan terhadap pangkalan AU Rusia sebelumnya, serangan yang mengincar Su-34 jelas memiliki makna propaganda yang lebih kuat, dan cukup memukul semangat tempur pasukan Rusia. Dengan mempertimbangkan selama ini Ukraina berharap dapat membawa peperangan kembali ke Rusia, juga situasi di garis depan yang masih stagnan, dan menerapkan metode serangan balasan yang berbeda, aktivitas pengrusakan pasukan khusus Ukraina dan tim operasi di dalam wilayah Rusia menjadi sangat penting.

Banyak upaya serangan balasan yang dilakukan Ukraina pada semester kedua tahun lalu tidak mencapai hasil yang diharapkan, namun keberhasilan misi di garis perang rahasia yang lebih aktif, seakan telah mewujudkan kinerja perang pasukan Ukraina yang tidak bisa dibilang banyak.

Ukraina dengan kokoh menguasai beberapa pulau kecil di seberang Sungai Dnieper, yang dijaga ketat oleh pasukan Rusia, mengendalikan ketat sejumlah pulau kecil, dan menjadi pangkalan lintas Sungai Dnipro bagi pasukan Ukraina. Ini sepertinya adalah misi yang tidak mungkin, dan yang merampungkan misi ini adalah 73rd Naval Special Operations Center (Center 73) Ukraina.

Center 73 adalah salah satu pasukan khusus paling elite Ukraina, yang dikenal ahli dalam operasi di laut dan penggunaan drone,serta pasukan pengintai garis depan dan ahli pengrusakan di bawah air. Sebagai bagian dari pasukan khusus, mereka mengorganisir perang gerilya di wilayah yang telah dikuasai musuh, menyusup ke dalam kamp militer Rusia melakukan pengrusakan, dan melakukan persiapan merebut kembali wilayah yang dikuasai Rusia.

Musim panas tahun lalu, setelah pasukan Rusia menghancurkan Bendungan Kakhovka, banjir yang meluap telah menenggelamkan jalur pasokan logistik pasukan khusus Ukraina, termasuk basis militer Rusia dan segala sesuatu yang bisa dibayangkan, semuanya diterjang habis oleh banjir. Begitulah pada dasarnya “kompetisi” atas aliran Sungai Dnipro. Saat air laut surut, siapa yang bisa menguasai pulau-pulau ini, dan mengendalikan Sungai Dnipro, dia yang akan memenangkan kompetisi tersebut.

Di pihak Ukraina yang terjun dalam pertempuran ini terutama adalah anggota pasukan khusus Center 73, mereka selalu berada dalam jarak tembak pasukan Rusia yang menguasai bendungan Sungai Dnipro. Waktu itu, kedua belah pihak saling mengetahui bahwa salah satu sasaran serangan balik Ukraina adalah menguasai sungai ini, dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk merebut kembali wilayah selatan yang telah dikuasai Rusia.

Setelah bendungan itu hancur, komandan pasukan khusus menghabiskan 6 bulan untuk menyesuaikan kembali cara mereka berperang, dan untuk memastikan jalur perhubungan di seberang Sungai Dnipro, yang menuju wilayah selatan Ukraina. Yang bertanggung jawab atas misi ini adalah komandan Center 73 yang memiliki julukan “Skif”. Skif adalah sebutan singkat bagi suku pengembara Scythian Ukraina. Sekarang, pasukan ini telah mendirikan “negara imperium” yang rahasia di Krimea, mereka mengkamuflase dirinya menjadi hewan amfibi, mereka sangat cerdik, memiliki kesabaran yang sangat kuat, yang sewaktu-waktu mempersiapkan datangnya serangan mendadak. 

Prinsip dari misi mereka adalah sebisa mungkin mendekati Rusia untuk mengintai, meletakkan bom di bawah batang hidung Rusia, dan sangat menguasai operasi di bawah air. Mayoritas mereka berpendapat, ini adalah misi yang berisiko tinggi. Intinya, misi berisiko tinggi berarti hampir bisa dikatakan misi cari mati.

Dalam 6 bulan terakhir, pasukan rahasia Ukraina ini terus melakukan aksinya menyusuri Sungai Dnipro. Mereka beralih dari rakyat jelata yang biasa berubah menjadi pejuang pasukan khusus yang bergabung dalam misi di malam hari, ada yang mengenakan pakaian selam, ada yang bersenjata lengkap mengemudikan kapal cepat. Di pagi hari, setelah misi usai, mereka kembali menjadi rakyat yang tiarap. Anggota pasukan khusus Oleksandr Kindratenko mengatakan, “Jumlah kami sangat sedikit, dan telah menerima perlengkapan dan juga pelatihan dari Barat. Intinya, kami mampu berperang, juga mampu melakukan misi strategis tanpa harus mengerahkan senjata.”

Pasukan khusus Ukraina yang menguasai pulau-pulau kecil yang tersebar di pesisir Sungai Dnipro mungkin hanya ratusan orang, bahkan lebih sedikit. Mereka membelakangi sungai besar itu, dan menghadapi puluhan ribu pasukan Rusia, membangun basis serangan balasan, serta merampungkan misi yang hampir tidak mungkin.

Dalam perang selanjutnya, jika pasukan Ukraina sukses menyeberangi Sungai Dnipro, serta memutus jalur perhubungan darat antara Krimea dengan daerah lain yang telah dikuasai Rusia, maka pasukan Ukraina ada kemungkinan akan memutar-balikkan situasi perang secara drastis. 

Semua kisah yang bercorak legendaris di Sungai Dnipro ini, mungkin akan menjadi bagian yang paling seru dalam perang ini. (Sud/whs)