Penelitian : Kanker Usus Besar Dapat Dihentikan dengan Menyalakan Protein ‘Seperti Saklar Lampu’

EtIndonesia. Para peneliti di Australian National University telah mempelajari cara menggunakan obat untuk mengaktifkan protein penghambat kanker yang dapat membersihkan DNA berbahaya dari tubuh “seperti saklar lampu”.

“Dalam keadaan aktif, protein bertindak seperti sistem pengawasan, mendeteksi tanda-tanda kerusakan DNA di sel kita,” kata peneliti dr. Abhimanu Pandey tentang protein Ku70.

Dia menambahkan bahwa “DNA yang rusak” biasanya merupakan tanda peringatan dini bahwa sel dapat menjadi kanker. Ku70 berpotensi membalikkan atau setidaknya menghentikan kerusakan.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa Ku70 dapat ‘mendinginkan’ sel kanker dan membersihkan DNA yang rusak. Protein ini mencegah sel-sel kanker menjadi lebih agresif dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga pada dasarnya menonaktifkan sel-sel tersebut dan menjaganya dalam keadaan tidak aktif.”

Global Cancer Observatory (Globocan) menyebut, terdapat sekitar 9.503.710 kasus kanker baru dan 5.809.431 kematian akibat kanker di Asia pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus kanker usus besar merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi ke-5. Selain itu, kanker usus besar adalah penyakit tertinggi kedua yang dialami pria setelah kanker paru-paru dengan jumlah kasus baru mencapai 34.189.

Di Australia tempat penelitian ini dilakukan, 100 orang meninggal setiap minggunya akibat kanker usus, menurut penelitian tersebut.

Namun, 90% kasus dapat berhasil diobati jika diketahui sejak dini, menurut data yang kini diterbitkan di Science Advances.

“Kami tahu deteksi dini dan pengobatan sangat penting untuk mengatasi tidak hanya kanker usus tetapi juga potensi kanker lainnya,” kata peneliti Si Ming Man Man.

Man menambahkan bahwa skrining kanker seperti kanker usus besar mungkin akan segera mencakup pemeriksaan kadar Ku70.

“Penelitian kami menunjukkan Ku70 adalah biomarker kekebalan tubuh yang baik, artinya ini membantu kami memprediksi siapa yang akan mengalami kondisi lebih baik atau lebih buruk setelah didiagnosis menderita kanker usus.” (yn)

Sumber: nypost