Mengapa Orang Lanjut Usia Cenderung Bangun Lebih Awal?

EtIndonesia. Kebiasaan tidur kita berubah secara signifikan seiring bertambahnya usia, menyebabkan banyak orang lanjut usia terbangun lebih pagi. Penelitian menemukan bahwa orang yang lebih muda cenderung tidur lebih banyak dan bangun lebih siang, sedangkan orang yang lebih tua sering kali bangun lebih awal dan mengalami kualitas tidur yang lebih buruk. Artikel ini mengungkap alasan di balik perubahan ini dan dampaknya terhadap kualitas tidur dan kesehatan lansia secara keseluruhan.

Memahami mengapa orang lain bangun lebih awal

Banyak orang lanjut usia mendapati diri mereka bangun lebih awal dari yang diinginkan, sebuah tantangan yang terkait dengan penurunan dorongan tidur. Ini bisa menjadi pengalaman yang membingungkan dan membuat frustasi bagi banyak orang.

Akar penyebab bangun lebih pagi ini, khususnya yang berkaitan dengan penuaan, beragam. Faktor-faktornya antara lain perubahan jam internal tubuh, atau ritme sirkadian, berkurangnya produksi hormon tidur melatonin, kondisi seperti sindrom fase tidur lanjut, demensia, apnea tidur yang tidak diobati, dan gangguan mood seperti depresi.

Insomnia, yang merupakan masalah umum di kalangan lansia, memainkan peran penting dalam bangun lebih pagi. Meski tidak semua orang yang bangun lebih pagi menderita insomnia, memahami masalah tidur ini dan faktor penyebabnya sangatlah penting.

Peran irama sirkadian dan melatonin dalam penuaan

Siklus tidur-bangun kita diatur oleh ritme sirkadian yang dipengaruhi oleh cahaya lingkungan. Seiring bertambahnya usia, tubuh kita sering kali memproduksi lebih sedikit melatonin, sehingga mengganggu pola tidur. Gangguan seperti sindrom fase tidur lanjut (ASPS) dan ritme tidur-bangun yang tidak teratur, lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, dapat menyebabkan terbangun di pagi hari.

Selain dorongan untuk tidur, ritme sirkadian, yang dikendalikan oleh bagian otak yang dikenal sebagai inti suprachiasmatic, adalah kunci dalam mengatur waktu tidur dan bangun kita. Ritme ini sangat dipengaruhi oleh cahaya, terutama sinar matahari pagi, yang meningkatkan kewaspadaan.

Namun, orang dewasa yang lebih tua sering kali memproduksi lebih sedikit melatonin, sebagian karena perubahan pada kelenjar pineal atau penurunan kepekaan terhadap cahaya. Penurunan melatonin ini dapat menyebabkan gangguan tidur seperti ASPS dan ritme tidur-bangun yang tidak teratur, sehingga menyebabkan terbangun di pagi hari secara tidak disengaja.

Kebutuhan tidur dan sleep apnea pada orang lanjut usia

Seiring bertambahnya usia, kebutuhan dan pola tidur kita berubah, yang menyebabkan perubahan dalam berapa lama kita tidur dan kapan kita bangun. Faktor-faktor seperti pensiun dan perubahan rutinitas sehari-hari dapat menyebabkan kebiasaan tidur tidak teratur. Apnea tidur, yang semakin umum terjadi pada orang lanjut usia, sering kali menyebabkan mereka terbangun di pagi hari.

Seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 65 tahun, terjadi perubahan nyata dalam kebutuhan tidur. Kebutuhan tidur pada umumnya bergeser dari 7-9 jam menjadi sekitar 7-8 jam. Perubahan gaya hidup, seperti masa pensiun, dapat memengaruhi hal ini, karena orang mungkin tidak selalu menjaga waktu bangun secara teratur, sehingga memengaruhi siklus tidur dan berkendara alami mereka.

Selain itu, apnea tidur obstruktif menjadi lebih umum terjadi pada orang lanjut usia, terutama pada wanita pascamenopause. Kondisi yang sering ditandai dengan mendengkur dan mengantuk di siang hari ini dapat menyebabkan sering terbangun dan terbangun lebih awal.

Masalah suasana hati dan penyebab lingkungan lainnya

Gangguan suasana hati, termasuk depresi dan kecemasan, juga diketahui menyebabkan terbangun di pagi hari. Kecemasan dapat memperparah sulit tidur, sehingga membuat Anda lebih sulit untuk tertidur kembali. Selain itu, faktor-faktor seperti kebisingan sekitar, paparan cahaya, dan suhu ruangan juga dapat mengganggu tidur.

Depresi, khususnya, memiliki hubungan yang kuat dengan bangun pagi. Hal ini sering terlihat bersamaan dengan apnea tidur, yang mengindikasikan kemungkinan masalah pernapasan terkait tidur. Reaksi cemas saat bangun pagi dapat semakin mempersulit upaya untuk kembali tidur. Terapi Perilaku Kognitif untuk Insomnia (CBTI) diketahui membantu dalam kasus seperti itu.

Perubahan penuaan dalam pola tidur

Seiring bertambahnya usia, mereka cenderung mengalami durasi tidur keseluruhan yang lebih pendek, lebih banyak gangguan di malam hari, dan waktu bangun lebih awal di pagi hari. Peralihan dari tidur ke terjaga menjadi lebih tiba-tiba, dan orang lanjut usia sering kali terbangun dengan perasaan kurang segar. Kondisi seperti nokturia (sering buang air kecil di malam hari), kecemasan, dan masalah kesehatan yang berkelanjutan dapat semakin mengganggu tidur, sehingga menyebabkan bangun lebih awal.

Pengaruh penuaan terhadap kualitas tidur dan kesehatan

Kualitas tidur cenderung menurun seiring bertambahnya usia, menyebabkan tidur kurang nyenyak dan lebih sering terbangun. Hal ini dapat berdampak besar pada memori dan kemampuan kognitif. Untuk mengimbangi gangguan tidur ini, banyak orang lanjut usia sering tidur siang di sore hari. Namun, tidur siang ini biasanya tidak memiliki fase tidur nyenyak yang penting untuk istirahat yang optimal.

Selain itu, penuaan dikaitkan dengan berkurangnya sel-sel otak tertentu yang berperan penting dalam mengatur tidur. Penurunan ini selanjutnya dapat mengganggu pola tidur dan berdampak buruk pada daya ingat.

Perubahan tidur sepanjang hidup

Saat kita melewati berbagai tahap kehidupan, tidur kita perlu diubah. Misalnya, meskipun bayi mungkin tidur hingga 20 jam sehari, kebutuhan ini berkurang menjadi sekitar 12 jam pada usia empat tahun. Selama masa remaja, biasanya tidur sekitar 9 jam.

Pada pertengahan masa dewasa, sekitar usia 35 tahun, kebanyakan orang cenderung tidur sekitar 8 jam setiap malam. Namun, seiring bertambahnya usia, kebutuhan ini secara bertahap berkurang. Seorang berusia 70 tahun, misalnya, mungkin hanya membutuhkan 7 jam tidur per malam. Sifat tidur juga berubah seiring bertambahnya usia, sering kali mengakibatkan siklus tidur menjadi lebih pendek dan terfragmentasi. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kurang istirahat atau pusing saat bangun tidur.

Berhubungan dengan usia

Penting untuk dipahami bahwa masalah tidur pada lansia tidak selalu merupakan akibat langsung dari penuaan. Beberapa kondisi yang dapat diobati, seperti kejang otot, depresi, kecemasan, dan apnea tidur, mungkin menjadi penyebab masalah ini.

Kondisi seperti radang sendi, yang berlangsung lama, juga dapat memengaruhi kualitas tidur orang lanjut usia. Hal ini menggarisbawahi perlunya para profesional medis untuk menilai dan mengatasi masalah kesehatan ini secara hati-hati, dibandingkan hanya menghubungkan kesulitan tidur dengan proses penuaan alami.

Kesimpulannya

Fenomena bangun lebih pagi pada lansia merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor. Hal ini mencakup perubahan jam biologis, perubahan kebutuhan tidur, dan berbagai kondisi kesehatan yang mungkin timbul seiring bertambahnya usia.(yn)

Sumber: thoughtnova