Hong Kong Tengah Menjadi “Reruntuhan Pusat Keuangan Internasional”?

Wang He

Indeks Hang Seng Hong Kong pada 22 Januari lalu, anjlok menembus batas psikologis 15.000 poin, memecahkan rekor terendahnya sejak 15 bulan terakhir. Partai Komunis Tiongkok (PKT) buru-buru mengintervensi. Padal 23 Januari lalu, indeks Hang Seng baru melonjak hampir 400 poin, dan memulih ke 15.000 poin.

Ini adalah penurunan dan lonjakan bursa efek Hong Kong secara drastis dalam jangka pendek. Yang lebih penting adalah, di saat yang sama bursa efek Hong Kong masih tetap lesu. Sejak pembukaan bursa  2 Januari 2024 hingga 23 Januari lalu, sekitar 90% dari 16 hari transaksi bursa mengalami kemerosotan, indeks Hang Seng merosot dari sekitar 17.000 poin lebih hingga di bawah 17.000, 16.000, bahkan menembus 15.000 poin, penurunan telah mencapai 10%, mendekati titik terendah penutupan sejak tahun 2009, menjadi indeks utama berkinerja terburuk di Asia.

Dan ini merupakan kelanjutan dari tren penurunan selama 4 tahun terakhir, dan masih terus menurun. Misalnya di tahun 2023 bursa efek Hong Kong turun 14%, merupakan bursa efek berkinerja terburuk di seluruh dunia. Menurut data statistik 10 tahun terakhir, sudah 3 hari indeks Hang Seng tercatat anjlok di bawah 15.000 poin, dan semuanya terpusat setelah Oktober 2022, masing-masing pada 28 Oktober 2022 (turun 3,66% ditutup pada 14.863 poin), pada 31 Oktober 2022 (turun 1,18% ditutup pada 14.687 poin), dan 22 Januari 2024 lalu (turun 2,27% ditutup pada 14.961 poin). Sebelumnya indeks Hang Seng pernah anjlok sampai di bawah 15.000 poin namun itu terjadi pada saat krisis moneter 2008 silam. Perlu diketahui, saat penyerahan kedaulatan Hong Kong pada Juli 1997 silam, indeks Hang Seng masih berada di level 16.820 poin.

Contoh lain lagi, IPO saham Hong Kong pda 2023 memecahkan rekor terendah dalam 10 tahun terakhir. Menurut data Wind Financial Terminal Tiongkok, Hong Kong Exchanges & Clearing Limited (HKEx) di  2023 menerima IPO dari 70 perusahaan go public baru, berkurang 19 perusahaan dibandingkan  2022; modal terhimpun pada IPO perdana sebesar 44,867 milyar dolar Hong Kong, atau turun 57% dibandingkan periode yang sama sebelumnya, memecahkan rekor terendah sejak  2013 (lihat grafik). 

Laporan dari KPMG Advisory Limited bertajuk “Pasar IPO Hong Kong: Rangkuman Tri-Kuartal Pertama 2023” telah menunjukkan, HKEx telah merosot hingga ke posisi kedelapan dalam peringkat bursa efek global, tersingkir dari jajaran lima besar bursa efek terdepan dunia. Dan, bersamaan dengan menyusutnya skala IPO bursa efek Hong Kong, bank investasi Tiongkok yang menjadi sponsor hanya meraih kurang dari satu persen pangsa pasar (rasio pangsa pasar naik menjadi 65,24%), dimana Goldman Sachs (Asia) yang mewakili bank investasi asing merosot dan bank investasi asing hanya unggul di bidang underwriting (penjaminan efek, red.) (6 bank investasi asing berskala besar menguasai 44,96% pangsa pasar).

Kondisi pasar IPO Hong Kong dalam 10 tahun terakhir (dalam juta dolar Hong Kong)

Ini menjelaskan bursa efek Hong Kong sudah tidak seperti dulu, penurunannya terutama karena bersifat tren, dan bukan masalah siklus. Membedakan sifat penurunan, sanat penting bagi para investor. Kalau bersifat siklus, modal dapat dialokasikan untuk memborong saat sedang turun, lalu dilepas saat pasar naik, dan meraih laba; kalau itu bersifat tren, maka sebaiknya angkat kaki secepatnya.

Sejumlah data fundamental juga mengungkap penurunan bursa efek Hong Kong yang bersifat tren ini. Misalnya di Mei 2021, nilai pasar bursa efek Hong Kong tertinggi mencapai 53,33 triliun dolar Hong Kong, namun di akhir 2023 lalu, nilai pasar bursa efek Hong Kong hanya sekitar 31 triliun dolar Hong Kong, telah menguap sebesar 22 triliun dolar lebih; penurunan indeks Hang Seng sejak puncak tertinggi di 2021 telah melebihi 40%, indeks teknologi Hang Seng bahkan turun lebih dari 60%; sejak akhir 2020, menelusuri indeks perusahaan Tiongkok Hang Seng yang listing di bursa efek Hong Kong tersebut telah anjlok lebih dari setengah; sejak 1999 bursa efek Hong Kong mengeluarkan bursa GEM (Growth Enterprise Market), tahun 2007 sempat melonjak ke 1.800 poin lebih, sementara di tahun 2023 hanya tersisa 20 poin lebih, kalau turun lagi, maka akan menjadi nol.

Dengan kondisi ini, modal asing telah banyak yang meninggalkan bursa efek Hong Kong. Sejak tahun 2020 lalu, bursa efek Hong Kong mengalami modal asing terus mengalir ke luar negeri. Data menunjukkan, di tahun 2020 skala modal asing yang mengalir keluar dari bursa efek Hong Kong sepanjang tahun telah mencapai 1,9 triliun dolar Hong Kong. 

Pada Mei 2023, CITIC Securities mengeluarkan laporan strategi investasi semester kedua bursa asing menjelaskan, sejak tahun 2021 akumulasi modal asing yang mengalir keluar dari bursa efek Hong Kong telah mencapai 1,05 triliun dolar Hong Kong. Awal Januari 2024 lalu, laporan dari Morgan Stanly telah menjelaskan, baru-baru ini aliran modal asing yang keluar dari bursa efek Hong Kong semakin cepat alirannya, khususnya pada  Desember 2023 lalu, modal asing melepaskan saham Tiongkok dengan kecepatan yang tertinggi tahun lalu, aliran modal bersih mencapai 3,8 milyar dolar AS, memecahkan rekor penjualan tertinggi dalam sebulan sepanjang tahun 2023, dan menjadi bulan ketiga terbesar mengalir keluarnya modal asing yang tercatat sebagai rekor.

6 Desember 2023, lembaga pemeringkat Moody’s telah menurunkan peringkat prospek Hong Kong menjadi negatif. Memasuki 2024, kalangan luar sangat mengkhawatirkan Hong Kong. Menurut kantor berita Reuters,  23 Januari lalu Bank of America telah mengumumkan telah mem-PHK sekitar 20 orang bankir di Asia. 

Di saat yang sama, Bloomberg menerbitkan artikel yang menyebutkan, seiring dengan semakin parahnya aksi jual terhadap indeks Hang Seng, para bankir dan trader sedang mempersiapkan untuk menghadapi kondisi terjelek. Hal ini terasa tidak seperti kondisi saat meletusnya krisis moneter global di tahun 2008, melainkan lebih seperti di tahun 1998, dimana saat itu terjadi krisis moneter Asia (dimulai dari Thailand). Tapi jika kali ini meletus krisis moneter lagi, maka Tiongkok akan menjadi sumber asalnya, dan Hong Kong adalah pusat guncangannya.

Di saat bursa efek Hong Kong sedang terpuruk, bursa efek lainnya di benua Asia justru berkembang pesat. (1) November 2023, bursa efek Taiwan (TWSE) telah melampaui indeks Hang Seng Hong Kong, dan masih terus memperbesar jarak, hal ini membuat para investor saham semakin bersemangat. (2) Awal Januari 2024 lalu, indeks global keuangan global (GFCI) yang dilansir oleh lembaga berwenang menunjukkan, Singapura telah melampaui Hong Kong menjadi pusat keuangan ketiga terbesar di dunia. (3) Hingga penutupan pada  22 Januari 2024 lalu, total nilai saham yang listing di NSE India mencapai 4,33 trilyun dolar AS, pertama kalinya melampaui bursa efek Hong Kong (4,29 triliun dolar AS), dan menjadikan India sebagai pasar saham terbesar keempat secara global.

Penurunan bersifat tren pada bursa efek Hong Kong menandakan setelah 26 tahun peralihan kedaulatan, posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional telah goyah secara serius. 26 tahun kemudian, Hong Kong yang pernah mensejajarkan diri sebagai Top 3 setelah New York dan London dan sebagai badan ekonomi paling bebas di dunia, sedang berevolusi menjadi “puing reruntuhan pusat keuangan internasional.”

Akan tetapi, ada juga yang mengatakan, posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional ditopang oleh lima pilar, yaitu bursa efek, obligasi, manajemen kekayaan, perbankan, dan asuransi, hanya melihat merosotnya IPO saja, belum bisa menyimpulkan posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan dunia telah merosot.

Pandangan semacam ini sepertinya benar tapi sebenarnya salah. Pertama, di bursa efek Hong Kong yang merosot tidak hanya IPO, melainkan mengalami penurunan yang bersifat tren; kedua, di antara lima pilar ini yaitu bursa efek, obligasi, manajemen kekayaan, perbankan, dan asuransi, bursa efek adalah pusat segalanya, bila bursa efek runtuh, maka empat pilar lainnya akan ikut goyah, sisanya hanya masalah waktu saja. Ketiga, penyebab utama yang mengakibatkan bursa efek Hong Kong mengalami tren penurunan adalah PKT berbelok ke haluan kiri (salah satu manifestasinya adalah kebijakan PKT terhadap Hong Kong) dan merosotnya ekonomi Tiongkok (nilai pasar perusahaan Tiongkok yang listing di bursa efek Hong Kong mencapai lebih dari 70%), dan ini tidak bisa dihindari dan dilawan hanya dengan Hong Kong sendiri melakukan penyesuaian.

Faktanya, kesalahan tindakan PKT telah memicu perang dagang AS-RRT di tahun 2018, tekanan kejam PKT terhadap gerakan anti UU ekstradisi di  2019 dan diberlakukannya UU Keamanan Nasional Versi Hong Kong di tahun 2020, serta kebijakan “Nol COVID” yang ekstrem abnormal antara tahun 2020-2022, bahkan di tahun 2024 mengesahkan pasal 23 “Hukum Dasar Hong Kong”, yang telah “menyatukan Hong Kong dengan Tiongkok daratan”, hal ini telah memperburuk status internasional Hong Kong (sejak tahun 2020 AS telah mencabut status perdagangan eksklusif bagi Hong Kong).

Hong Kong dibangun menjadi pusat keuangan dengan mengandalkan kebebasan dan hukum, semua itu telah dihancurkan oleh PKT. Hong Kong yang kini penuh dengan risiko politik bahkan risiko individu itu, telah menjadi sebuah tempat yang dipenuhi ketakutan, masih bisakah Hong Kong menjadi pusat keuangan internasional?

Misalnya, pada 27 November 2023 lalu Financial Times menyebutkan, sebagian perusahaan terkait layanan finansial berskala besar ternama dunia, seperti KPMG, Deloitte, McKinsey dan lain-lain, telah meminta para stafnya jika bepergian ke Hong Kong, agar tidak menggunakan ponsel miliknya sendiri, tapi menggunakan ponsel sekali pakai. Kewaspadaan tinggi oleh banyak perusahaan teknologi terhadap PKT seperti ini, beberapa tahun belakangan ini juga meliputi perusahaan bidang luar angkasa, semikonduktor, juga meminta karyawan dan stafnya agar tidak menggunakan ponsel dan laptop yang digunakan sehari-hari di dalam wilayah Tiongkok, alasannya karena mengkhawatirkan lingkungan internet di wilayah Tiongkok, rahasia yang tersimpan di dalam atau data sensitif di dalamnya akan dicuri. Petinggi sebuah perusahaan keamanan cyber mengatakan, “Selama bertahun-tahun, kami terus merekomendasikan kepada klien kami agar memposisikan risiko di Hong Kong sama seperti risiko di Tiongkok… kondisi sekarang menunjukkan, hal ini semakin mengkhawatirkan.”

Warganet mengatakan, “Membangun Hong Kong menjadi pusat keuangan ketiga terbesar dunia harus menghabiskan waktu lebih dari seabad, Hong Kong menjadi puing reruntuhan pusat keuangan hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 tahun!” Tadinya Hong Kong adalah seekor ayam yang bertelur emas, dan PKT telah menyembelihnya dengan tangannya sendiri. (Lin)