Para Petani Prancis Meluncurkan “Pengepungan Paris” Sebagai Persiapan untuk Menghadapi Kebuntuan yang Berkepanjangan

Para petani Prancis memulai “pengepungan” ibu kota, Paris, pada Senin (29 Januari) sore. Mereka meluncurkan aksi dengan menggunakan traktor dan bersikeras tidak akan mundur. Ini adalah eskalasi dari protes yang telah berlangsung sejak protes massal pecah pada 22 Januari

Li Haoyue

Demonstran dari Federasi Petani Perancis (FNSEA) dan Asosiasi Petani Muda (JA) telah melakukan blokade 24 jam di jalan-jalan raya utama di seluruh negeri, memperluas aksi protes mereka tanpa batas waktu, sejak para petani Perancis yang marah melancarkan gerakan mereka satu setengah minggu yang lalu. .

Di jalan raya A15 sekitar 10 kilometer dari pusat kota Paris, para petani yang melakukan aksi protes mengantre traktor, mendirikan tenda dan meja sebagai tempat sosial, serta menyajikan bir, keripik kentang dan kacang tanah. Untuk menjamin kebutuhan sehari-hari dan hiburan, barbekyu, generator, sound system dan toilet juga dipasang. Kamp-kamp darurat ini menunjukkan tekad para petani untuk bersiap menghadapi konfrontasi yang berkepanjangan.

Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri baru berusia 34 tahun Gabriel Attal telah berulang kali menyatakan pemahaman mereka tentang kekhawatiran petani dan mengumumkan serangkaian tindakan pada  Jumat (26 Januari) yang bertujuan untuk menenangkan petani.

Langkah-langkah tersebut termasuk perubahan 180 derajat kepada keputusan yang dibuat beberapa bulan lalu untuk mengenakan pajak atas penggunaan diesel pada traktor dan janji  mempercepat pembagian uang tunai melalui Kebijakan Pertanian Bersama (Common Agricultural Policy/CAP) Uni Eropa.

Seruan aksi protes dikeluarkan oleh serikat pekerja utama industri ini, FNSEA. 

Grégoire Bouillant adalah seorang petani gandum di kota pedesaan di wilayah Paris dan perwakilan lokal dari serikat pekerja. Ia mengatakan kepada POLITICO bahwa dirinya “bingung” dengan kurangnya “konten yang konkrit dan nyata” dalam tindakan yang diumumkan oleh perdana menteri.

Menurut Politico Eropa, aksi protes yang dipimpin serikat pekerja masih terjadi di pinggiran kota Paris, tetapi jalan raya di dekat kota tersebut mungkin akan segera diblokir.

seorang petani bit gula dan perwakilan industri terpilih, Damien Radet  mengatakan, semuanya sedang dalam pembahasan.”

Berdasarkan jajak pendapat baru-baru ini, gerakan tani mendapat dukungan dari mayoritas rakyat Perancis, sebagaimana dibuktikan dengan bunyi klakson mobil di jalan raya, namun serikat pekerja menginginkan gerakan tersebut tetap berpusat pada petani.

Mengikuti Jerman, Belanda dan negara-negara lain, aksi protes petani berskala besar terjadi di Perancis untuk menyatakan ketidakpuasan terhadap kegagalan reformasi, melonjaknya biaya, dan persaingan tidak sehat yang disebabkan oleh peraturan yang berlebihan.

Para petani akan melancarkan tindakan lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang, termasuk memblokir Pasar Internasional Rungis, salah satu pasar grosir pertanian terbesar di dunia. (hui)