Tiongkok Semakin Kacau, Setidaknya Ada 500 Kasus Protes Massal Terjadi Setiap Hari

oleh Chen Yue

Jumlah kasus protes massal di daratan Tiongkok terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang tercatat sebelumnya, setiap hari ada rata-rata 500 kasus yang terjadi.

Pada Jumat (2 Februari), Seorang pakar menuturkan bahwa protes massal di Tiongkok akan semakin kerap terjadi di kemudian hari. Menurut data yang tercatat bahwa jumlah protes massal di Tiongkok telah meningkat dua kali lipat selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 1994, protes massal terjadi sekitar 10.000 kasus, tetapi angka itu berubah menjadi 60.000 pada tahun 2003, dan menjadi 120.000 kasus pada tahun 2008. 

Wall Street Journal yang pernah mengutip data yang dilaporkan oleh Universitas Tsinghua memberitakan, bahwa protes massal yang terjadi pada tahun 2010 berjumlah sekitar 180.000 kasus, yang setara dengan terjadi 493 kasus protes setiap harinya. Sedangkan menurut buku biru Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok terbitan tahun 2013, menunjukkan bahwa mereka memperkirakan ada sebanyak 100.000 kasus protes massal yang terjadi di Tiongkok setiap tahunnya. Jadi protes massal itu meningkat 60.000 kasus dalam 2 tahun.

Orang tua murid kelas atas di Sekolah Dasar Optics Valley 15th memprotes anak-anak mereka yang dipindahkan ke sekolah negeri yang berjarak dua mil dari rumah mereka pada tanggal 3 Juni 2023, di kota Wuhan. (Courtesy of interviewee)

Namun, seiring Partai Komunis Tiongkok (PKT) terus memperketat kontrolnya terhadap informasi opini publik, dunia luar semakin sulit untuk mengumpulkan informasi tentang kasus protes dan perlindungan hak masyarakat Tiongkok secara persis.

Sesungguhnya data yang disampaikan oleh otoritas komunis Tiongkok tidak dapat dipercaya. Dan yang pasti bahwa protes yang dilakukan oleh masyarakat Tiongkok terhadap otoritas tidak akan berkurang tapi semakin intens.

Frank Tian Xie, seorang ​​​​​​profesor di Aiken School of Business di University of South Carolina, AS mengatakan : “Meskipun datanya sudah direndahkan, tetapi angkanya masih sangat mengejutkan. Mereka (petugas pemerintah) tidak akan benar-benar mencatat keseluruhan dari berbagai kasus anti-komunis, kasus kerusuhan, protes massal yang terjadi itu, Jadi angka sebenarnya pasti lebih tinggi dari yang terdata”.

Berdasarkan analisis statistik sebelumnya, kita bisa memperoleh gambaran bahwa rata-rata ada 500 kasus protes massal yang terjadi setiap hari di Tiongkok. Protes massal yang disebabkan oleh pembongkaran paksa rumah warga menyita 60% dari total protes massal, lalu  diikuti oleh faktor-faktor seperti perselisihan perburuhan, pembangunan pabrik yang sangat berpolusi dan merusak lingkungan.

Dilaporkan di Internet bahwa karyawan sistem radio dan televisi di Guilin, Guangxi, Tiongkok, belum menerima gaji selama lebih dari setengah tahun, jadi mereka secara kolektif menuntut gaji secara terbuka. (Tangkapan layar video)

“Masih banyak protes-protes lainnya. Kita tahu bahwa kasus protes itu meliputi seperti korupsi dan kolusi pejabat Partai Komunis Tiongkok, ketimpangan keputusan peradilan dan sebagainya. Terbanyak adalah kasus-kasus ketidakadilan. Beberapa warga yang dirugikan terpaksa terus mengajukan petisi, menuntut selama bertahun-tahun, bahkan sampai belasan tahun. Karena sistem peradilan Tiongkok yang tidak adil. Membuat banyak warga sipil Tiongkok yang memahami sifat partai komunis memutuskan hubungan dengan Partai Komunis Tiongkok dari lubuk hati mereka. Banyak yang tidak puas dengan pemerintahan otokratis Partai Komunis Tiongkok”, kata Frank Tian Xie.

Frank Tian Xie mengatakan bahwa dengan meningkatnya kekacauan sosial yang terjadi di berbagai tempat di Tiongkok, ditambah lagi dengan macam-macam dampak akibat kemerosotan ekonomi, peningkatan kontrol dari otoritas, maka konflik sosial akan semakin tinggi, dan kemarahan masyarakat bisa sewaktu-waktu pecah.

Pada 10 Juli 2022, 2.000 hingga 3.000 korban deposan Bank Perkreditan Rakyat (Provinsi) Henan dari seluruh negeri dipukuli dengan kejam oleh petugas polisi berpakaian preman selama gerakan perlindungan hak di depan People’s Bank of China cabang Kota Zhengzhou. (Tangkapan layar video)

“Seiring dengan berlanjutnya resesi ekonomi, tingginya harga rumah dan barang-barang kebutuhan, ditambah dengan tingginya tingkat pengangguran, maka ketidakpuasan masyarakat terhadap Partai Komunis Tiongkok telah mencapai titik yang sulit untuk ditoleransikan. Selain itu masyarakat juga sangat muak dengan pemerintahan komunis dan gagasan jahatnya,” ujarnya.

“Pemerintah daerah di semua tingkatan di Tiongkok juga tahu bahwa umur PKT sudah tidak panjang lagi. Kita semua tahu bahwa pengisolasian dari komunitas internasional terhadap rezim PKT semakin ketat dan intensif dalam beberapa tahun terakhir. Jadi baik lingkungan eksternal, maupun internal sama sekali tidak kondusif bagi PKT, ditambah lagi adanya pertikaian yang sengit antar pejabat PKT, ini semua bagaikan bom-bom yang jika sampai meletus pada waktu bersamaan, maka habislah riwayat PKT,” pungkas Frank Tian Xie. (sin)