5.000 Kasus Epidemi dalam 1 Hari Terjadi di Provinsi Jiangsu, Tiongkok

oleh Fang Xiao dan Xiong Bin

Baru-baru ini, warga dari berbagai wilayah di Provinsi Jiangsu menuturkan kepada reporter “Epoch Times” bahwa masih banyak warga yang terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19), termasuk kerabat dan keluarga mereka. Beberapa orang berusia 40-an tahun meninggal mendadak, dan seorang remaja berusia 12 tahun meninggal karena demam tinggi. Beberapa warga mengaku hampir setiap hari mendengar dan melihat rombongan pengantar jenazah yang berjalan menuju tempat pemakaman atau krematorium sejak September atau Oktober tahun lalu.

Dokter jaga : Kasus COVID-19 di Provinsi Jiangsu melonjak 5.000 kasus dalam sehari

“Dokter Shui, yang memiliki integritas dan bakat politik” dan bersertifikat sebagai dokter jaga dari Departemen Penyakit Dalam Komprehensif di Pusat Kesehatan Jiaoxi pada 3 Februari memposting video yang mengatakan bahwa gelombang infeksi COVID -19 keempat di Tiongkok mungkin sudah muncul pada Januari 2024.

Shui, dokter jaga dari Departemen Penyakit Dalam Komprehensif di Departemen Penyakit Dalam Komprehensif di Pusat Kesehatan Jiaoxi. (video screenshot)

Dalam video lain yang juga diposting pada 3 Februari, Dokter Shui mengatakan bahwa jumlah kasus di Jiangsu melonjak 5.000 dalam satu hari. Virus ini menjadi lebih merajalela di musim dingin, sayangnya banyak anak yang tertular, rumah sakit bagian pediatri jadi penuh sesak, sehingga banyak orang tua yang panik.

(video screenshot)

Warga Provinsi Jiangsu : Seorang remaja berusia 12 tahun meninggal karena demam tinggi

Kepada reporter “Epoch Times”, Mr. Zhang penduduk Provinsi Jiangsu mengatakan, bahwa banyak penduduk setempat yang menderita demam dan pilek, terutama anak-anak dan orang lanjut usia. Rumah sakit sudah penuh sesak oleh mereka yang mau berobat sejak beberapa hari lalu.

Zhang mengatakan bahwa banyak warga yang dalam waktu yang lama terus mengalami kambuh penyakitnya setelah pernah positif terinfeksi virus komunis Tiongkok. “Saya punya beberapa kerabat yang anaknya sudah satu atau dua bulan tertular dan belum sembuh. Mereka terus batuk-batuk”

“Saya punya dua keponakan, keduanya berusia tiga puluhan. Mereka sudah dua bulan menderita pilek, batuk, dan demam. Dokter juga tidak menyebutkan apa penyebabnya, hanya mengatakan bahwa itu akibat terinfeksi virus. Mereka diminta rontgen bagian dada lalu bilang itu pneumonia paru-paru.”

Mr. Zhang juga mengungkapkan bahwa keponakannya memberitahu dirinya bahwa ada seorang remaja berusia 12 tahun di rumah sakit daerah setempat yang meninggal dunia akibat demam tinggi. Kakek-nenek dan orang tua remaja tersebut pergi ke rumah sakit untuk menuntut pertanggungjawaban pihak rumah sakit, namun malahan diseret ke kantor polisi. Pihak rumah sakit mengklaim tidak ada hubungannya dengan rumah sakit karena flu dan demam itu disebabkan oleh remaja itu sendiri. Demi meredakan pergunjingan, rumah sakit kemudian menempuh jalan damai dengan memberikan sedikit uang kompensasi.

Banyak warga berusia 40-an tahun meninggal secara mendadak

Mr. Zhou dari Lianyungang, Jiangsu, mengatakan kepada reporter Epoch Times : “Saya tahu ada beberapa orang berusia sekitar 40-an tahun yang tidak bermasalah dengan kesehatan mereka sebelum, tiba-tiba jatuh dan meninggal dunia. Zhou mengatakan, tetapi tidak ada pihak berwenang yang mau tahu apa penyebab kematian mereka.

Mr. Zhang mengatakan kepada reporter “Epoch Times” bahwa anak rekan kerjanya juga meninggal dunia di usia empat puluhan. Kata pihak medis itu akibat kematian mendadak jantung.

Mr. Zhang mengatakan bahwa kondisi kesehatan yang bersangkutan cukup baik. Jadi masyarakat curiga kematiannya berkaitan dengan menerima suntikan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri Tiongkok, karena ia mengalami efek samping setelah divaksinasi. “Tubuh tidak bisa digerakkan kecuali bola matanya, jadi tubuhnya lumpuh total”.

Zhang mengungkapkan bahwa gejala di atas itu timbul setelah 1 tahun lebih anak rekannya menerima vaksinasi. “Dia pergi ke rumah sakit di Shanghai untuk berobat, dokter Shanghai mengatakan bahwa ini adalah efek samping dari vaksin”.

Ketika itu masyarakat terpaksa menjalani vaksinasi karena dipaksa (pemerintah).

Iring-iringan pengantar jenazah terlihat di mana-mana sejak September atau Oktober 2023

Mr. Wang, seorang penduduk desa di Huai’an, Provinsi Jiangsu, mengatakan kepada reporter “Epoch Times” bahwa dia tinggal di desa yang sangat terpencil di mana ada banyak warga yang terinfeksi virus COVID-19. Termasuk kedua saudara perempuannya yang kini sedang menerima infus. Salah satu kerabat jauhnya yang selama ini dalam keadaan sehat, beberapa hari terakhir ia (terinfeksi) sehingga membutuhkan oksigen, dan ia sudah menghabiskan beberapa botol oksigen. Begitu selang oksigen dicabut untuk penggantian, dia langsung sekarat.

Wang mengatakan : “Sejak bulan September atau Oktober tahun lalu, nyaris sepanjang hari saya mendengar tiupan terompet dan musik duka iring-iringan dari pengantar jenazah yang lewat. Situasi ini cukup umum sebelum Festival Qingming”.

Rekaman video Wu Huiming di Provinsi Jiangsu yang dirilis pada 12 Januari, menunjukkan sebuah keluarga yang berduka sedang melakukan sembayang cara adat setempat.

(video screenshot)

Sejak September tahun lalu, gelombang epidemi baru kembali merebak di daratan Tiongkok. Klinik demam di rumah sakit besar kewalahan dalam menangani pasien yang datang berobat. Waktu tunggu bukan lagi 1 atau 2 jam tetapi bisa sampai setengah atau 1 hari kemudian ….

Pihak berwenang mengklaim bahwa gelombang infeksi baru ini ditandai dengan superposisi berbagai patogen … Sejak musim gugur dan musim dingin tahun ini, klinik pediatri menduduki top dalam pencarian populer di sejumlah platform utama Tiongkok.

Namun, pejabat Partai Komunis Tiongkok tetap bungkam mengenai epidemi yang sedang merebak luas di Tiongkok. Laporan mereka juga cenderung “asal-asalan” tidak jelas, terutama mengenai jumlah kematian.

Pada awal tahun ini, media lokal yang mengutip penyampaian beberapa warga melaporkan bahwa asap hitam pekat yang mengepul hampir setiap hari dari rumah duka dan krematorium yang baru dibangun di Kota Liyang, Provinsi Jiangsu, membuat Desa Taohua, Kabupaten Shangxing yang berjarak 600 meter dari krematorium diselimuti asap dan debu pembakaran.

Penduduk desa mengatakan bahwa pada Juli 2020, terdapat dua krematorium siap pakai di Kota Liyang, yaitu di Shangyao dan Xishan, namun pemerintah setempat masih berinvestasi besar-besaran dalam mengambil alih desa dan lahan pertanian utama di Desa Houwang, Kota Shangxing untuk membangun krematorium baru. Yang lebih serius lagi adalah waktu untuk membakar mayat menjadi sangat singkat. Dari saat jenazah diangkut hingga pengambilan abunya, ada yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit, ada yang sekitar satu jam, dan ada pula yang hanya membutuhkan waktu 30 menit.

Menurut warga desa, jalan menuju krematorium dibangun di sebelah Desa Yandong. Jadi setiap hari dari subuh, warga sudah melihat iring-iringan pemakaman melewati desa tersebut dengan menyebarkan uang kertas sembahyang, membunyikan suara tembakan salvo, dan menyanyikan musik duka. Warga desa merasa sangat terganggu hidupnya. Yang lebih menjengkelkan adalah seringkali iring-iringan pengantar jenazah itu salah jalan, hingga membawa jenazah masuk ke desa, bahkan terkadang langsung sampai di depan pintu rumah warga desa.

Pada 24 dan 28 Desember 2023, awak media sampai 2 kali berkunjung ke rumah duka dan krematorium baru di Kota Liyang untuk melakukan inspeksi, dan menyimpulkan bahwa tanggapan atau keluhan masyarakat tersebut memang benar adanya. (sin)