Peneliti: Kemampuan Manusia Akan Tetap Unggul Meskipun AI Meningkat

Nina Nguyen

Meskipun perkembangannya pesat, kecerdasan buatan (AI) tidak akan mampu menggantikan kualitas dan pengetahuan yang melekat pada manusia yang telah dibangun manusia selama beberapa dekade, menurut seorang peneliti AI.

Komentar tersebut disampaikan pada pertemuan meja bundar universitas pada 30 Januari, sebagai bagian dari penyelidikan mengenai penggunaan AI generatif dalam sistem pendidikan Australia oleh komite tetap bidang ketenagakerjaan, pendidikan, dan pelatihan.

Meskipun beberapa pendidik mendukung penggunaan AI di kelas sebagai alat untuk meningkatkan pembelajaran siswa dan menyederhanakan proses administrasi, seba- gian pendidik lainnya menyuarakan kekhawatiran tentang bias AI dan ancamannya terhadap lapangan kerja.

Peneliti senior AI, Immaculate Motsi-Omoijiade mengatakan, AI perlu dikembangkan berdasarkan model etis.

“Ketika model-model ini dibangun, jika kita dapat memiliki desain yang etis, maka hal itu akan menghilangkan setengah dari permasalahan yang ada,” kata Motsi-Omoijiade pada pertemuan meja bundar. “AI dapat mengotomatiskan kesalahan. Ia juga dapat mengotomatiskan bias.” Menurutnya, hal ini dapat memperbesar permasalahan masyarakat yang ada jika tidak dibangun dengan benar pada awalnya.

Ia juga mencatat bahwa meskipun orang-orang di berbagai sektor mengkhawatirkan dampak AI terhadap pekerjaan mereka, teknologi ini mempunyai keterbatasan.

“Saya rasa tidak semua orang perlu menjadi ahli AI,” tambahnya.

“Saya berbicara dengan sekelompok pengacara di Inggris, dan orang-orang merasa takut—seperti, ‘AI akan mengambil alih pekerjaan saya’.”

“Tetapi AI tidak bisa memegang tangan seseorang di akhir hayatnya. AI tidak bisa meyakinkan seseorang, misalnya, dalam menulis surat wasiat. AI tidak dapat memberikan dukungan pastoral kepada para guru.” Motsi-Omoijiade mencatat bahwa sudah ada generasi yang “takut secara tidak relevan” terhadap AI.

“Penting untuk meningkatkan keterampilan dan mengetahui apa yang sedang terjadi, namun penting juga untuk tidak membuang kemampuan dan kualitas serta pengetahuan yang telah dimiliki manusia selama beberapa dekade dan hanya mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak lagi relevan karena mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan tentang mempelajari cara mengoperasikan model gen ini,” katanya.

“Jadi, jika kita meninggalkan ruang AI dan tetap menghargai kontribusi tersebut sekaligus memastikan bahwa model-model ini dibangun secara etis, saya pikir itu adalah cara yang baik.” (eon)