Negara-negara di Dunia Berlomba ke Sisi Gelap Bulan untuk Mengklaim Miliaran Galon Air

EtIndonesia. Perlombaan kini sedang berlangsung ketika negara-negara di dunia melihat ke belahan bumi selatan Bulan untuk mencoba menemukan air.

NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) sedang menyelidiki bagian Bulan yang belum dijelajahi untuk berlomba menemukan air.

Mampu mendapatkan sumber air di Bulan akan menjadi prestasi besar bagi misi luar angkasa, menyediakan hidrasi, oksigen, dan bahan bakar untuk pesawat, menurut NASA.

Hal ini juga akan menghemat banyak uang, menghilangkan biaya pengangkutan air ke Bulan, yang saat ini berharga 1,2 juta dolar (sekitar Rp 18 miliar) per liter.

Dalam jangka panjang, NASA berharap dapat mendirikan pangkalan di kutub selatan Bulan, menggunakan Stasiun Luar Angkasa Lunar Gateway sebagai pangkalan antara Bumi dan Bulan.

Tampaknya saat ini sedang terjadi kompetisi antariksa, dan berbagai negara melakukan yang terbaik untuk menjadi yang terdepan dalam kompetisi ini.

Meskipun NASA berencana memulai misinya akhir tahun ini, sebelum mendarat di kutub selatan pada tahun 2026, ESA berharap dapat meluncurkan roket untuk mendarat di Bulan pada pertengahan tahun ini.

Demikian pula Rusia, Tiongkok, India dan Jepang juga mendiskusikan misi dalam beberapa tahun mendatang.

Tapi bagaimana mereka tahu bahwa air ada di Bulan?

Kemungkinan adanya air di Bulan telah hilang pada tahun 1969 selama pendaratan bersejarah Apollo 11 tahun 1969 – tetapi 40 tahun kemudian, pada tahun 2009, NASA dengan sengaja menjatuhkan roket dan menemukan keberadaan hidroksil, yang menunjukkan kemungkinan adanya air.

Selain membantu astronot masa depan, hal ini juga dapat membantu para ilmuwan menyelidiki lebih jauh asal usul kita.

Sementara itu, para ilmuwan juga untuk pertama kalinya menemukan air di dua asteroid.

South West Research Institute (SwRI) telah mengumumkan penemuan tersebut melalui bantuan Stratospheric Observatory for Independent Astronomy (SOFIA).

Mereka diyakini merupakan asteroid silikat kering, namun untuk pertama kalinya, molekul air ditemukan pada asteroid tersebut.

Hal ini penting karena bisa ‘menjelaskan bagaimana air dialirkan ke Bumi’.

Anicia Arredondo dari SwRI, penulis utama makalah Planetary Science Journal tentang penemuan tersebut, menjelaskan lebih lanjut dalam siaran pers: “Kami mendeteksi fitur yang secara jelas dikaitkan dengan molekul air di asteroid Iris dan Massalia.

“Kami mendasarkan penelitian kami pada keberhasilan tim yang menemukan molekul air di permukaan Bulan yang diterangi Matahari. Kami pikir kami dapat menggunakan SOFIA untuk menemukan tanda spektral ini di benda lain.”

Selain membantu para ilmuwan mengetahui bagaimana air bisa sampai ke Bumi, penemuan baru ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang distribusi air di tata surya lainnya. (yn)

Sumber: unilad