Maskapai Penerbangan Sipil Tiongkok Rugi Hampir RMB 430 Miliar dalam 4 Tahun, Setara Keuntungan dalam 10 Tahun

NTD

Setahun sudah pemerintah Tiongkok membebaskan lockdown ketat terhadap penyebaran virus COVID-19, Maskapai penerbangan di Eropa, Amerika Serikat, bahkan Timur Tengah telah berhasil mengubah kondisi dari kerugian menjadi keuntungan. Kecuali industri penerbangan sipil Tiongkok yang masih tetap dalam kondisi merugi. Akumulasi kerugian selama 4 tahun belakangan ini telah mencapai hampir RMB.430 miliar, yang setara dengan keuntungan yang dikumpulkan oleh industri penerbangan Tiongkok selama 10 tahun terakhir.

Media keuangan corong Partai Komunis Tiongkok “China Business Network” melaporkan pada 22 Februari, bahwa akumulasi kerugian operasional industri penerbangan sipil Tiongkok selama 3 tahun lockdown ketat telah mencapai lebih dari RMB.400 miliar, sedangkan kerugian operasional yang dialami pada 2023 mencapai RMB.28,8 miliar.

Laporan juga secara rinci menganalisis jumlah penumpang dan beroperasinya pesawat baru yang tercatat pada China Civil Aviation dalam beberapa tahun terakhir. Dan menemukan bahwa kerugian yang dialami selama 4 tahun berturut-turut itu adalah akibat dari kelebihan pasokan pesawat dan menurunnya jumlah penumpang. China Civil Aviation juga menemukan bahwa banyak maskapai penerbangan yang terus membeli pesawat penumpang baru meskipun pesawat kekurangan penumpang yang mengakibatkan seringnya melakukan pembatalan penerbangan.

Laporan menyebutkan bahwa sejak 2020 epidemi virus komunis Tiongkok mulai merebak, semua industri penerbangan sipil Tiongkok mengalami dampak yang tidak kecil. Saat itu, tidak hanya sejumlah besar penerbangan domestik yang dibatalkan, namun volume penerbangan internasional juga menurun drastis. Sehingga pada saat terburuknya, hampir 90% penerbangan internasional dibatalkan.

Penurunan drastis dalam volume penerbangan dan volume penumpang telah mengakibatkan banyaknya pesawat yang “dikandangkan”, sehingga tingkat pemanfaatan pesawat di seluruh industri juga turun dari 9 jam lebih sebelum epidemi menjadi 4,35 jam pada tahun 2022. Namun, meski banyak pesawat yang “dikandangkan”, tetapi jumlah pesawat sipil baru Tiongkok masih bertambah selama 3 tahun epidemi itu.

Laporan juga menyertakan serangkaian data seperti, jumlah pesawat yang tercatat di China Civil Aviation pada akhir tahun 2019 adalah 3.645 unit. Pada 2020 jumlah itu meningkat menjadi 3.717 unit, 3.856 unit pada 2021, 3.942 unit pada 2022, dan 4.013 unit pada 2023.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa hal ini terkait dengan perbedaan waktu antara pemesanan dan pengiriman pesawat. Namun, dampak yang langsung dari perbedaan antara penawaran dan permintaan adalah kerugian finansial di industri ini : Dari 2020 hingga 2022, kerugian keseluruhan industri penerbangan sipil Tiongkok adalah RMB.97,43 miliar,  RMB.84,25 miliar dan RMB.217,44 miliar. Kerugian yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut ini saja sudah membuat industri ini kehilangan keuntungan yang diraih dalam 10 tahun terakhir.

Memasuki 2023, meski terjadi sedikit pemulihan dalam jumlah penumpang, namun pemulihan penerbangan internasional berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, seluruh industri masih akan mengalami kerugian yang mencapai hampir RMB.30 miliar pada 2023.

Laporan lebih lanjut menunjukkan, bahwa setelah mempelajari data pertumbuhan volume dan kapasitas penumpang selama sepuluh tahun terakhir, kita akan menemukan bahwa sebelum epidemi pun, industri penerbangan sipil sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan, dengan volume penumpang yang turun dari tingkat pertumbuhan puncak sebesar 13% pada tahun 2017 menjadi 4,9% pada 2019.

Orang yang berkecimpung dalam industri tersebut mengatakan, bahwa terdapat koefisien elastis yang berubah secara dinamis dan stabil antara laju pertumbuhan volume penumpang penerbangan sipil dengan laju pertumbuhan PDB. Data menunjukkan bahwa koefisien elastis antara keduanya telah menunjukkan adanya tren penurunan secara berkala.

Mengenai prospek penerbangan sipil Tiongkok pada 2024, orang dalam industri penerbangan tersebut mengatakan bahwa ia “tidak optimis” dan “jangankan puncak, bisa mendaki bukit saja sudah bagus”. (sin)