Analisis : Tidak Ada Lagi Konferensi Pers Perdana Menteri Tiongkok Menunjukkan Situasi Politik Kian Kacau

oleh Wang Yanqiao dan Luo Ya

Pembukaan Dua Sesi Partai Komunis Tiongkok telah dilakukan pada 4 Maret. Juru bicara Kongres Rakyat Nasional tiba-tiba mengumumkan pada hari yang sama bahwa untuk saat ini dan selanjutnya, Konferensi Pers Perdana Menteri usai Dua Sesi tidak akan lagi diadakan. Hal ini baru pertama terjadi dalam lebih dari 30 tahun terakhir. Dunia luar menganggap hal ini sangat tidak normal.

Peniadaan konferensi pers perdana menteri usai pertemuan Kongres Rakyat Nasional merupakan keputusan yang melanggar kebiasaan yang telah terjadi sejak tahun 1990-an.

Li Qiang baru sekali menghadiri konferensi pers Perdana Menteri Tiongkok, yakni pada tahun 2023.

Komentator senior Wang He mengatakan : “(Di masa lalu) keseimbangan politik antara Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok dengan Perdana Menteri Dewan Negara bisa terpelihara. Tetapi dengan perubahan ini, tampak ada kesengajaan untuk menutup kesempatan tampil bagi Perdana Menteri Dewan Negara. Berjaga-jaga agar dia (Li Qiang) tidak mencuri perhatian atau memberi kesempatan untuk melemahkan wibawa Sekjen. Itulah sebabnya.”

Analis juga menyimpulkan bahwa ini adalah manifestasi dari sebuah kekacauan politik dalam tubuh PKT.

“Pejabat tingkat tinggi PKT telah melanggar ketentuan dan regulasi PKT. Ini bukan masalah sepele. Ini mencerminkan situasi kekacauan politik Tiongkok saat ini. Seluruh politik Tiongkok sedang bergulir menuju ke arah yang berbahaya, arah yang sewaktu-waktu dapat meledak, tidak dapat dikendalikan lagi,” kata Wang He.

Komentator independen Cai Shenkun lewat platform sosial “X” pada 4 Maret menyebutkan, bahwa kemunculan Li Qiang di depan umum usai Dua Sesi tahun lalu merupakan yang terakhir kalinya. Mulai saat ini politik PKT akan sepenuhnya memasuki model kotak gelap, alias masyarakat tidak bisa tahu.

Selain itu, Partai Komunis Tiongkok baru-baru ini memperkenalkan undang-undang “kontra-intelijen” dan “perlindungan rahasia negara”, yang menempatkan keamanan di atas ekonomi. Hal tersebut menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat luas.

Ding Shu-Fan, profesor kehormatan dari Sekolah Hubungan Internasional di Universitas Nasional Chengchi, Taiwan mengatakan : “Apa yang disebut kontra intelijen, keamanan nasional mungkin menjadi semakin buruk, dan mungkin membebani seluruh pembangunan ekonomi Tiongkok. Bahkan data ekonomi Tiongkok pun nantinya menjadi rahasia negara, jadi data yang dirilis oleh Li Qiang, tak peduli apakah data pertumbuhan atau lainnya pada gilirannya menjadi tidak bermakna.”

Mr. Wang, seorang videografer di Tiongkok yang di-PHK mengatakan : “Awalnya saya pikir karena usia jadi saya tidak bisa lagi mendapatkan pekerjaan. Tetapi akhirnya saya menemukan bahwa ternyata banyak anak-anak muda, bahkan mereka yang lahir pada tahun 1990an, pun tidak bisa mendapatkan pekerjaan di industri yang sama.”

Mrs. Ma, seorang desainer Tiongkok mengatakan : “Tekanan lapangan kerja juga relatif tinggi, dan semakin banyak orang yang kena PHK, sehingga tekanannya tinggi.” (sin)