Warga Hebei, Tiongkok Mengungkap Soal Instruksi Nasional untuk Memusnahkan Data Informasi Terkait COVID-19

 oleh Chen Yue dan Xiong Bin

Baru-baru ini, ada warga Hebei yang mengungkapkan kepada media apa yang ia dengar dan saksikan tentang pemusnahan semua dokumen hitam putih terkait pencegahan COVID-19. Instruksi pemerintah daerah yang disampaikan secara lisan 6 bulan lalu. Dikatakan bahwa dokumen yang dimusnahkan dengan cara dibakar itu jumlahnya mencapai 11 truk barang.

Warga Provinsi Hebei bermarga Lu mengatakan : “Tidak ada bukti dokumen tertulis, hanya pesan lisan untuk memusnahkan semua dokumen terkait COVID-19.”

Tak lama setelah New Tang Dynasty TV menyiarkan laporan berjudul “Orang Dalam : PKT Mengharuskan Pemusnahan Data COVID-19 Secara Nasional”, Mr. Lu dari Hebei mengonfirmasi fakta berikut kepada reporter NTDTV.

Mr. Lu mengatakan : “Sekitar bulan September atau Oktober tahun lalu, ada orang yang dekat dengan saya menuturkan bahwa temannya yang seorang personil pemerintah distrik mengatakan secara bisik-bisik kepadanya, bahwa pemerintah distrik sedang disibukkan dengan pemusnahan dokumen-dokumen terkait pencegahan dan penanganan COVID-19, yang banyaknya sampai perlu diangkut dengan 11 truk barang menuju lokasi pembakaran”. 

Mr. Lu mengatakan, abang temannya yang bekerja di rumah sakit mengungkapkan, bahwa rumah sakit tempat kerjanya juga memperoleh instruksi untuk memusnahkan dokumen terkait COVID-19, namun instruksi pemerintah pusat itu tidak dalam bentuk hitam putih, tetapi penyampaian secara lisan.

Pekan lalu, Mr. Chen dari Kota Changsha, Provinsi Hunan menjadi orang pertama yang mengungkap soal instruksi lisan dari pemerintah pusat untuk memusnahkan dokumen-dokumen COVID-19 secara nasional.

Mr. Chen mengatakan : “Teman dekat saya adalah pemimpin di salah satu rumah sakit yang secara pribadi memberitahu saya (maka saya percaya). Termasuk catatan mengenai vaksin, catatan mengenai tes asam nukleat, dan beberapa tindakan dalam hal proses anti-epidemi semua telah dimusnahkan. Agar sejarah di kemudian hari tidak mengetahui ada kejadian epidemi di Tiongkok. Ini memang sebuah kegagalan pemerintah”.

Pada akhir 2022, epidemi merebak seperti tsunami, sehingga kamar jenazah, rumah duka dan krematorium penuh dengan jenazah.

Mr. Lu mengungkapkan bahwa pada saat itu, hampir semua orang yang dia kenal telah terinfeksi virus COVID-19 hanya dalam waktu satu minggu. Setiap hari, krematorium di berbagai distrik dan kabupaten beroperasi selama 24 jam sehari untuk pembakaran jenazah. Bahkan banyak tungku pembakaran yang jebol karena dioperasikan terus menerus tanpa istirahat.

Mr. Lu menuturkan : “Datanglah petugas kiriman dari pemerintah provinsi ke rumah sakit untuk melakukan ‘inspeksi’ dan minta data mengenai tingkat kesembuhan rumah sakit, yang dijawab oleh abang teman saya bahwa angka kesembuhannya nol, tetapi mereka mengatakan apa benar nol ? Ayo katakanlah 20%. Lalu petugas provinsi bilang lagi tulis saja 50%. Jadi kita tahu data-data yang dilaporkan itu semua tidak benar”.

Tahun lalu, ketika epidemi kembali merebak dengan ganas, PKT menggunakan nama-nama seperti mycoplasma pneumonia, influenza tipe A untuk menutupi virus COVID-19 belum berhasil dibasmi. Mr. Lu mengatakan bahwa cakupan penularan dalam putaran baru epidemi ini tidak memandang usia, sehingga banyak orang yang berkondisi fisik lemah tak terselamatkan nyawanya.

“Ada seorang pemuda berusia 36 tahun, berbadan sehat yang merupakan rekan kerja di unit kami. Mengalami sakit kepala yang berkepanjangan setelah terakhir kali terserang flu. Suatu sore hari dia tiba-tiba muntah lalu pingsan. Setelah beberapa hari dalam ruang ICU dia muntah darah tanpa sebab. Dan sampai sekarang belum juga siuman”, kata Mr. Lu.

Mr. Lu juga mengungkapkan bahwa banyak orang di sekitarnya menderita gejala cukup parah dari efek samping vaksin buatan dalam negeri Tiongkok, termasuk komplikasi dari berbagai penyakit, sampai kematian mendadak. Sebagian besar kemalangan yang dialami rekan-rekannya terkait dengan vaksin. (sin)