Orang Dalam : Jenazah Sampai Dimutilasi Sebelum Dikremasi Saat Awal Gelombang Epidemi di Wuhan

oleh Wang Yanqiao dan Xiong Bin

Orang dalam mengungkapkan bahwa pada awal merebaknya epidemi di Kota Wuhan, Tiongkok, setidaknya ada 100.000 orang warga yang meninggal dunia karena terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19). Jelas krematorium pada saat itu kewalahan menangani banyaknya jenazah yang butuh kremasi segera. Untuk mengatasi kesulitan tersebut petugas terpaksa melakukan cara membekukan terlebih dahulu jenazah kemudian baru dikremasi setelah dimultilasi.

Seorang warga Provinsi Shaanxi bermarga He mengatakan : “Ketika epidemi awal merebak di Kota Wuhan yang menyebabkan sedikitnya 100.000 orang warga meninggal dunia. Kakak perempuan kawan saya yang merupakan pimpinan sebuah rumah sakit di Wuhan menuturkan, bahwa orang yang meninggal dunia karena terinfeksi virus COVID-19 cukup banyak, sehingga kelima krematorium di Wuhan yang sudah beroperasi selama 24 jam masih juga kewalahan dalam menangani pembakaran jenazah. Bahkan beberapa tungku untuk pembakaran sampai jebol karena dioperasikan tanpa istirahat. Kemudian untuk mengatasi desakan pembakaran, mereka terpaksa menggunakan cara memasukkan jenazah ke dalam kamar dingin untuk dibekukan terlebih dahulu, kemudian memotong jenazah yang sudah dibekukan itu menjadi potong-potongan kecil agar bisa dimasukkan ke dalam bungkusan-bungkusan untuk dikremasi setelah waktu mengizinkan”.

Setelah epidemi mulai merebak pada tahun 2020, pemerintah Wuhan menetapkan bahwa pengumpulan abu jenazah dan penguburan ditangguhkan sementara waktu, terlepas dari apakah orang yang meninggal itu karena terinfeksi COVID-19 atau tidak. Sampai 23 Maret 2020, pemda Wuhan baru mengizinkan anggota keluarga untuk mengambil abu jenazah di krematorium, sehingga selama beberapa hari itu terjadi antrian panjang di depan krematorium.

Pada saat itu, media melaporkan bahwa hanya untuk krematorium di Kota Hankou saja guci abu jenazah yang masuk sudah mencapai 5.000 buah. Angka yang 2 kali lipat lebih besar daripada yang dilaporkan pemerintah setempat. Karena PKT terus menutupi fakta epidemi ini, sehingga angka kematian yang sebenarnya mungkin lebih tinggi lagi.

Beberapa warga juga mengatakan bahwa banyak orang yang sampai berulang kali tertular dan meninggal dunia, termasuk kaum muda dan anak-anak.

Mr. Deng dari Wuhan mengatakan : “Ada beberapa orang pasien di sini, yang berusia 50 sampai 60an yang tidak pernah bangun lagi setelah tertidur.”

Zhang Yu, seorang penduduk Provinsi Hebei menuturkan : “Tahun lalu, banyak anak-anak menderita demam dan pilek, tetapi tidak ada obatnya. Kasihan, mereka semuanya meninggal di rumah sakit.”

Banyak warga yang mengatakan bahwa epidemi di Tiongkok tidak pernah mereda, datang silih berganti, namun PKT telah menyembunyikan kebenaran bahkan melenyapkan laporannya.

Zhang Yu : “Setidaknya gelombang epidemi terjadi 2 kali pada tahun lalu, itu terlihat dari jumlah murid di sekolah yang mengisi ruang kelas sangat sedikit.”

Mr. He mengatakan : “Ternyata banyak orang di Beijing yang meninggal tahun lalu, tetapi beritanya tertutup karena tidak ada laporan. Paling tidak 3 orang pemuda sehat yang saya kenal terkena penyakit leukemia.” (sin)