Nubuat Baru Pasca Perubahan, Xi Waspadai Selatan

Xu Ke

Tahun 2024 telah memasuki bulan ketiga, di Tiongkok, masyarakat baru saja melalui suasana tahun baru Tiongkok yang tidak begitu menggembirakan, PKT (Partai Komunis Tiongkok) sedang mempersiapkan “Dua Sesi (Tionghoa: 两会 = Liang Hu) adalah istilah kolektif untuk sidang pleno tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok (CPPCC) yang diadakan setiap Maret di Aula Besar Rakyat di Beijing)” yang menguras uang dan tenaga rakyat. 

Pada 1 Maret, di Kabupaten Dezhou Provinsi Shandong seorang pria diduga melakukan pembalasan sosial dengan menenggak pestisida sampai mabuk lalu menabrak sekumpulan pelajar SD, korban yang tertabrak sekitar 40 orang, dan 7 di antaranya meninggal dunia, si pelaku juga tewas………

Ini hanyalah salah satu kejadian dari berturut-turut bencana yang memberi kesan berdarah pada Tiongkok.

Selama ini, kemerosotan hati manusia dan kekacauan di tengah masyarakat selalu ada kaitan erat dengan pemerintahan yang tirani dan penguasa yang tak bermoral. Hati dan pikiran manusia berubah, sekarang banyak orang berharap PKT akan runtuh, membahas soal kapan perubahan akan terjadi pada Zhongnanhai (pusat pemerintahan Republik Rakyat Tiongkok), ramalan terkait pun bersifat kekal.

Ramalan lama sudah banyak didengar, ada yang terbukti, tapi ada pula yang mengecewakan. Ramalan baru pun beredar tanpa disengaja, terkadang mungkin kita abaikan. Seperti tahun lalu penulis pernah membaca ramalan dari seorang tabib PTT (Pengobatan Tradisional Tiongkok, red.) yang berdiam di Inggris yang terlahir di keluarga tabib PTT turun temurun selama 600 tahun, dia mengemukakan bahwa di selatan Tiongkok mungkin akan terjadi pemberontakan oleh para penguasa daerah.

Penulis tidak berpendapat bahwa untuk melihat perubahan di tengah masyarakat maka harus mengandalkan ramalan, karena variabelnya terlalu banyak.

 Jadi setelah membaca tentang ramalan ini penulis tidak menghiraukannya. Tetapi belum lama ini seorang sahabat lama saya yang baru saja melarikan diri dari Tiongkok mengungkapkan suatu rahasia: “Di selatan ada yang telah mempersiapkan diri sejak lama…” Hal ini mau tidak mau menarik perhatian penulis.

Ramalan Perubahan: Api Peperangan di Selatan dan Kekuatan Baru

Seorang dokter Timur yang berdiam di Inggris yakni Nyonya Su Rong (dikenal juga Doctor Rong, pendiri Dr. Rong TCM Clinic di Cambridge, Inggris, red.) adalah keturunan dari keluarga tabib ilmu kedokteran tradisional Tiongkok (PTT) yang telah turun temurun selama 600 tahun, dia tidak hanya memahami PTT, juga sangat mendalami ilmu I Ching (Yi Jing, disebut juga Zhouyi, sebuah Kitab Perubahan tentang teknik peramalan tertua Tiongkok, red.). Pada 27 Desember akhir tahun lalu, di acara “Pinnacle View” luar negeri dia meramal nasib negara RRT, dari sudut pandang kebudayaan tradisional, diharapkan agar orang-orang di sana terhindar dari marabahaya.

Dr. Rong meramalkan dengan “Zhouyi”, pada 2024 ini energi di bumi dan energi di langit, juga energi bintang akan saling bertabrakan, seluruh dunia diliputi peperangan, dan akan muncul perang baru, harus mewaspadai negara di selatan dan kawasan perairan di Laut Tiongkok Selatan.

Di tahun 2024 api pertikaian merebut kekuasaan internal politik di dalam negeri Tiongkok juga akan meningkat, Xi Jinping menjadi target bagi semua orang, kekuasaannya akan menyusut lebih lanjut. Disamping itu, di arah selatan akan ada suatu kekuatan anti-pemerintah yang akan semakin menguat. Tetapi pada 2024 ini seharusnya Xi tidak sampai lengser.

Dia berkata, sesampainya tahun 2025, Xi akan mengalami kesulitan yang sangat besar, ia akan kehilangan kekuasaan, dan orang yang menggantikannya besar kemungkinan adalah orang internal partai. Di saat baru menjabat orang ini akan sangat kebingungan, dan tidak tahu harus melangkah kemana, apakah mencampakkan PKT? Atau terus melanjutkan jalan yang telah ditempuh oleh Xi Jinping? Namun dengan segera akan ada seorang arif bijaksana yang membimbingnya, lalu ia pun mulai membersihkan segala elemen komunisme, serta akan ada lebih banyak orang yang membantunya, semua kekuatan kebenaran akan melebur ke dalam, dan secara bertahap menyingkirkan segala unsur yang tidak baik, membuat seluruh masyarakat kembali pada kondisi tradisional yang bersih. Di saat tibanya tahun 2029, pekerjaan ini pada dasarnya telah selesai. Pada saat itu, semua orang dapat kembali hidup dalam kondisi yang normal, saat itu rakyat Tiongkok baru akan mulai hidup seperti manusia yang sesungguhnya, yang bermoral, dan juga bermartabat.

Ramalan Dr. Rong ini menurut penulis terutama ramalan soal api peperangan di seluruh dunia, telah sesuai dengan kondisi di dunia saat ini. Negara di selatan, mungkin yang dimaksud adalah negara yang disebut sedang berkembang, tapi bisa juga negara di selatan Tiongkok, di selatan Tiongkok sekarang ada Filipina, lalu India, keduanya ada kemungkinan mengalami perang dengan Tiongkok. Sementara Taiwan, adalah wujud “perang” yang lain, mungkin lebih berbahaya daripada perang yang terang-terangan.

Berikutnya adalah dari dalam negeri Tiongkok sendiri, walaupun Xi Jinping telah tiga kali berturut-turut berkuasa lewat Kongres Nasional ke-20, juga telah membersihkan dan menerima kekuatan faksi lain lawan politiknya, atau mencapai kompromi di tingkat tertentu, namun dalam kekuasaannya kembali muncul masalah baru. Terutama karena Xi Jinping sendiri mengeluarkan berbagai jurus busuk, dimana sebelumnya kebijakan Nol Covid selama tiga tahun telah menyulut kemarahan warga, ia menyatakan policy tersebut tidak akan goyah, tetapi Xi malah menjilat ludahnya kembali dengan mencabut lockdown begitu saja tanpa peringatan, sehingga banyak warga meninggal karena tertular. Melulu jurus ini saja, Xi telah kehilangan secara tuntas dukungan dan kewibawaannya.

Setelah itu sejak 2023 perekonomian Tiongkok merosot. Menghadapi fakta terbuka ini, di satu sisi pemerintah mempublikasikan data palsu, di sisi lain warganya hanya boleh mendengungkan “ulasan ekonomi cerah”, tanpa mempedulikan tingginya tingkat pengangguran di tengah masyarakat, dan tidak menyelesaikan masalah secara realistis. Sementara hutang daerah merefleksikan parahnya kesulitan keuangan, juga kebohongan tentang yang disebut “keajaiban di muka bumi” dari keberhasilan mengentaskan kemiskinan diungkapkan ke seluruh dunia.

Dalam kondisi seperti ini, orang dalam faksi Xi sendiri sudah mulai berselisih paham, dan tak ada seorang pun yang benar-benar setia pada Xi, mereka hanya saling berkomplot sementara demi kepentingannya sendiri. Mengutip kata-kata komentator bernama Wang He: “Pasca Kongres Nasional ke-20, kekuasaan Xi Jinping mencapai puncaknya, tetapi kewibawaan dan pengaruhnya telah terpuruk hingga ke dasar jurang, sehingga terbentuklah kesenjangan yang menganga sangat lebar.” Membandingkan kondisi semacam ini, maka ramalan Dr. Rong pun memiliki lebih banyak keakuratan.

Siapakah yang akan Menggantikan Xi Jinping?

Dr. Rong mengatakan akan muncul seseorang yang akan menggantikan Xi Jinping, dan kemungkinan orang itu adalah orang internal partai, menurut penulis belum tentu orang itu adalah anggota dari faksi Xi yang menduduki posisi tinggi, melainkan besar kemungkinan seseorang dari level menengah yang berambisi besar, dan mereka telah membaca buku “9 Komentar tentang Partai Komunis Tiongkok”, mungkin diam-diam telah menggalang kekuatan untuk bersatu dalam menentang Xi.

Pada 2022 sebelum Kongres Nasional ke-20 PKT, pada 13 Oktober muncul seorang pembela keadilan bernama Peng Zaizhou (Peng Lifa), ia berunjuk rasa dengan membentang spanduk bertuliskan lengserkan Xi runtuhkan komunis di Jembatan Sitong, Beijing. 

Slogan di spanduk itu telah menjadi kutipan terkenal di dunia: “Tidak mau PCR – mau makan! Tidak mau lockdown – mau kebebasan! Tidak mau kebohongan – mau kehormatan! Tidak mau Revolusi Kebudayaan – mau reformasi! Tidak mau pemimpin – mau pemilu! Tidak mau menjadi budak – mau menjadi warga negara!” Juga ada satu kalimat lagi: “Mogok sekolah, mogok kerja, lengserkan diktator pengkhianat Xi Jinping”.

Dalam dokumen politik Peng Zaizhou yang beredar di internet menunjukkan, ia menghimbau kepada semua polisi dan tentara di seluruh negeri, “Harus berani seperti Cai E, seperti Tang Jiyao, dan Li Leijun, jangan mau membantu tiran menindas rakyat, jangan mau mengabdi pada seorang diktator, jangan mau menjadi tumbal bagi seorang diktator.”

Pada akhir 1915 (tahun ke-4 era pemerintahan Republik Tiongkok), Cai, Tang, dan Li, telah mengobarkan Perang Perlindungan Negara (Perang Anti-Monarki, red.) dan menggerakkan ekspedisi militer terhadap Yuan Shikai, untuk memaksa Yuan Shikai menghapus sistem monarki bentukannya. Kini penguasa PKT meralat konstitusi dan menghapus pembatasan periode kekuasaan, dan acap kali juga diidentikkan dengan Yuan Shikai. 

Meskipun PKT memblokade slogan-slogan Peng Zaizhou secara menyeluruh di semua situs internet, tapi informasi terkait masih terus beredar secara diam-diam di seluruh Tiongkok. Di tembok maupun tiang listrik di daerah-daerah, bahkan di toilet sekolah, dijumpai selebaran dengan tulisan tangan maupun cetakan yang merespon dan mendukung tuntutan Peng Zaizhou.

Kita tidak bisa mengetahui apakah pasukan pengawal partai di tubuh militer PKT akan muncul seorang prajurit yang seperti Cai E. Tapi di Tiongkok mulai dari pejabat tingkat dasar sampai pengusaha konglomerat, dari rakyat jelata sampai mahasiswa, banyak orang mengetahui peristiwa ini, dan cukup menyentuh sanubari mereka. Jadi diyakini pejabat tinggi PKT, termasuk perwira tinggi militer, mereka lebih memahaminya.

Di samping itu, dalam ramalan Dr. Rong juga tidak mengesampingkan adanya orang dari luar partai yang akan menggantikan Xi Jinping. Konteks ini lebih luas lagi, pada dasarnya mencakup semua warga Tiongkok, siapa pun bisa menentang Xi Jinping dan menentang komunis.

Bulan lalu, seorang pemimpin oposisi Rusia yang bernama Alexei Navalny baru saja meninggal dunia secara mendadak di dalam penjara, pihak luar beranggapan kejadian itu berkaitan dengan Putin. Pemakaman Navalny diadakan pada 1 Maret lalu, dan diperingati dalam skala besar. 

Di jejaring medsos luar negeri, orang-orang mulai membicarakan siapa Navalny dari Tiongkok, seperti Ren Zhiqiang yang divonis penjara 18 tahun, atau Gao Zhisheng yang telah menghilang selama enam tahun, atau pengacara HAM Xu Zhiyong, Ding Jiaxi, dan Xu Wensheng yang masih dipenjara. 

Bila ada yang berhasil menggulingkan rezim PKT, maka para pembela keadilan seperti Gao Zhisheng dan kawan-kawan memang ada kemungkinan akan diusung untuk menggantikan Xi, untuk memimpin Tiongkok menapak jalan demokrasi kebebasan. Tapi di luar pengacara, siapakah yang akan menjadi kekuatan baru yang mampu menggulingkan PKT dan Xi Jinping? Ramalan Dr. Rong mengarah ke selatan.

Mengapa penulis percaya di selatan terdapat kekuatan baru yang akan membawa perubahan? Pertama, berdasarkan tradisi. Sejak periode akhir Dinasti Qing, selatan Tiongkok selalu menjadi lahan panas reformasi atau revolusi, mulai dari aktivitas awal Dr. Sun Yat-Sen (1866-1925), sampai Pemberontakan Wuchang (1911), kemudian Perang Perlindungan Nasional (1915-1916), sampai Ekspedisi ke Utara (1926-1928). Bahkan yang disebut PKT sebagai Reformasi Keterbukaan (Reformasi Ekonomi Tiongkok, 1978), juga mulai digalakkan dari selatan. Satu lagi alasan penulis mengharapkan kebangkitan pemberontakan dari selatan, karena di awal telah disebutkan seorang sahabat lama yang baru saja keluar dari salah satu provinsi di selatan memberitahu saya, kalangan rahasia orang kaya di selatan itu, walaupun didominasi sipil, tapi juga terdapat berbagai tokoh internal partai, termasuk pejabat level menengah, bahkan ada pula polisi. Selama jangka waktu panjang mereka secara cerdik mempersiapkan “revolusi”, dan menganggap dirinya sebagai “pencetus”.

Ini mengingatkan saya akan Gerakan Kertas Putih (aksi protes menentang penguncian COVID-19 di Tiongkok, red.), seorang pria paruh baya turun ke jalan memimpin aksi menentang lockdown dan meneriakkan “lebih baik mati daripada tidak bebas”, juga para mahasiswa muda yang berorasi di jalan-jalan. Sahabat lama saya berkata, sebagian dari mereka telah memilih untuk hengkang, tapi kekuatan utama masih ada, terutama yang ada di internal partai, mereka toh juga tidak bisa keluar, bisa sekaligus menjadi “mata-mata”.

Khawatir Lengser, Xi Waspadai Selatan

Realita bagi rezim yang otokratis adalah sangat kejam, untuk mengubah semua ini ada yang memilih revolusi tanpa kekerasan, tapi bagi mereka yang memiliki kondisi akan memilih kudeta atau pemberontakan, sejak dulu sudah seperti itu. Para pejabat daerah di wilayah selatan, sementara tidak terlihat siapa yang memiliki nyali dan kemampuan untuk menjadi pemimpin yang menentang pemerintah, kuncinya adalah Xi Jinping sejak awal telah mengambil alih kekuasaan militer.

Tahun 2016 setelah Xi Jinping melakukan reformasi militer dan menyusun kembali kekuasaan militer, bahkan Kepolisian Bersenjata Rakyat (PAP) dan prajurit cadangan pun telah ditarik ke pusat, pejabat daerah akan sulit melakukan pemberontakan. Tapi perwira tinggi militer yang dibentuk Xi Jinping pasca reformasi militer tersebut, telah rontok begitu banyak selama setahun terakhir, termasuk Menhan Li Shangfu, Komandan Angkatan Roket (AR) yakni Li Yuchao telah bermasalah. Oleh sebab itu, bagaimana pun sebagian orang dari pihak luar membantu PKT mempropagandakan betapa kekuasaan militer Xi Jinping begitu kokoh, tapi semua itu adalah palsu.

Xi Jinping sangat berambisi, bahkan berniat menyulut peperangan di wilayah selatan, khususnya Selat Taiwan. Beberapa tahun terakhir Provinsi Fujian dan Guangdong di selatan, termasuk juga Hong Kong, telah dijadikan sebagai basis untuk menyerang Taiwan. Namun, sejumlah jenderal yang ambisius telah menahan diri cukup lama, menunggu kesempatan untuk bisa memberontak; mungkin akan seperti Pemberontakan Wuchang (pemberontakan yang terjadi di Tiongkok pada 10 Oktober 1911 – 1 Desember 1911 yang menjadi katalis terhadap Revolusi Xinhai, yang mengakhiri Dinasti Qing – dan dua milenium kekuasaan kekaisaran – serta mengantar ke arah terbentuknya Republik Tiongkok bentukan Sun Yat Sen. Pemberontakan ini dimulai dengan ketidakpuasan penanganan krisis kereta api. Wikipedia), pada saat itu sejumlah prajurit baru akan mendadak membelot saat berperang, maka akan memicu runtuhnya rezim PKT.

Xi Jinping mirip dengan Mao Zedong, di mulut menyanjung “ateisme”, tapi di dalam hati sangat percaya pada ramalan Tiongkok kuno. WikiLeaks pernah mengungkapkan, Xi Jinping percaya kemampuan supranatural. Dan ramalan adalah salah satu manifestasi dari kekuatan supranatural di tengah masyarakat. 

Mengenai ramalan baru “pemberontakan di selatan” ini sejak lama telah diketahui oleh Xi Jinping, tidak tertutup kemungkinan ia telah memerintahkan untuk mewaspadai selatan, pertama-tama mengawasi para pejabat tinggi dan militer secara ketat, juga para perwira Kepolisian Bersenjata. Tapi hal ini mungkin akan semakin memperburuk antipati internal sehingga membuat terjadinya perubahan dalam waktu dekat di Tiongkok akan semakin besar kemungkinannya. (sud/whs)