Eksodus Warga Sipil Tiongkok Tidak Menurun Meski PKT Menghentikan Penerbitan Paspor

 oleh Ning Xin

Baru-baru ini, berita tentang otoritas Partai Komunis Tiongkok menghentikan atau membatasi penerbitan paspor telah beredar di Internet. Masyarakat umum percaya bahwa mereka bertindak demikian itu karena kewalahan dalam menghadapi jumlah warga sipil yang melakukan eksodus belakangan ini.

Baru-baru ini, sebuah video yang diposting di Internet menunjukkan di sebuah kantor yang berada di jalanan Kota Lianyungang, Provinsi Jiangsu, tergantung sebuah spanduk bertuliskan : “Kasus penyelundupan manusia tidak akan diberi toleransi tetapi tindakan tegas.” 

Seorang netizen lokal meninggalkan pesan di kolom komentar berbunyi : “Banyak warga di sini pergi bekerja di luar negeri tetapi tanpa mengikuti prosedur normal, karena kantor imigrasi di daerah kami tidak beroperasi.”

Netizen lain yang alamat IP-nya terdaftar di Amerika Serikat menulis : “Banyak orang Jiangsu yang ia kenal di sana adalah warga Kabupaten Donghai, dan berasal dari Lianyungang, Jiangsu.”

Seorang penduduk Kabupaten Donghai menceritakan kepada reporter “Epoch Times”, bahwa banyak sekali warga daerah Donghai yang pergi ke luar negeri, karena kelompoknya juga besar jadi dikenal sebagai “Fujian Kedua”. Ia juga menginformasikan bahwa memang benar penerbitan paspor dari pihak berwenang Tiongkok telah ditangguhkan.

Melalui pengusutan, reporter “Epoch Times” menemukan bahwa banyak imigrasi di Tiongkok yang telah menghentikan penerbitan paspor atau memperketat penerbitan paspor. Chang Yong (nama samaran), seorang warga asal Xinyang, Henan mengatakan, bahwa dia telah mengajukan paspor selama lebih dari 20 hari tetapi masih belum membuahkan hasil. Hal itu membuatnya sangat cemas.

Ia mengatakan, bahwa banyak sekali orang di kantor imigrasi seperti juga dirinya ingin mengajukan paspor. Saat itu, ada seorang pria yang mengajukan paspor kira-kira berselang seminggu dengan dirinya langsung ditolak imigrasi. “Kantor imigrasi langsung tidak beroperasi, lantaran sangat banyak warga di sini yang keluar negeri saat Tahun Baru Imlek”.

Dia juga mengungkapkan bahwa sejauh yang dia tahu, banyak kota juga menghentikan penerbitan paspor. Kantor imigrasi di suatu tempat di Guizho bahkan langsung menyita paspor orang dengan alasan agar tidak hilang.

Seorang staf dari agen pengurusan paspor di Kota Qingdao, Provinsi Shandong mengatakan kepada wartawan, bahwa saat ini banyak warga Tiongkok yang mengajukan permohonan paspor. Tetapi banyak kantor imigrasi di daerah telah menghentikan atau memperketat pengajuan paspor. “Di banyak kantor imigrasi daerah, yang sebelumnya Anda bisa langsung dilayani asalkan lampiran dokumennya lengkap, tetapi sekarang tidak lagi begitu”.

Staf tersebut juga mengatakan bahwa mereka tidak menerima permohonan paspor dari daerah Fujian, karena banyak orang dari Fujian pergi ke Asia Tenggara dan negara lain, dan banyak dari mereka telah “diberi tanda” (karena banyak yang tidak kembali ke Tiongkok setelah keluar negeri). Terhadap mereka umumnya tidak diberikan paspor.

Pengacara Liang Shaohua, mantan pimpinan di sebuah perusahaan manajemen aset Tiongkok juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan reporter “Epoch Times” bulan lalu, bahwa sangat sulit untuk memperoleh paspor sekarang, dan Anda bisa diinterogasi oleh pejabat bea cukai di bandara sebelum dilepas berangkat.

Dia mengatakan : “Hal seperti ini bukan terjadi belakangan ini, tetapi sudah berjalan selama dua tahun terakhir. Baru-baru ini, ia  memperoleh informasi dari seseorang pejabat imigrasi yang dia kenal, bahwa pihaknya tidak akan melayani warga yang mengajukan pembaharuan paspor. Selain itu, mereka juga tidak akan secara langsung mengatakan bahwa kantor imigrasi tidak akan melayani permintaan pembaharuan paspor. Mereka cuma bertanya untuk apa memperbarui paspor jika kamu tidak ada rencana keluar negeri. Jadi permintaan pembaharuan ditolak secara halus”.

“Pasti memperketat, supaya tidak banyak warga bepergian ke luar negeri. PKT selalu bertindak seperti itu. Tidak akan terus terang melarang, tetapi ketika Anda mendatangi instansinya untuk mengurus, wah, berbagai kendala akan Anda temui. Sama seperti Korea Utara yang tidak mengizinkan warganya eksodus”.

Lai Jianping, mantan pengacara Beijing dan ketua Front Demokratik Kanada, percaya bahwa ini adalah pendekatan otoriter paling ekstrim dari Partai Komunis Tiongkok yang jahat, yang ingin mengubah Tiongkok menjadi sebuah penjara besar.

Bagi Lai Jianping, tidak peduli betapa tidak puasnya Anda, tidak peduli berapa sulitnya Anda mempertahankan hidup, Anda harus mati di sini. Anda tidak bisa pergi, dan kekayaan Anda tidak bisa diambil. Jadi pintunya tertutup rapat, takut Anda melarikan diri, takut Anda menyelinap ke seberang.”

Meski melarang pergi ke luar negeri, tetapi PKT gagal menghentikan langkah eksodus warganya

“Penyelundupan melalui rute tertentu” adalah istilah baru yang menyebar dari daratan Tiongkok selama epidemi COVID-19, yang merujuk pada memasuki Amerika Serikat melalui rute tertentu yang diatur oleh penyelundup. Maklum, masyarakat yang mengakses internet pada umumnya terbagi dalam tiga kategori, kategori pertama untuk mencari uang, kategori kedua untuk masa depan anak, dan kategori ketiga untuk “menghirup udara bebas”.

Berbondong-bondong warga sipil Tiongkok memilih untuk meninggalkan Tiongkok, bahkan mempertaruhkan nyawa dengan menyelundupkan diri mereka untuk masuk Amerika Serikat melalui hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kebijakan lockdown ekstrem PKT selama tiga tahun menghadapi epidemi, yang telah membuat masyarakat tak tertahankan. Selain itu, lingkungan ekonomi dan politik Tiongkok yang amburadul juga menjadi alasan masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap pemerintahan Xi Jinping, sehingga mereka menggunakan berbagai cara untuk eksodus.

Menurut data Perlindungan Bea Cukai dan Perbatasan AS (CBP), jumlah warga negara Tiongkok yang secara ilegal melintasi perbatasan dari Meksiko utara ke Amerika Serikat pada tahun fiskal 2023 (1 Oktober 2022 hingga 30 September 2023) melonjak menjadi lebih dari 24.000 orang. Pada 3 bulan pertama tahun anggaran 2024 (bulan Oktober, November, dan Desember 2023) angka tersebut masing-masing mencapai 4.261, 4.797, dan 5.980 orang.

Data CBP menunjukkan bahwa sejauh ini pada tahun fiskal 2024, sudah ada 1,23 juta imigran ilegal yang memasuki Amerika Serikat, dimana sekitar 27% berasal dari Meksiko, 14% dari Guatemala, 8% dari Honduras, dan hampir separuhnya berasal dari negara dan wilayah di luar negara-negara tersebut, termasuk Tiongkok.

Qian Xiaozhe, seorang pemuda dari Jiangxi, dulunya adalah seorang pengantar makanan takeaway di Tiongkok. Karena lockdown epidemi, dia tidak bisa bertahan hidup di Tiongkok sehingga memilih pergi ke luar negeri. Pada April 2022, ia tiba di Turkiye dari Hongkong, kemudian melakukan perjalanan ke Italia, Serbia, Jerman, dan tempat lain di Eropa. Selama periode tersebut, ia bekerja sebagai tenaga kasar di pabrik milik etnis Tionghoa untuk menyambung hidup. Setahun kemudian, yakni pada bulan Juli tahun lalu, dia berhasil tiba di AS melalui berjalan kaki melintasi hutan hujan tropis.

Kepada wartawan ia mengatakan bahwa karena peningkatan yang signifikan dalam jumlah warga Tiongkok yang melakukan eksodus, maka “Penyelundupan melalui rute tertentu” kini telah menjadi “rantai industri”. Orang asal Tiongkok juga yang membuka hotel dan restoran di jalur penyelundupan, dan mereka yang menjalani penyelundupan juga harus menghadapi risiko dicegat polisi untuk dimintai uang. Serta menghadapi gangster dalam perjalanan yang menculik dan merampok orang-orang asal Tiongkok ini, serta berbagai hambatan lainnya. Pokoknya, hanya mereka yang pernah mengalami yang memahami betapa beratnya tantangan yang dihadapi di sepanjang jalan.

Dia juga mengatakan bahwa kebanyakan warga asal Tiongkok yang eksodus tersebut tidak bisa berbahasa Inggris. Setelah sampai di Amerika, mereka hanya bisa mencari pekerjaan di restoran yang dibuka oleh orang Tionghoa untuk mempertahankan hidup. “Sedih” juga rasanya.

Beberapa media melaporkan bahwa karena meningkatnya jumlah warga negara Tiongkok yang datang ke Amerika Serikat secara ilegal, terungkap bahwa ada sebuah restoran yang dimiliki etnis Tionghoa di wilayah New York mempekerjakan seorang pekerja serabutan di dapur dengan gaji sebulan USD.2.600,- Setelah pekerja tersebut berhenti, restoran menurunkan gaji bulanan pekerja penggantinya menjadi USD.2.400,-. Karena banyaknya imigran gelap yang datang ke Amerika, restoran tersebut tidak merasa kesulitan dalam mencari pekerja. Jadi setelah pekerja lain juga berhenti setelah 2 bulan bekerja, restoran tersebut menurunkan gaji bulanan penggantinya menjadi USD.2.000,- sebulan.

Qian Xiaozhe juga mengatakan : “Warga asal Tiongkok yang eksodus ke AS memang banyak sekali, karena itu pemilik restoran bisa mengambil kesempatan untuk menekan gaji. Jika Anda tidak mau, Anda tidak akan punya uang. Jadi apa boleh buat tidak ada pilihan lain. Terpaksa menerima meskipun gaji jauh dari sebelumnya, demi mempertahankan hidup. Kuatkan mental untuk bertahan di restoran paling tidak selama setengah tahun.”

Qian Xiaoji saat ini tinggal di sebuah panti pijat, di mana dia sedang berusaha untuk belajar bahasa Inggris. Dia mengatakan bahwa nasibnya baru akan berubah total hanya jika dia mampu benar-benar berintegrasi ke dalam masyarakat Amerika Serikat. (sin)