Serangan Teror di Moskow Diperkirakan Berlanjut, AS Peringatkan Ancaman Serangan di Barat

Yuan Mingxin dan Rong Yu

Serangan teroris di sebuah gedung konser di Moskow telah mengejutkan dunia, menewaskan sedikitnya 133 orang dan melukai 140 lainnya. Rusia dan organisasi teroris  kini berseteru, dan pelaku serangan masih belum diketahui. Militer AS memperingatkan minggu ini bahwa para teroris masih dapat melakukan serangan.

Seiring dengan semakin banyaknya informasi yang terungkap mengenai serangan teroris di sebuah gedung konser di Moskow, ada beberapa cerita yang saling bertentangan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Empat jam setelah serangan itu, ISIS-K, cabang Khorasan dari Negara Islam, mengklaim telah melakukan serangan  dan mengatakan bahwa empat orang bersenjata telah kembali dengan selamat ke markas mereka.

Para pejabat Rusia mengklaim telah menangkap 11 tersangka di perbatasan Rusia-Ukraina, termasuk empat pria bersenjata, yang semuanya adalah warga negara asing, beberapa di antaranya dari Tajikistan. Tajikistan berbatasan dengan Afghanistan, tempat ISIS aktif.

Namun, ISIS-K sekali lagi muncul dan membantah klaim Rusia. Menurut laporan Reuters yang mengutip kantor berita Islam Amaq pada 23 Maret, ISIS-K merilis foto-foto pada Sabtu (23 Maret) yang menunjukkan keempat pria bersenjata tersebut setelah mereka kembali ke markas mereka.

Para pejabat Rusia kembali membantah hal ini, dan bersikeras bahwa para tersangka telah ditangkap. Media resmi mengklaim bahwa para pria bersenjata itu direkrut dengan uang di media sosial.

Untuk saat ini, Rusia dan ISIS-K berbicara dengan cara yang berbeda, tapi tidak ada yang bisa dikonfirmasi secara independen oleh pihak ketiga.

Identitas dan keberadaan para tersangka masih menjadi misteri, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky saling berbalas komentar pada  Sabtu.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim: “Mereka [para tersangka] mencoba bersembunyi dan bergerak menuju Ukraina. Menurut data awal, Ukraina telah menyiapkan jalan bagi mereka untuk menyeberangi perbatasan.”

Presiden Ukraina Zelensky membantahnya dengan berkata: “Kemarin, ketika semua ini terjadi, Vladimir Putin tidak mengatakan apa-apa kepada rakyat Rusia, tetapi tetap diam selama 24 jam, merenungkan bagaimana cara menghubungkan insiden itu dengan Ukraina. Hal ini sudah dapat diprediksi sebelumnya.”

Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan pada Sabtu bahwa ISIS memikul tanggung jawab penuh atas serangan tersebut dan bahwa “Ukraina tidak terlibat sama sekali.

Gedung Putih juga mengatakan bahwa pemerintah AS telah menerima informasi intelijen tentang serangan tersebut awal bulan ini, dan tidak hanya menginformasikan kepada warga AS di Rusia untuk tidak pergi ke pertemuan besar, tetapi juga telah membagikan informasi tersebut kepada Rusia.

Namun, pemerintah Putin tidak menerima informasi tersebut pada saat itu, dan menyebut pernyataan keamanan kedutaan AS sebagai “penipuan” dan “mengacaukan” masyarakat Rusia. Setelah serangan teroris, Rusia mengakui bahwa mereka telah menerima informasi intelijen dari AS, tetapi informasi tersebut “bersifat umum dan tanpa detail”.

Dan Byman, seorang peneliti senior di Centre for Strategic and International Studies, mengatakan bahwa ISIS-K telah lama menargetkan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, dan percaya bahwa “Rusia terlibat dalam penindasan terhadap Muslim”.

Selain itu, militer AS memperingatkan Kongres minggu ini bahwa mereka tidak dapat mengesampingkan kemungkinan ISIS-K melancarkan serangan teroris di masa depan terhadap dunia Barat.

Jenderal Michael Kurilla, Komandan Komando Pusat AS: “Menurut penilaian saya, ISIS-K memiliki kemampuan dan tekad untuk menyerang kepentingan AS dan Barat di luar negeri, mungkin hampir tanpa peringatan, hanya dalam waktu enam bulan.”

Dalam beberapa tahun terakhir, ISIS-K bertanggung jawab atas sejumlah serangan teroris.

Selama penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 2021, ISIS-K menyerang Bandara Internasional Kabul, menewaskan 13 tentara AS dan puluhan warga sipil.

Pada September 2022, Kedutaan Besar Rusia di Kabul diserang oleh seorang pengebom bunuh diri, sebuah kejahatan yang diklaim oleh ISIS-K. (Hui)