Inisiatif OBOR Membangkitkan Kebencian, Pekerja Asal Tiongkok Menjadi Target Serangan Teror

oleh Luo Ya 

Akhir-akhir ini para pekerja proyek “Satu Sabuk Satu Jalan” (One Belt One Road. OBOR) asal Tiongkok di Pakistan terus mengalami serangan teror. Tentara Pembebasan Balochistan (Balochistan Liberation Army. BLO) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dengan alasan bahwa mereka menentang investasi PKT di Pakistan. Para komentator percaya bahwa serangkaian serangan teror itu menunjukkan bahwa warga asal Tiongkok telah dijadikan target serangan teroris di Pakistan.

Suatu konvoi kendaraan yang ditumpangi warga asal Tiongkok diserang oleh seorang pembom bunuh diri di Pakistan pada 26 Maret. Lima orang warga Tiongkok dan seorang pengemudi Pakistan tewas di tempat. Ini adalah insiden ketiga yang terjadi dalam seminggu.

Kepolisian Pakistan mengatakan bahwa para insinyur warga Tiongkok itu sedang melakukan perjalanan dari Islamabad ke lokasi pembangunan Bendungan Dasu dengan mobil ketika serangan itu terjadi.

Akhir-akhir ini serangkaian serangan teror yang menargetkan para pekerja asal Tiongkok yang menangani proyek OBOR di Pakistan. Reuters menunjukkan bahwa sasaran dari dua serangan pertama adalah pangkalan udara angkatan laut Pakistan dan pelabuhan strategis yang digunakan oleh PKT di barat daya Balochistan, tempat PKT menginvestasikan miliaran dolar dalam proyek infrastruktur.

Tentara Pembebasan Balochistan (BLA) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dengan alasan penolakan terhadap investasi Tiongkok di Pakistan.

“Proyek OBOR PKT di Pakistan sebenarnya adalah mengincar Pelabuhan Gwadar. Di mana Pelabuhan Gwadar ? Di Provinsi Balochistan, Pakistan, provinsi ini telah berjuang untuk kemerdekaannya sejak beberapa dekade lalu. Mereka ingin memisahkan diri dari Pakistan. Di masa lalu, pasukan keamanan nasional Pakistan adalah target serangan mereka. Tetapi masyarakat setempat percaya bahwa sumber daya alam mereka terus dirampas oleh pemerintah federal Pakistan, sedangkan penduduk setempat tidak mendapat manfaat. Apa lagi dengan kehadiran PKT di Pakistan yang investasinya adalah untuk membantu pemerintah federal mengeksploitasi dan menindas mereka, maka serangan mereka alikan menuju PKT, dan warga asal Tiongkok yang menangani proyek OBOR,” kata kolumnis Epoch Times Wang He.

Saat ini terdapat lebih dari 30.000 orang warga Tiongkok yang tinggal di Pakistan, dan hampir semuanya telah berpartisipasi dalam proyek OBOR. Yang paling menarik perhatian adalah “Koridor Ekonomi Tiongkok – Pakistan” yang bernilai USD.60 miliar. Koridor ini telah memungkinkan hubungan langsung dari Provinsi Xinjiang ke Pelabuhan Gwadar di pantai selatan Pakistan yang dikuasai PKT.

Tentara Pembebasan Balochistan menuduh pemerintah Pakistan mengeksploitasi sumber daya alam Balochistan tanpa memberikan keuntungan bagi Balochistan.

“PKT dulu punya banyak uang, jadi mereka menghabiskan banyak uang untuk menyuap pejabat. Mereka menggunakan perekonomian untuk menjual proyek-proyek OBOR, dan membawa negara-negara peserta ke dalam lingkup pengaruhnya. Dan karena proyek ini tidak transparan, banyak politisi telah menerima uang suap dari PKT, jadi banyak politisi yang tidak bersih,” ujar Wang He.

Sheng Xue, seorang penulis etnis Tionghoa di Kanada mengatakan : “Karena PKT secara agresif mempromosikan proyek OBOR kepada banyak negara, ia telah membentuk semacam kontrol politik dan penetrasi wilayah di negara peserta. Secara ekonomi, negara-negara ini menjadi bergantung pada PKT, dan juga telah menyebabkan banyak krisis utang terjadi, dll. Pada saat yang sama, Hal ini juga menimbulkan masalah seperti pelanggaran kedaulatan. Di negara seperti Pakistan, suara keberatan dari masyarakat sudah banyak terdengar, protes sudah sering terjadi. Jadi serangan dengan kekerasan terhadap warga asal Tiongkok di Pakistan ini sudah bukan yang pertama kali terjadi”.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Lowy Institute, sebuah lembaga pemikir Australia pada 27 Maret menyebutkan, bahwa banyak pekerjaan di proyek OBOR berskala besar PKT telah terhenti. Total pembiayaan PKT untuk proyek OBOR di Asia Tenggara telah turun menjadi USD.29,6 miliar antara tahun 2015 hingga 2021.

“Sekarang perekonomian Tiongkok sedang mengalami kesulitan, PKT selain sudah kurang PD juga tidak lagi memiliki banyak uang untuk dibelanjakan. Oleh karena itu, banyak proyek yang pada dasarnya dibiayai dulu dari dana PKT, tetapi belum selesai sampai saat ini, bisa jadi akan menjadi proyek terbengkalai. Jadi hal ini sampai batas tertentu juga berpotensi menimbulkan terganggunya hubungan bilateral,” ujar Wang He.

Laporan tersebut percaya bahwa seringnya perubahan arah politik dan kebijakan otoritas Partai Komunis Tiongkok telah menyebabkan desentralisasi pengambilan keputusan. Ketidakstabilan politik juga sering dikaitkan dengan korupsi dan lemahnya penanganan pemerintah.

Wang He: “Perjuangan politik di internal partai sangat sengit. Proyek seperti ini melibatkan kepentingan yang jumlahnya sangat besar. Distribusi dan pembagian kepentingan ini akan menyebabkan banyak konflik pejabat internal partai. Apa lagi perekonomian Tiongkok berada dalam kondisi yang sangat buruk. Ini semua adalah masalah dalam negeri, belum lagi harus menghadapi Amerika Serikat dan Uni Eropa di luar sana. Jadi dalam situasi demikian ini, Inisiatif OBOR yang dicanangkan oleh Partai Komunis Tiongkok hanya akan semakin menyusut, dan akan semakin banyak proyek yang menjadi terbengkalai”.

Wang He percaya bahwa dengan resesi ekonomi Tiongkok dan ketidakstabilan politik dalam negeri, Eropa dan Amerika Serikat dapat dengan mudah memenangkan persaingan. Apa lagi proyek OBOR yang dicanangkan oleh PKT telah memicu pertentangan sengit di dalam negeri negara peserta. Tampaknya inisiatif One Belt One Road telah menjadi seperti jerat kematian bagi PKT.” (sin)