Israel Mengklaim akan Membalas Serangan Iran dengan Segala Risiko yang Mungkin Dihadapi

 oleh Li Xin

Israel memperingatkan akan membalas serangan Iran Sabtu (13 April) pekan lalu. Dunia khawatir pembalasan berisiko memperluas “perang bayangan” yang terjadi antara kedua negara di Timur Tengah ini menjadi konflik langsung.

Meski para pejabat Israel belum mengatakan bagaimana atau kapan mereka akan melancarkan serangan. Namun ketika negara-negara di seluruh dunia mendesak Israel untuk menahan diri, ancaman peperangan multi-front semakin meningkat, dan jelas bahwa serangan langsung Israel ke wilayah Iran akan menimbulkan konsekuensi yang signifikan.

Iran mengatakan bahwa serangan hari Sabtu itu merupakan pembalasan atas serangan udara Israel di Suriah pada 1 April yang menewaskan dua jenderal Iran. Iran juga mengklaim bahwa Iran akan melakukan tanggapan yang lebih keras jika Israel melancarkan serangan balik ke wilayahnya.

Amerika Serikat telah mendesak Israel untuk menahan diri dan mengatakan kepada para pemimpin Israel bahwa untuk menghindari meluasnya perang, Amerika Serikat tidak akan ikut serta dalam operasi ofensif apa pun terhadap Iran.

Selama 2 hari terakhir, kabinet perang Israel terus melakukan pembahasan mengenai langkah selanjutnya yang akan diambil. Berikut adalah beberapa faktor utama yang perlu mereka pertimbangkan ketika membuat keputusan :

Israel berpotensi semakin terisolasi

Keberhasilan Israel bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Yordania mempertahankan serangan udara Iran. Hal ini membuat Israel mendapat dukungan dan simpati dari komunitas internasional setelah berbulan-bulan semakin terisolasi akibat jatuhnya korban sipil dalam perang di Gaza.

Dengan bantuan koalisi mitra internasional, Israel berhasil mencegat 99% serangan rudal dan drone Iran pada akhir pekan lalu, dan hanya menderita kerusakan kecil serta cederanya seorang gadis berusia 7 tahun. 

Komando Pusat AS memimpin koalisi dalam operasi pertahanan udara, bekerja sama dengan Israel dan negara-negara Arab moderat untuk membentuk front persatuan melawan Iran.

Negara besar di Timur Tengah, Saudi Arab, yang tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel, tampaknya juga memberikan bantuan. Dari peta yang dirilis Israel menunjukkan, bahwa banyak rudal Iran yang terbang melalui wilayah udara Saudi Arab berhasil dicegat.

Israel juga menggunakan wilayah udara negara-negara Arab tetangga lainnya ketika mencegat rudal dan drone, yang berarti telah mendapat izin terlebih dahulu dari negara-negara tetangga tersebut.

Namun dukungan diam-diam dari negara-negara Arab tidak berarti bahwa mereka akan membantu Israel dalam melawan Iran. Yoel Guzansky, seorang peneliti senior di “Institute for National Security Studies”, sebuah lembaga pemikir Israel mengatakan, bahwa jika Israel bersikeras untuk menempuh jalannya sendiri, maka itu berarti Israel mempertaruhkan niat baik mereka.

“Jika tidak melancarkan serangan balasan besar-besaran, maka Israel bisa memanfaatkannya sekarang untuk mendapatkan banyak pujian. Namun jika Israel menyerang Iran, maka ia akan kehilangan banyak pujian,” katanya.

Khawatir dengan perang yang terjadi di multi-front

Serangan balasan berskala besar ke Iran dapat memicu perang regional berskala besar, sehingga respons apa pun harus dipertimbangkan secara hati-hati.

Serangan langsung ke wilayah Iran hampir pasti akan mengakibatkan serangan balik yang brutal dan dapat memicu serangan lebih lanjut oleh Hizbullah Lebanon. Kelompok yang didukung Iran ini memiliki persenjataan yang jauh lebih kuat dibandingkan Hamas namun sejauh ini menunjukkan keragu-raguan untuk melancarkan perang habis-habisan.

Konflik langsung dengan Iran juga akan semakin menguras kekuatan militer Israel, mengalihkan perhatiannya dari Gaza, dan menghambat perekonomian Israel yang sudah terpengaruh oleh perang.

Kemampuan militer

Tentara Israel jauh lebih kuat dibandingkan tentara lain di wilayah tersebut. Negara ini memiliki serangkaian senjata berteknologi tinggi, termasuk jet tempur F35 yang dapat menembakkan amunisi jarak jauh. Para ahli mengatakan negara yang mayoritas penduduknya orang Yahudi memiliki kemampuan untuk menyerang langsung Iran atau proksinya di wilayah tersebut.

Fabian Hinz, pakar senjata dan peneliti di “The International Institute for Strategic Studies” (IISS), sebuah lembaga pemikir Inggris mengatakan bahwa kekuatan Angkatan Udara Iran tidak sebanding dengan Israel.

Namun Fabian Hintz juga menambahkan bahwa banyak pangkalan rudal dan fasilitas nuklir Iran dibangun jauh di bawah tanah, sehingga sulit untuk diserang. Israel mungkin juga memerlukan izin dari negara-negara Teluk Arab untuk menggunakan wilayah udara mereka. Ini adalah sesuatu yang tidak terjamin.

(Artikel tersebut diambil berdasarkan laporan Associated Press)