Perekonomian Memburuk, Epidemi Merebak, Masyarakat Tiongkok Semakin Sulit Bertahan Hidup

 oleh Chen Jie, Xiong Bin dan Zhong Yuan

Selama beberapa tahun belakangan ini, banyak warga sipil Tiongkok yang tidak mampu membayar biaya pengobatan dirinya ketika sakit, tidak mampu membayar angsuran rumah KPR, bahkan kehilangan mata pencaharian utama akibat memburuknya perekonomian Tiongkok, ditambah dengan virus komunis Tiongkok (COVID-19) yang masih terus mewabah di daratan Tiongkok. Sehingga banyak orang yang putus asa memilih untuk mengakhiri hidup.

Mr. Lu dari Qingdao mengatakan kepada reporter “NTDTV” bahwa banyak orang lanjut usia di pedesaan memilih untuk mengakhiri hidup agar tidak membebani anak-anak mereka.

“Sering kita jumpai orang lanjut usia daerah pedesaan yang melakukan bunuh diri, karena mereka tidak memiliki asuransi hari tua dan tidak ingin kehidupannya menjadi beban anak-anak, lalu memilih mengakhiri hidup. Ya, baru kejadian pagi tadi ketika saya pergi ke pasar untuk belanja, saya dihadang oleh seorang kakek petani berusia 90-an tahun yang saya kenal yang menghampiri agar saya bersedia membeli daun bawang tanamannya sendiri. Saya katakan boleh, lalu kakek menaruh dagangannya ke atas kendaraan saya yang beratnya kira-kira 4 kati, dengan harga RMB.5,- per kati. Setelah menerima uang yang saya berikan, kakek berlutut di depan saya untuk menyatakan rasa terima kasihnya. Benar-benar kasihan. Hidup masyarakat pedesaan sangat sulit. Itulah fakta, suatu kejadian yang baru saya alami beberapa jam lalu”, katanya.

Mr. Bao dari Provinsi Gansu mengatakan bahwa banyak penduduk yang terlilit oleh utang KPR dan KPM sehingga memilih mengakhiri hidup. 

Mr. Bao menngatakan : “Banyak warga sipil hidup dalam keputusasaan, tidak punya jalan lain karena leher mereka terlilit oleh rantai yang tidak dapat dilepas. Sehingga mereka terpaksa menembus jalan pintas sebagaimana yang terekam dalam video yang diposting oleh teman-teman. Ada yang gantung diri di kusen kayu atap rumah, ada yang gantung di railing tangga. Kejadian itu tampaknya bukan di daerah pedesaan, karena yang terlilit utang KPR dan KPM hanya warga perkotaan. Semua menemui jalan buntu. Memang di sini miskin, begitu juga saya yang juga tidak tahu apakah dapur masih bisa ngebul karena tidak ada pemasukan.”

Mr. Cao, seorang warga desa di Jilin juga mengatakan, tidak punya uang buat makan, buat perawatan kesehatan, bekerja ke luar wilayah juga sulit mendapatkan pekerjaan.

“Kita bisa mati kelaparan ! Sangat sulit untuk memperoleh pekerjaan di situasi resesi ekonomi yang sangat parah seperti sekarang ini. Cari pekerjaan ke mana-mana sulit. Teman sekelas saya yang pergi ke Hainan untuk mencari pekerjaan, terpaksa balik lagi setelah belasan hari karena upah rendah dan pekerjaannya berat. Lalu pergi ke tempat lain, tetapi rongrongan datang bertubi-tubi, membuat orang tidak tahan. Beberapa orang saya kenal yang meninggal dunia dalam 2 hari belakangan ini, usia mereka kira-kira 58 atau 59 tahun, mereka ingin sembuh dari sakit tetapi biaya pengobatannya mahal, mereka tidak ingin biaya pengobatan yang ratusan ribu yuan menjadi beban bagi anak-anak mereka sehingga memilih tidak diobati. Begitu ada anggota keluarga di rumah jatuh sakit, maka celakalah ! Keluarga bisa hancur !” kata Mr. Cao.

Mr. Chen dari Xinzhou, Provinsi Shanxi mengatakan bahwa anak-anak juga menghadapi kesulitan dalam kehidupan mereka sendiri, jadi sulit untuk bisa mengurusi orang tua. Bagi orang tua yang tidak berdaya terpaksa harus menghadapi kehidupan yang sengsara. 

Mr. Chen mengatakan : “Ini pasti serius. Epidemi telah menyebabkan banyak kematian. Perekonomian memburuk. Kami berjuang untuk bertahan hidup dan mengikat erat tali pinggang. Para lansia di daerah pedesaan tidak memiliki dana pensiun. Bagaimana mereka hidup hanya dengan uang 100 yuan sebulan ? Anak-anak juga kewalahan untuk menanggung beban kehidupan keluarga mereka sendiri”.

Ada Rekaman video yang memperlihatkan seorang lelaki tua pedesaan yang sekujur tubuhnya kotor sedang berjongkok untuk memunguti makanan di atas tanah untuk dimakan. Adegan yang tentunya menyayat hati. (sin)