Tiongkok Dukung Ekspansi Militer Rusia, Perpanjang Perang Rusia-Ukraina

Antonio Graceffo

Rezim Tiongkok merongrong sanksi internasional terhadap Rusia dengan menyediakan dana dan persenjataan bagi Moskow, sehingga memperlama Perang Rusia-Ukraina.

Moskow telah memulai ekspansi militer paling luas sejak berakhirnya Perang Dingin. Partai Komunis Tiongkok (PKT) menyediakan peralatan mesin, mikroelektronika, mesin turbojet untuk drone, teknologi rudal jelajah, nitroselulosa, dan teknologi penting lainnya kepada Rusia yang digunakan dalam memproduksi senjata untuk perang di Ukraina.

Pendanaan dan ekspor PKT mendukung produksi rudal, tank, dan pesawat terbang Rusia. Sejumlah perusahaan Tiongkok memasok Moskow dengan drone mortir terbang yang mampu membawa peluru 120 mm. Rusia bahkan menggunakan mesin drone yang bersumber dari AliExpress, sebuah perusahaan e-commerce terkemuka di Tiongkok.

Sejumlah perusahaan Tiongkok, termasuk Wuhan Global Sensor Technology Company, Wuhan Tongsheng Technology Company, dan Hikvision, mengekspor komponen optik yang digunakan Rusia dalam tank dan kendaraan lapis baja. Sejumlah perusahaan Tiongkok lainnya, seperti iRay Technology dan Institut Riset Elektro-Optik Tiongkok Utara, memasok Moskow dengan optik kelas militer untuk kendaraan lapis baja. Sejak 2021, impor Rusia atas semikonduktor Tiongkok meningkat lebih dari dua kali lipat.

Kesepakatan komunitas internasional agar tidak menjual teknologi canggih ke Rusia telah terbukti menjadi keuntungan bagi Tiongkok, yang kini bertanggung jawab atas 90 persen impor mikroelektronik Rusia. Selain itu, mengimpor nitroselulosa dari Tiongkok – senyawa yang sangat mudah terbakar yang penting dalam memproduksi bahan peledak – telah memberdayakan Rusia untuk meningkatkan produksi amunisi artileri hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa.

Dukungan PKT memungkinkan Rusia untuk menjaga jalur perakitannya tetap berjalan dan memproduksi senjata dengan kecepatan tinggi. Sementara itu, Ukraina mengalami kekurangan senjata dan amunisi. Keuntungan lain bagi Rusia adalah bahwa perang tidak terjadi di dalam wilayah Rusia, sehingga lebih mudah untuk menjaga agar pabrik-pabrik tetap berjalan. Ukraina, di sisi lain, adalah tempat semua pertempuran, dan pabrik-pabrik serta pembangkit listriknya terbuka terhadap serangan Rusia.

Wajib militer bagi kaum muda untuk perang juga berdampak negatif bagi Ukraina dibandingkan Rusia. Penduduk Rusia mencapai 144 juta jiwa, sedangkan Ukraina hanya 38 juta jiwa. Sekitar 1 juta orang Ukraina, termasuk sukarelawan dan wajib militer, saat ini bertugas di militer. Pada Desember, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan peningkatan kekuatan militer Rusia menjadi 1,3 juta tentara. Ini berarti bahwa jumlah yang jauh lebih besar dan persentase anak muda Rusia tersedia untuk bekerja di berbagai pabrik yang memproduksi peralatan militer. Selain jumlah ini, sejumlah pabrik Tiongkok dan pendanaan PKT memberi Rusia keuntungan yang luar biasa dalam produksi senjata.

Di antara impor peralatan militer Tiongkok dan uang yang diperoleh dari perdagangan dan investasi Tiongkok, mesin militer Rusia kini kembali ke tingkat sebelum peperangan. Perang Rusia-Ukraina adalah perang atrisi. Amerika Serikat dan sekutunya telah mendukung Ukraina untuk bertahan selama mungkin demi melemahkan Rusia. Harapannya adalah bahwa sanksi ekonomi akan menghancurkan ekonomi Rusia sementara perang yang berlarut-larut akan menghabiskan perangkat keras, amunisi, dan personel militer Rusia. Pada akhirnya, Putin tidak akan mampu lagi melanjutkan perang. Namun, dukungan PKT telah terbukti menjadi tumpuan harapan bagi Moskow.

Dukungan ekonomi Rusia dan upaya manufaktur militer oleh PKT telah memacu perlombaan senjata yang tidak konvensional, memposisikan Amerika Serikat dan sekutunya dalam pertarungan pengeluaran melawan Beijing. Rusia memanfaatkan pendanaan Tiongkok untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan industrinya, sedangkan bantuan keuangan yang dikirim oleh negara-negara pro-Ukraina justru membebani fondasi ekonomi dan industrinya. Selain itu, keuntungan yang dipulangkan ke Tiongkok berkontribusi pada ekspansi ekonominya. Secara bersamaan, perdagangan yang berkelanjutan dengan Moskow dan dukungan diplomatik di Perserikatan Bangsa-Bangsa, memberikan PKT akses ke energi berbiaya rendah, yang memungkinkan produk Tiongkok untuk menekan harga negara-negara yang membeli minyak dan energi dengan harga pasar global.

Pengurasan keuangan di Barat, dikombinasikan dengan peningkatan militerisasi Rusia, membuat Eropa dan dunia menjadi kurang aman. Beijing juga membantu Rusia melalui penggunaan satelit dan kemampuan mata-matanya, yang mana pada saat yang sama meningkatkan kemampuan pengumpulan intelijen Beijing, sehingga meningkatkan ancaman spionase dari PKT.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Gedung Putih menegur PKT dalam sebuah pernyataan: “Kami terus prihatin dengan peran yang dimainkan oleh perusahaan-perusahaan mana pun, termasuk perusahaan-perusahaan di Tiongkok, dalam pengadaan militer Rusia,” mengacu pada nama resmi Tiongkok, Republik Rakyat Tiongkok.

Presiden Joe Biden juga telah mengeluarkan peringatan kepada Tiongkok dan menggelar pertemuan dengan para sekutu AS untuk membahas cara memutus dukungan Tiongkok; namun, roda peradilan internasional berputar dengan sangat lambat. 

Pengalaman menunjukkan bahwa berbagai perusahaan Tiongkok akan segera menghindari pembatasan baru yang diberlakukan terhadap Tiongkok dan hanya akan berdampak kecil, jika ada, dalam mengurangi akses Rusia terhadap senjata dan amunisi.

Mengingat Ukraina sedang bertempur dalam perang defensif dan tampaknya tidak memiliki rencana untuk menyerang dan menduduki Moskow, satu-satunya cara agar perang ini berakhir adalah Putin harus mundur, yang hanya akan terjadi jika dia memutuskan bahwa Rusia tidak lagi mampu melanjutkannya. Dukungan PKT yang sedang berlangsung menggeser titik itu ke waktu yang jauh dan hipotesis di masa depan, yang mungkin tidak akan pernah tiba. (asr)

Antonio Graceffo, Ph.D., adalah seorang analis ekonomi Tiongkok yang telah menghabiskan lebih dari 20 tahun di Asia. Graceffo adalah lulusan Universitas Olahraga Shanghai, meraih gelar MBA Tiongkok dari Universitas Shanghai Jiaotong, dan saat ini mempelajari pertahanan nasional di Universitas Militer Amerika. Dia adalah penulis “Beyond the Belt and Road: China’s Global Economic Expansion” (2019).