Xia Lin
Anda mungkin terkejut saat melihat topik ini, Mengapa? Tak menyangka komunitas intelijen Amerika Serikat bisa disusupi parah oleh PKT? Bukankah komunitas intelijen itu adalah yang paling sensitif, paling mementingkan konsep situasi musuh? Bukankah bertempur di garis terdepan melawan Komunis?, ternyata tidak demikian, petinggi intelijen di Amerika Serikat, Direktur Intelijen AS Ratcliffe sendiri pernah mengatakan bahwa CIA menekan para analis intelijen yang menggambarkan komunis Tiongkok campur tangan dalam pemilihan AS, agar mengubah pandangan mereka atau dengan sengaja mengisolasi mereka.
Menurut akal sehat, pekerjaan analisis intelijen seharusnya 100% objektif, menuliskan situasi apa adanya, sehingga dapat memberikan informasi secara akurat kepada pemerintah AS dalam mengambil keputusan.
Tapi sekarang, manajemen CIA meminta anggota intelijen untuk menulis sesuai dengan sudut pandang yang ditentukan, bagaimanakah ini bisa terjadi? Badan intelijen AS yang paling penting harus menulis laporan untuk menutupi Komunis Tiongkok?
Bisa diingat pada pidato dari Menteri Luar Negeri Pompeo di Institut Teknologi Georgia pada awal Desember tahun lalu. Dia berbicara tentang penetrasi Komunis TIongkok yang mendalam terhadap universitas dan perguruan tinggi Amerika. Sejauh mana? Ada mahasiswa di kampus Amerika yang membicarakan masalah Hong Kong, tidak berani mempublikasikan nama aslinya, mereka harus menggunakan kode.
Selain itu, Institut Teknologi Massachusetts juga menolak kedatangan Menteri Luar Negeri negaranya sendiri yang hendak berbicara tentang campur tangan Partai Komunis Tiongkok di kampus-kampus Amerika, dengan dalih takut membuat marah mahasiswa Tiongkok.
Direktur Intelijen AS Ratcliffe dengan sangat sedih menemukan bahwa banyak analis intelijen AS tidak mengutamakan akurasi objektif dan kepentingan AS, sebaliknya, mereka malah menulis laporan intelijen dari sudut pandang politik.
Pada 7 Januari 2021, ia terpaksa harus menulis surat kepada Kongres untuk mengoreksi pandangan para analis intelijen ini tentang Komunis Tiongkok yang berusaha untuk campur tangan dalam Pemilu AS 2020. Surat ini mengungkap standar ganda dari para analis intelijen ini, menempatkan oposisi terhadap kebijakan pemerintahan Trump di atas fakta objektif, dan tekanan CIA pada bawahan untuk mengubah kesimpulan mereka, dan sebagainya.
Sesungguhnya, tidak peduli betapa tidak menyukai kebijakan Trump, toh ia juga mengutamakan AS, demi kebaikan Amerika Serikat; sedangkan komunis Tiongkok, dengan sengaja mencoba untuk mengontrol Amerika Serikat. Jika Komunis Tiongkok berusaha untuk campur tangan dalam pemilihan AS dan Anda tidak melaporkannya kepada pemerintah AS, maka Komunis Tiongkok akan masuk langsung tanpa hambatan apapun, lantas siapa yang bisa menjadi presiden Amerika Serikat, Komunis Tiongkok-lah yang memutuskan.
Semula, laporan campur tangan asing dalam pemilu AS seharusnya dirilis pada 18 Desember tahun lalu, namun, karena sikap ambigu sekelompok pejabat intelijen terhadap campur tangan Komunis TIongkok dalam pmilu, hingga menyebabkan laporan tersebut tertunda-tunda hingga awal Januari. Meskipun demikian, para pejabat ini tampaknya masih bersikeras pada “politik berada pada urutan pertama.”
Direktur Intelijen terpaksa harus menulis surat secara pribadi kepada Kongres untuk mengklarifikasi fakta. Dia juga mengutip contoh: pada 1962, sebuah laporan oleh Badan Intelijen Nasional AS memperkirakan bahwa Uni Soviet tidak terlalu mungkin mengatur rudal di Kuba untuk menyerang AS, direktur Pusat Intelijen pada saat itu sangat skeptis dengan kesimpulan ini, ia lantas memerintahkan dua pesawat pengintai U-2 AS untuk memeriksa, alhasil ditemukan sejumlah besar rudal ofensif buatan Soviet telah ditempatkan di Kuba. Jika pada saat itu direktur tersebut mempercayai laporan itu, maka Amerika Serikat sejak awal sudah dihancurkan oleh rudal Uni Soviet.
Sayangnya, CIA saat ini telah benar- benar berubah orientasi. Komunis Tiongkok bukanlah domba, melainkan adalah serigala di antara serigala. Ini mengimplementasikan “perang tidak terbatas” yang sama sekali tidak memiliki garis bawah.
Menerapkan politik uang dan wanita terhadap para pejabat tinggi, politisi, dan para elit, tidak lebih hanya menggunakan kelemahan manusia yang dapat didobrak secara individual; sedangkan Intervensi dalam pemilihan AS barulah drama utama Komunis TIongkok.
Jika memilih orang yang disukai Komunis Tiongkok untuk berkuasa, bukankah Komunis Tiongkok dapat mempermainkan AS di dalam genggamannya? Kita tidak mengetahui bagaimana Partai Komunis Tiongkok bisa menyusup ke dalam biro intelijen AS, terutama Central Intelligence Agency (CIA), tetapi hal itu pasti tidak akan terjadi dalam semalam.
Selama bertahun-tahun ini, pemerintah dan oposisi AS telah menutup mata terhadap infiltrasi dan ancaman Komunis Tiongkok, dunia intelijen AS seharusnya ikut ‘bertanggung jawab’. (lin)
Ilustrasi mata-mata (www.marketwatch.com)