Home Blog Page 1140

Kelaparan dan Kepanikan Melanda Kalangan Mahasiswa Internasional di Universitas Fudan, Konjen Korsel Kirim Surat Meminta Pembebasan

0

Luo Tingting

Setelah Shanghai ditutup, mahasiswa Korea Selatan mengalami kelaparan dan kepanikan, mereka sangat ingin kembali ke negara mereka. Akan tetapi, Universitas Fudan menolak untuk membiarkan mereka pergi. Kedutaan Korsel baru-baru ini mengirim surat kepada Universitas Fudan, memohon persetujuan agar mahasiswa Korea selatan kembali ke negara mereka sendiri, dan berjanji  menyediakan kendaraan bagi mahasiswanya untuk pergi ke Bandara Pudong.

Mahasiswa Korea Selatan : Setiap Hari Seperti Perang

Radio Free Asia melaporkan bahwa pada 18 April bahwa saat ini ada lebih dari 2.000 mahasiswa Korea Selatan di Shanghai, di mana lebih dari 300 diantaranya tinggal di luar kampus. Mereka biasanya makan siang yang disediakan oleh kampus, tetapi mereka kekurangan kebutuhan sehari-hari seperti air mineral dan tisu toilet.

Seorang mahasiswa bermarga Park yang tinggal di kampus berkata: “Hanya ada tiga botol air 550 ml yang tersisa. Harus menghemat untuk diminum. Ada kekurangan  serius untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi tidak ada cara untuk membelinya.”

Menurut survei serikat mahasiswa Universitas Fudan, 170 mahasiswa Korea Selatan yang tinggal di luar kampus mengatakan mereka kekurangan makanan.

“Setiap hari seperti perang. Saya tidak menyangka blokade akan berlangsung begitu lama, dan persiapan untuk kebutuhan hidup sangat tidak memadai,” kata Kim Sung-joon, presiden Asosiasi Pelajar Korea Selatan di Shanghai, kepada Radio Free Asia. Ia juga mengatakan banyak mereka berada di bawah banyak tekanan mental, yang paling membuat stres ada orang tidak tahu kapan blokade akan dibuka.

Ekspatriat Korea Selatan di Shanghai memberikan bantuan kepada mahasiswa internasional Park Changzhu, kepala kelompok sukarelawan Korea Shanghai “Angels in White”, memobilisasi ekspatriat untuk mengumpulkan dana bagi mahasiswa internasional, dan mengumpulkan 250.000 yuan dalam dua hari.

Park Changju mengatakan kepada JoongAng Daily pada 13 April, “Jika Anda ingin mengirimkan makanan kepada mahasiswa yang berada dalam situasi darurat, maka itu akan membutuhkan biaya pengiriman yang tinggi. Saat ini di Shanghai, hanya mereka yang telah memperoleh izin yang dikeluarkan oleh pemerintah Tiongkok yang dapat mengirimkan barang. Bahkan, baru-baru ini harga pengiriman juga meningkat tajam.”

Namun demikian, di bawah situasi blokade, ekspatriat Korea Selatan sendiri juga menghadapi masalah kekurangan makanan dan kebutuhan sehari-hari.

Konsulat Jenderal Republik Korea Selatan Mengirim Surat ke Universitas Fudan Meminta “Pembebasan”

Dengan penguncian yang berkepanjangan, banyak mahasiswa Korea Selatan  mencari bantuan dari konsulat Korea Selatan dan sangat berharap untuk kembali ke rumah mereka. Namun demikian, untuk melakukan perjalanan dari tempat tinggal ke bandara, Anda harus mendapatkan izin resmi dari sekolah atau tempat tinggal. Kini, beberapa mahasiswa Korea Selatan menghadapi penahanan di Universitas Fudan.

Li Min, lulusan Universitas Fudan di Shanghai, mengatakan kepada Free Asia pada 18 April, bahwa setengah dari mahasiswa Korea yang berada di Tiongkok dijemput dengan pesawat minggu lalu. Ada mahasiswa Korea di setiap sekolah, tetapi Universitas Fudan “tidak akan membiarkan mereka pergi”, “mahasiswa membutuhkan bukti tes PCR sebelum naik pesawat. Tetapi pihak kampus tidak mau bekerja sama.”

Untuk tujuan ini, Konsulat Jenderal Korea di Shanghai telah menulis surat ke Universitas Fudan pada 16 April, meminta sekolah untuk menyetujui mahasiswa Korea Selatan pulang ke negaranya.

Surat itu berbunyi: Dengan perpanjangan penguncian yang tidak terbatas, banyak mahasiswa sangat panik dan tidak berdaya, dan orang tua yang jauh di Korea Selatan juga sangat khawatir. Baru-baru ini, banyak orang tua dan mahasiswa telah meminta bantuan konsulat kami dan menyatakan keinginan kuat mereka untuk kembali ke negaranya. Mengingat hal ini, saya mendesak sekolah Anda untuk mempertimbangkannya dan menyetujui mahasiswa yang secara sukarela mendaftar dan memenuhi persyaratan penerbangan untuk kembali ke negaranya sesegera mungkin.

Korea Selatan berjanji akan menyediakan kendaraan terpadu untuk mahasiswa yang kembali ke Bandara Pudong. Saat ini, ada dua penerbangan seminggu dari Shanghai ke Seoul.

(tangkapan layar web)

Pelajar Korea di Shanghai berada dalam masalah, menyebabkan kegemparan di Korea Selatan. Orang tua siswa mengajukan petisi ke Blue House, meminta pemerintah untuk menyelamatkan para mereka. Dilaporkan bahwa dengan upaya pemerintah Korea Selatan, gelombang pertama dari 20 mahasiswa Korea Selatan telah kembali ke Korea Selatan dengan pesawat pada 15 April.

Xue Meiqing, yang lulus dari Hankuk University of Foreign Studies di Tiongkok dan akrab dengan budaya Tiongkok, kepada Radio Free Asia mengatakan: “Shanghai, sebagai kota metropolitan internasional, telah menerapkan tindakan penguncian yang parah membuat  terkejut bagi orang-orang di negara lain.”

Ia berharap Kementerian Luar Negeri Korea Selatan lebih lanjut bernegosiasi dengan pemerintah Tiongkok dan memberikan kemudahan bagi mahasiswa Korsel di Shanghai.

Sun, seorang penduduk Shanghai, mengatakan kepada Radio Free Asia, “Mahasiswa asing di Fudan tidak lagi berada di Shanghai dan telah pindah ke Zhejiang dan Jiangsu. Ketika rumah sakit kabin lokal tidak cukup, orang-orang ditarik dalam semalam.”

Penutupan kota di Shanghai berdampak buruk bagi banyak orang asing yang tinggal dan bekerja di Shanghai. Li Min mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa guru asing yang mengajar di Shanghai International School telah kembali ke negaranya dan sekolah terpaksa ditutup.

Menurut dia, tidak hanya Shanghai, tetapi guru-guru sekolah internasional terbaik di Tiongkok juga semuanya telah pergi. Mereka juga mengirim surat. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah sekolah asing dengan sejarah lebih dari 100 tahun. Penutupan kota memunculkan tidak ada harapan dibuka dalam waktu  singkat,  sejumlah besar guru telah mengundurkan diri. Di Shanghai, mereka tidak dapat jaminan untuk makan dan minum secara normal. 

Sebuah sekolah internasional mengeluarkan pengumuman yang mengatakan bahwa sebanyak 28 guru asing mengindikasikan mereka dapat meninggalkan Shanghai sebelum 2 Juni, dan 24 di antaranya diharapkan kembali ke Shanghai pada tahun ajaran berikutnya.

Jepang memperingatkan pejabat Shanghai

Selain Korea Selatan, Konsulat Jepang di Shanghai mengirimkan surat kepada Wakil Walikota Zong Ming dari Pemerintah Kota Shanghai pada 15 April. Surat itu menyatakan bahwa saat ini ada sekitar 40.000 ekspatriat Jepang yang tinggal di Shanghai. Mereka mengalami kesulitan yang sama dengan orang-orang Tiongkok. Selain itu, sekitar 11.000 perusahaan yang didanai Jepang telah menetap dan berkembang di Shanghai. Dengan tindakan pencegahan dan pengendalian epidemi jangka panjang, penangguhan produksi dan produksi telah berhenti selama lebih dari sebulan, yang telah mempengaruhi perusahaan secara serius dan mungkin terpaksa pindah ke daerah lain.

Fan, seorang pakar dari Shanghai, mengatakan bahwa surat Jepang kepada pemerintah Shanghai sebenarnya adalah sebuah peringatan. (hui)

(tangkapan layar web)

Pertempuran Berlangsung di Wilayah Donbas, Perang Rusia – Ukraina Memasuki Tahap Baru

 oleh Zhang Ting

Rusia telah meningkatkan serangannya ke banyak tempat di Ukraina dan berencana melancarkan serangan menyeluruh ke wilayah timur. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengumumkan pada Selasa 19 April, bahwa perang telah memasuki tahap baru. Sementara itu, kepala staf presiden Ukraina juga mengatakan bahwa perang telah memasuki tahap kedua

Sergei Lavrov : Operasi militer khusus Rusia telah memasuki tahapan baru

“Operasi di Ukraina timur ini bertujuan untuk membantu Republik Donetsk dan Luhansk mencapai kebebasan penuh sebagaimana yang telah diumumkan oleh Rusia sejak awal”, kata Menlu Rusia Sergei Lavrov kepada saluran TV ‘India Today’.

Ia juga mengatakan, tahap lain dari operasi ini (di daerah timur Ukraina) sedang dimulai dan ia yakin ini akan menjadi momen yang sangat penting bagi keseluruhan operasi khusus Rusia.

Ketika ditanya soal apakah Rusia berencana menggunakan senjata nuklir di Ukraina, Lavrov mengatakan bahwa tuduhan itu datang dari pihak Ukraina, terutama Presiden Volodymyr Zelensky. Rusia secara historis menentang penggunaan senjata nuklir. 

“Kami tidak pernah menyinggung masalah ini”, kata Lavrov. Ia merujuk pada komentar Zelensky bahwa Rusia mungkin akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

Di wilayah Donbas, separatis yang didukung Moskow memerangi pasukan Ukraina selama 8 tahun dan mendeklarasikan dua republik terpisah, yang telah diakui Rusia. Sejak rencana yang gagal untuk merebut ibu kota Kyiv, Rusia telah menyatakan perebutan wilayah Donbas sebagai tujuan utama perang.

Ukraina : Tahap kedua perang telah dimulai

Dalam pidato yang disiarkan televisi Senin malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa serangan besar baru telah dimulai dan pemerintah Ukraina berjanji akan mempertahankan diri. “Kami akan berjuang. Kami tidak akan menyerahkan apa pun yang menjadi milik Ukraina”.

Pada 16 April 2022, sekitar 120 kilometer utara Donetsk, asap tebal mengepul dari kilang minyak yang terbakar oleh serangan Rusia. (Ronaldo Schmidt/AFP/Getty Images)

Andriy Yermak, kepala staf Zelensky mengatakan, serangan Rusia di Ukraina telah memasuki tahap kedua.

Wilayah Donbas. tahap kedua perang telah dimulai, tetapi ia ingin memberitahukan, percayalah pada angkatan bersenjata (Ukraina). Tulis Andriy Yermak dalam sebuah posting di Telegram.

Zelensky berjanji melakukan perlawanan.

“Tidak peduli berapa banyak pasukan Rusia yang dikirim ke sana, akan kami lawan mereka. Kami akan membela diri. Itu kami lakukan setiap hari”, kata Zelensky.

Pentagon : Militer Rusia sedang menciptakan kondisi ofensif di masa depan

Rusia telah menambahkan ribuan tentara ke Ukraina selatan dan timur selama beberapa hari terakhir dalam persiapan untuk serangan ke Donbas, kata seorang pejabat Pertahanan AS pada hari Senin.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan bahwa sebelum komentar Zelensky tadi malam, pasukan Rusia sedang membentuk dan menciptakan kondisi untuk melancarkan serangan di masa depan”.

AS juga akan mulai melatih beberapa tentara Ukraina di luar negeri untuk menggunakan howitzer, kata seorang pejabat. Menurut Pentagon, paket bantuan terbaru AS senilai USD.800 juta termasuk 18 buah howitzer kaliber 155 mm dan 40.000 peluru 155mm.

Pasukan Ukraina di medan tempur yang tidak jauh dari wilayah Donetsk selama invasi Rusia ke Ukraina pada 14 April 2022. (Anatolii Stepanov/AFP)

Rusia telah menguasai kota Kreminna di Ukraina timur

Rusia telah menguasai kota Kreminna yang terletak di Ukraina timur. Serhii Haidai, kepala administrasi militer di wilayah Luhansk mengatakan dalam sebuah pengarahan pada Selasa 19 April.

“Mereka sudah memasuki kota”, kata Serhii Haidai.

Haidai mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah ditarik mundur dari kota tersebut dan menempati posisi baru.

Serhii Haidai juga mengatakan bahwa saat evakuasi warga sipil sedang berlangsung, pasukan Rusia terus melancarkan serangan dari segala arah. “Mereka meluncurkan tembakan artileri besar-besaran, membombardir lewat udara”.

Dia memperkirakan bahwa ada sekitar 350.000 orang warga yang tinggal di daerah itu sebelum dikuasai oleh Rusia. Dia percaya bahwa sekarang hanya tersisa sekitar 70.000 orang.

“Mereka mungkin mengevakuasi diri atau dengan bantuan sukarelawan, kelompok agama dan lainnya … mereka mengungsi ke Ukraina barat”, kata Haidai.

Mariupol mengalami pemboman secara bertubi-tubi

Para pejabat Donetsk mengatakan Mariupol telah mengalami pemboman bertubi-tubi, tetapi pasukan Ukraina terus mempertahankan kota itu.

Pavlo Kyrylenko, kepala administrasi militer di wilayah Donetsk mengatakan bahwa meskipun tentara Rusia “mengubah taktik”, tetapi Kota Mariupol yang terkepung masih di bawah kendali Ukraina.

Pavlo Kyrylenko mengatakan bahwa setelah menduduki Kreminna di wilayah Luhansk, pasukan Rusia berusaha maju menuju Kramatorsk dan Sloviansk di wilayah Donetsk utara.

Tentara Rusia melanjutkan penembakan dan serangan rudal ke kota Marinka dan Avdiivka, sambil melakukan serangan ke selatan menuju Mariupol dengan maksud untuk “melengkapi pengepungan”.

Dia mengatakan bahwa pasukan Ukraina terus bertahan di Mariupol meskipun pemboman bertubi-tubi terus berlangsung. Hingga terjadi pertempuran antar tank di beberapa jalan, tetapi “bendera Ukraina masih terus berkibar di atas kota”.

“Musuh sedang mengubah taktik,” katanya. Karena mereka (tentara Rusia) telah menderita kerugian, termasuk artileri berat, senjata dan personel. Federasi Rusia sendiri merasakan kerugian ini. Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Oleh karena itu, mereka terpaksa untuk lebih ekonomis dalam menggunakan kekuatan, mereka harus fokus pada bagian tertentu dari wilayah Donetsk dan Luhansk, di mana mereka mencoba untuk mendapatkan beberapa keuntungan strategis.

Menanggapi serangan baru Rusia, Belanda mengumumkan pemberian senjata berat kepada Ukraina

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan pada Selasa 19 April bahwa Belanda akan mengirimkan senjata lebih berat kepada Ukraina termasuk kendaraan lapis baja.

Mark Rutte dalam sebuah pesan tweet menyebutkan, bahwa dirinya bersama Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren, dalam percakapan telepon telah sepakat untuk memberi dukungan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan alasan Rusia telah memulai serangan baru.

“Bersama dengan sekutu kami, kami sedang mempertimbangkan untuk memberikan dukungan berupa senjata berat”, kata Rutte.

Zelensky mentweet bahwa dirinya telah memberitahu Rutte tentang situasi di Donbas yang terus memburuk, dan bahwa dirinya berterima kasih kepada Belanda atas dukungannya.

“Ketika perdamaian telah pulih, kami akan bersama-sama Belanda membangun hubungan Ukraina – Belanda dengan kualitas baru di UE !” kata Zelensky.

Menurut laporan kantor berita Rusia ‘Interfax’ bahwa, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada hari Selasa menuduh pendukung Barat sedang memperpanjang kelangsungan konflik dengan memasok lebih banyak senjata ke Ukraina. (sin)

Pasukan Rusia Menyerang Sejumlah Kota Ukraina, Pakar : Konflik Tidak Akan Segera Berakhir

Bi Xinci dan Chen Haiyue

Kini, tentara Rusia  menembaki kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv, dan kota barat Lviv, yang juga diserang pada Senin 18 April. Pada saat yang sama, kota strategis penting “Mariupol” dipertaruhkan, dan pakar militer Inggris percaya bahwa perang tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Rusia menembaki kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, selama empat hari berturut-turut. Sebuah bangunan tempat tinggal dan sebuah rumah sakit terdekat dihantam pada Minggu 17 Maret, menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai 13 orang lainnya.

Rusia pada hari Senin 18 Maret mengklaim telah melakukan serangan secara besar-besaran, terhadap sasaran militer di wilayah Kharkiv, Zaporozhye dan Donbas, Ukraina.

“Rudal yang diluncurkan dari udara dengan presisi tinggi menghancurkan 16 instalasi militer Ukraina dalam semalam, termasuk lima komando musuh, satu depot bahan bakar, tiga depot amunisi, serta personel dan peralatan militer,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov. 

Pasukan Rusia juga menyerang kota barat Lviv pada hari Senin, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 11 lainnya.

Walikota Lviv Andrei Sadovy berkata : “Apa yang kita lihat di Ukraina hari ini adalah genosida yang disengaja oleh agresor yang membunuh warga sipil.”

Lviv, dekat dengan perbatasan Polandia dan titik transit untuk pasokan kemanusiaan internasional, sebelumnya dianggap sebagai tempat yang relatif aman.

Sementara itu, Moskow telah menyatakan bahwa mereka akan sepenuhnya menduduki kota pelabuhan Mariupol, sebuah kemenangan simbolis bagi Rusia.

Mantan Panglima Angkatan Darat Inggris, Richard Dennett mengatakan: “Menurut semua laporan yang ia dengar, Tentara Ukraina di Mariupol sangat kekurangan amunisi. Ia tidak berpikir tentara Ukraina biasanya mampu memasok mereka. Jadi Ia pikir Mariupol. Hanya masalah waktu sebelum sepenuhnya berada di bawah kendali Rusia.”

Namun demikian, Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media AS bahwa Ukraina akan berjuang sampai akhir.

Dilaporkan bahwa ribuan tentara Ukraina masih berdiri teguh dan menolak untuk menyerah kepada tentara Rusia.

Mantan Komandan Angkatan Darat Inggris Richard Dennett percaya bahwa perang tidak akan berakhir dalam jangka pendek.

“Saya pikir kita harus menerima bahwa ini bukan konflik yang akan berakhir dalam beberapa hari atau minggu, ini akan menjadi konflik yang akan berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun,” kata mantan panglima militer Richard Dennett.

Dennett juga meramalkan bahwa setelah Mariupol sepenuhnya dikendalikan, tentara Rusia akan terus maju menuju Ukraina barat. (hui)

Kota Xi’an, Shaanxi, Tiongkok Tiba-tiba Mengumumkan Akan Ditutup Lagi, Warga Bergegas Memborong Makanan dalam Semalam

0

Qiao An

Xi’an, ibu kota Provinsi Shaanxi, tiba-tiba mengumumkan bahwa mulai pukul 0:00 pada 16 April, kota akan ditutup sementara selama empat hari. Peraturan ini diterapkan kurang dari dua bulan sejak Xi’an  menutup kota terakhir kalinya.

Pada akhir tahun lalu, Xi’an ditutup selama sebulan, di mana ada banyak bencana kemanusiaan sekunder yang menyebabkan sensasi global. Sekarang, orang-orang Xi’an akan kembali menghadapi lockdown.

Sekitar pukul 22.00 pada 15 April, Markas Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Xi’an memerintahkan bahwa mulai pukul 00:00 pada 16 April hingga pukul 24:00 pada 19 April, tindakan pengendalian sementara harus dilaksanakan. Sementara itu, sekolah dasar dan menengah mengajar online; pusat perbelanjaan besar, tempat hiburan dan rekreasi, pasar rakyat ditutup sementara, dan aturan pelarangan makan makan di tempat.

Untuk menghindari kemarahan warga, pihak berwenang Xi’an sengaja mengubah istilah untuk “menutup kota”, menyebutnya sebagai “tindakan pengendalian sementara”, dan alasan penutupan kota itu hanya pada pukul 18:00 15 April, itu ketika 43 kasus Omicron ditemukan. 

Begitu berita penutupan kota babak baru diterbitkan, warga Xi’an kembali panik, saling mengingatkan untuk segera menimbun pasokan makanan. Namun demikian, hanya ada dua jam antara waktu pihak berwenang mengumumkan penutupan kota dan pelaksanaan penutupan.  Banyak warga tidak punya waktu untuk bertindak.

Beberapa wartawan  daratan Tiongkok menemukan bahwa pada 15 April, ada pemandangan warga yang mengantre untuk membeli makanan di banyak supermarket di Xi’an.

Beberapa jam setelah penutupan kota diumumkan, topik “Kota Xi’an menerapkan kontrol sosial sementara” telah menjadi pencarian panas, dan netizen meratapinya dengan berkata : “Datang, ya Tuhan. Berapa banyak orang yang tidak bisa melakukannya. Pikirkanlah kali ini.”

Meskipun pejabat tersebut mengatakan bahwa penutupan sementara kota itu hanya selama 4 hari, beberapa netizen mempertanyakan, “Shanghai juga ditutup dari 4 hari, dan sekarang telah ditutup selama lebih dari setengah bulan.” (hui)

Lockdown Ketat, Penduduk Shanghai yang Kehabisan Makanan Memohon Bantuan Secara Online Selain Diblokir, Diancam Juga Dilecehkan Penguasa

0

oleh Xiong Bin dan Huang Yuning 

Sejak pemberlakuan lockdown ketat di Kota Shanghai, banyak penduduk yang tidak memperoleh makanan sehingga menghadapi krisis kelangsungan hidup. Bahkan beredar berita bahwa beberapa orang sudah 3 hari tidak makan, kelaparan mendesak orang bersangkutan untuk mengakhiri hidup. Beberapa orang yang mengirim berita lewat Internet untuk minta bantuan, malahan beritanya diblokir, ada yang didatangi langsung oleh anggota dari Komite Lingkungan (organisasi setempat yang dibentuk pemerintah untuk menangani ketertiban selama lockdown) untuk mengancam dan mencaci maki.

Mrs. Liu, seorang wanita di Shanghai mengeluhkan bahwa tempat tinggalnya telah diblokir selama lebih dari sebulan, dan warga pendatang diperlakukan secara berbeda oleh Komite Lingkungan, warga ini tidak dapat menikmati barang-barang yang disumbangkan oleh donatur di tempat lain. Sedangkan ketika dirinya mencoba untuk membuat panggilan telepon ke Komite Lingkungan demi mendapatkan bantuan makanan, telepon sering kali tidak diangkat atau dijawab secara formalitas. Dan, tak lama setelah ia mengirim pesan minta bantuan lewat Internet, petugas dari Komite Lingkungan langsung datang untuk menggertak dan mengancamnya. Tindakan tersebut membuat dirinya ketakutan.

“Mereka memaksa kita membeli makanan dengan harga tinggi, jangan harap bisa membeli secara online, membeli secara berkelompok. Pemerintah kota sudah memutuskan bahwa semua toko tidak boleh buka, jadi kita tidak diperbolehkan masuk toko sampai sekarang,” katanya.

“Sementara ini kita juga tidak boleh bekerja, mana ada uang ? Tempat tinggal juga sewa. Mungkin kita sudah mati kelaparan di sini ketika Shanghai kembali bebas dari lockdown,” tambahnya.

“Tampaknya pemerintah sangat rajin untuk mendorong warga melakukan tes asam nukleat, tetapi yang paling utama bagi kita sekarang adalah masalah perut, soal sandang dan pangan. Pemerintah terus mendorong orang untuk melakukan tes asam nukleat apa gunanya, atau ada udang dibalik batu ?” ungkapnya.

Mrs. Zhang, warga Shanghai yang tinggal di rumah kontrakan bersama banyak warga migrasi dari kota lain mengeluhkan bahwa dirinya belum pernah menerima pasokan apa pun sejak penutupan kota. Ia menghadapi kehabisan makanan. Di ruang sebelahnya ada seorang warga yang didiagnosis positif COVID-19, tetapi belum juga dipindahkan ke ruang karantina, sehingga membuat dirinya dan suami khawatir tertular dan tidur di jalan.

“Sebelum 1 April, saya membeli beberapa wortel, bawang, dan kentang, dan terpaksa saya makan juga walau kentangnya sudah berkecambah, beracun kata orang. Satu orang tetangga yang positif tetapi tidak dapat dibawa ke karantina. Membuat kita tidak berani pulang. Lalu saya keluar rumah dengan membawa selimut untuk tidur di jalan. Tapi nyaris semalaman tidak bisa tidur karena nyamuknya minta ampun banyaknya, dan terus menggigit”, kata Mrs. Zhang.

Baru-baru ini, seorang netizen memposting sebuah video untuk meminta bantuan makanan, mengatakan bahwa para penyewa rumah kontrakan adalah para muda-mudi kelahiran antara tahun 80 hingga 90-an yang datang ke Kota Shanghai untuk bekerja. Mereka telah menghadapi kehabisan makanan, bahkan ada yang mengalami sekarat karena kelaparan. Namun video tersebut telah diblokir oleh pihak berwenang. Ada juga video lain yang menunjukkan bahwa, seorang wanita muda di Shanghai yang sudah 3 hari tidak makan mengakhiri hidup karena kelaparan.

Selain itu, banyak sayuran sumbangan telah berulang kali diekspos, terus dibiarkan tertumpuk di lokasi sampai membusuk tetapi tidak dibagikan kepada warga. Hal mana membuat warga sangat marah.

Video on the spot terdengar seorang warga yang marah mengatakan : “Kami telah dikurung di rumah selama lebih dari sebulan, tetapi tidak mendapat bagian dari persediaan untuk makan. Dan ketika persediaan tiba, dibiarkan membusuk daripada dibagikan kepada kita. Sekarang mereka meminta kami membayar agar bisa diantar ke depan pintu. Inilah Komunitas Longshan, Distrik Xuhui, Shanghai. Kalian lihat sayur mayur itu semuanya telah menjadi busuk di sana. Tetapi tidak mau dibagikan kepada warga, negara macam apa ini ?” (sin)

Mikroplastik Ditemukan di Jaringan Paru-Paru Manusia Hidup untuk Pertama Kalinya

Katabella Robert

Para peneliti telah menemukan mikroplastik jauh di dalam paru-paru manusia yang masih hidup untuk pertama kalinya. Para ilmuwan  di Hull York Medical School di Inggris menerbitkan temuan mereka dalam jurnal Science of the Total Environment, studi pertama yang menunjukkan mikroplastik di jaringan paru-paru manusia hidup.

Mikroplastik adalah partikel plastik yang sangat kecil yang terdiri dari campuran polimer dan aditif fungsional yang berukuran kurang dari lima milimeter dan umumnya dilepaskan secara tidak sengaja ke lingkungan karena pembuangan dan penguraian produk konsumen yang lebih besar atau limbah industri.

Para peneliti dalam penelitian ini mengumpulkan jaringan paru-paru dari pasien hidup yang menjalani prosedur pembedahan di Castle Hill Hospital dan Hull University Teaching Hospitals NHS Trust sebelum menyaringnya untuk melihat apa yang ada.

Mereka mengamati 39 mikroplastik di 11 dari 13 sampel jaringan paru-paru yang diuji, angka yang secara signifikan lebih tinggi daripada tes laboratorium sebelumnya.

Para peneliti mengidentifikasi 12 jenis mikroplastik secara total, yang biasa ditemukan dalam botol, kemasan, pakaian, dan tali, bersama dengan proses manufaktur lainnya.

Polypropylene, yang digunakan dalam kemasan plastik karena biaya rendah dan fleksibilitas, dan serat polietilen tereftalat (PET), nama kimia untuk poliester, adalah bentuk plastik yang paling umum ditemukan di paru-paru.

“Mikroplastik sebelumnya telah ditemukan dalam sampel otopsi mayat manusia—ini adalah studi kuat pertama yang menunjukkan mikroplastik di paru-paru dari orang hidup,” kata Laura Sadofsky, Dosen Senior Kedokteran Pernapasan di Hull York Medical School dan penulis utama studi tersebut.

Studi ini juga menunjukkan temuan yang tidak terduga: Sebelas mikroplastik ditemukan di bagian atas paru-paru, tujuh di bagian tengah, dan 21 di bagian bawah paru-paru.

“Itu juga menunjukkan bahwa mereka berada di bagian bawah paru-paru. Saluran udara paru-paru sangat sempit sehingga tidak ada yang mengira mereka bisa sampai ke sana, tetapi mereka jelas telah ada di sana,” kata Sadofsky.

“Kami tidak menyangka akan menemukan jumlah partikel tertinggi di bagian bawah paru-paru, di antara partikel dengan berbagai ukuran yang kami temukan. Hal ini mengejutkan, karena saluran udara berukuran lebih kecil di bagian bawah paru-paru, dan kami mengharapkan partikel dengan ukuran ini seharusnya mampu disaring atau terperangkap sebelum masuk jauh ke dalam paru-paru,” tambahnya.

Para ilmuwan mengatakan, temuan itu menunjukkan bahwa salah satu cara manusia terpapar mikroplastik adalah melalui inhalasi.

Studi ini juga menemukan mikroplastik dengan ukuran dan bentuk yang biasanya tidak dapat dihirup oleh manusia, dan pasien pria memiliki tingkat mikroplastik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

Para peneliti sekarang berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak mikroplastik terhadap kesehatan pernapasan.

Meskipun efek kesehatan dari menelan mikroplastik masih tidak jelas, namun sebuah studi University of Hull yang diterbitkan pada 2021 menegaskan bahwa mereka dapat menyebabkan kematian sel atau reaksi alergi.

Temuan terbaru hadir setelah sekelompok peneliti di Eropa mengatakan pada Maret lalu bahwa mereka telah menemukan mikroplastik dalam darah manusia untuk pertama kalinya.

Para ilmuwan di Belanda memperoleh sampel darah dari 22 donor dewasa sehat tanpa nama, dan menganalisis partikelnya. 

Mereka menemukan bahwa 17 orang di antaranya, atau 77,2 persen dari pendonor memiliki mikroplastik dalam darah mereka. (osc)

Perusahaan Hi-Tech AS Membantu, Korban Para Jenderal Rusia Serius

Jiang Feng

Setelah satu bulan lebih Rusia menginvasi Ukraina, korban prajurit dan perwira sangat serius, banyak kapal perang Rusia telah dihancurkan, hal ini menggulingkan perkiraan berbagai pihak terhadap situasi perang. Prestasi perang Ukraina  diungkap  telah mendapat dukungan dari perusahaan teknologi besar dari AS, seperti Microsoft, Google, dan Starlink yang telah ikut andil.

Pada 21 Maret lalu, pihak pemerintah Ukraina mengumumkan kematian empat orang mayor jenderal Rusia, keempat perwira tinggi itu adalah Vitaly Gerasimov, Andrei Kolesnikov, Oleg Mityaev, dan Andrei Sukhovitsky (per 6/4 bertambah lagi 2 letnan jenderal, redaksi).

Pada 23 Maret lalu perwira Ukraina bernama Anatoliy Stefan mengungkapkan di akun media sosialnya, ko- mandan unit pengawal 810, Marinir Rusia Kolonel Alexei Sharov ditembak mati pasukan Ukraina di kota pelabuhan Mariupol yang terletak di sisi tenggara Ukraina. Dia adalah komandan tinggi ke-15 yang menjadi korban setelah serangan Rusia ke Ukraina. Rusia sedang mengalami tingginya tingkat kematian perwiranya sejak berakhirnya PD-II.

Seorang perwira senior NATO dalam briefing pada 23 Maret lalu mengatakan, dalam bulan pertama perang di Ukraina, di pihak pasukan Rusia telah jatuh korban tewas mau- pun terluka sebanyak 30.000 hingga 40.00 personel militernya. Di antaranya korban yang tewas antara 7.000 hingga 15.000 orang.

Pada 26 Maret lalu, Angkatan Bersenjata Ukraina dalam suatu pernyataannya mengatakan, menurut kabar terbaru, di zona perang Azov sebuah kapal pendarat Rusia “Saratov” telah dihancurkan saat menduduki Pelabuhan Berdyansk. Dua kapal pendarat jenis besar lainnya yakni “Caesar Kunikov” dan “Novocherkassk” juga mengalami kerusakan.

Sedangkan sejak 7 Maret lalu, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyebutkan pasukan marinir Ukraina telah menenggelamkan kapal patroli tipe 22160  milik  Armada Laut Hitam Rusia yakni “Vasily Bykov” di sekitar perairan kota pesisir pantai Ukraina di Laut Hitam yakni Kota Odesa.

Melihat perbandingan   kekuatan militer konvensional, Rusia jauh melampaui Ukraina. Kekuatan pasukan Rusia mencapai 900.000 orang, sedangkan Ukraina  hanya 196.000 orang. Dalam hal angkatan laut, kapal yang dimiliki Rusia 10 kali lipat lebih banyak daripada Ukraina, AL Rusia memiliki 74 kapal perang dan 51 kapal selam, sedangkan Ukraina hanya memiliki dua unit kapal perang berukuran besar. Dalam hal angkatan darat, jumlah meriam Rusia adalah  5.934 buah, atau tiga kali lipat lebih banyak daripada Ukraina, jumlah tank 13.367 unit, atau 6 kali lipat dibandingkan Ukraina; kendaraan lapis baja Rusia sebanyak 19.783 unit, hampir 7 kali lipat dibandingkan Ukraina.  Dalam hal angkatan udara, jumlah jet tempur dan helikopter Rusia adalah 10 kali lipat dibandingkan Ukraina.

Dan di balik prestasi perang Ukraina tersebut  adalah  perwujudan kemampuan kinerja  perusahaan teknologi besar Barat.

Pada 28 Februari lalu, CEO Microsoft, Brad Smith mengumumkan, pada 24 Februari, beberapa jam sebelum Rusia menyerang Ukraina, Microsoft mendeteksi serangan internet yang mengincar instalasi infrastruktur digital Ukraina. Sasarannya meliputi instansi militer Ukraina dan produsen senjata, beserta sektor keuangan, pertanian,  layanan tanggap darurat, organisasi dan perusahaan di sektor energi. Microsoft langsung memberitahu pemerintah Ukraina akan kondisi tersebut.

Dalam 3 jam, sistem deteksi virus Microsoft sudah diperbaharui, untuk mencegah serangan piranti lunak  perusak  (malware,  red.)  Rusia— Microsoft menamainya Fox Blade. Piranti lunak tersebut dapat menghapus data di komputer. Setelah itu, manajer senior Microsoft yang bertanggung jawab menghadapi serangan internet serius, Tom Burt melaporkan kejadian ini kepada Wakil Penasihat Keamanan Nasional di Gedung Putih yang bertanggung jawab atas masalah internet dan teknologi   baru yakni Anne Karfunkel.

Perusahaan raksasa  teknologi AS lainnya yang membantu Ukraina dalam perang melawan Rusia adalah Google. Pada 28 Februari lalu Google menyatakan, pihaknya telah menghentikan sementara pengguna luar negeri menerapkan fungsi kuota Google Maps saat digunakan di Ukraina. Sementara pengemudi setempat tetap bisa memperoleh informasi lalu lintas secara real time. Dengan demikian ponsel Rusia tidak akan bisa memeriksa kondisi arus lalu lintas di jalan, sehingga di mana-mana muncul situasi tentara Rusia merampas ponsel milik warga Ukraina.

Satu proyek Google lainnya adalah Project Shield yang juga merupakan bantuannya pada Ukraina. Project Shield memungkinkan Google menyerap kuota tidak baik dalam DDoS (Distributed Denial-of-Services), dan menjadikannya sebagai “tameng” di situs internet, membuatnya  dapat terus beroperasi sembari menangkal serangan-serangan tersebut.

Dalam 12 bulan terakhir, tim analisa ancaman (Threat Analysis Group atau TAG) Google menemu- kan, Ukraina  telah  mengalami  ratusan serangan hacker yang didukung oleh pemerintah negara lain, serangan tersebut terutama berasal dari Rusia. Sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina, Google telah meluaskan lingkup Project Shield ini, dengan memberikan perlindungan bagi pemerintah Ukraina, Kedubes di seluruh dunia, serta situs web pemerintah negara lain.

Pada 8 Maret lalu Shane Huntley dari TAG mengatakan, “Hingga hari ini, sebanyak 150 situs web Ukraina, termasuk institusi pers, sudah menggunakan layanan ini.”

Jenius iptek yang juga orang terkaya di dunia, Elon Musk juga ikut terseret ke dalam Perang Rusia- Ukraina. Setelah  Rusia  menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu, telekomunikasi di seluruh Ukraina  terputus. Pada 26 Februari, Wakil PM Ukraina yang merangkap Menteri 

Transformasi Digital, Mykhailo  Fedorov berseru kepada Elon Musk lewat Twitter: “Ketika Anda berupaya menguasai Planet Mars — Rusia berusaha menguasai Ukraina! Ketika roket Anda dari luar angkasa berhasil mendarat di bumi — roket Rusia telah menyasar rakyat Ukraina! Kami meminta agar  Anda meminjamkan jaringan Starlink kepada Ukraina.”

Starlink adalah  layanan   internet berkecepatan tinggi  yang  dilansir perusahaan SpaceX lewat jaringan satelit orbit rendah. Pada 28 Februari lalu, SpaceX telah  mengirimkan perangkat pertama  Starlink kepada Ukraina, yang dilengkapi dengan

antena, tripod yang dapat dibongkar pasang, serta Wi-Fi router. Menurut pengguna Ukraina  saat menguji kecepatannya, Starlink telah memberikan kecepatan unduhan 136 Mbps, dan paling tinggi dapat mencapai 200 Mbps, 5 kali lipat lebih tinggi daripada rata-rata kecepatan broadband internet di Ukraina yang selama ini ada. 

Dalam perang Rusia-Ukraina, perusahaan besar teknologi AS seperti Microsoft, Google, dan Starlink satu per satu mengulurkan bantuan, jelas bukan suatu kebetulan. Pada musim gugur 2020, sebuah laporan yang berjudul Asymmetric  Competition: A Strategy for China & Technology telah disampaikan ke meja Presiden AS Joe Biden. Laporan tersebut ditulis oleh mantan CEO Google, Eric Emerson Schmidt.

Laporan tersebut mengusulkan kepada pemerintah AS, untuk menghadapi tantangan teknologi PKT (Partai Komunis Tiongkok), harus dibentuk mekanisme berbagi intelijen antara negara dengan perusahaan swasta; membentuk “pasukan cadangan intelijen”, menyiapkan sekelompok pakar teknologi, yang dapat dihubungi saat pengetahuan profesional mereka dibutuhkan atas permasalahan tertentu. Intinya adalah bagaimana membuat kemampuan perusahaan teknologi  swasta di AS dapat terintegrasi ke dalam strategi intelijen militer pemerintah AS.

Kebijakan AS ini, tadinya adalah untuk menghadapi  PKT. Tapi kini, karena Rusia  telah  menyerang Ukraina, maka Rusia pun telah menjadi sasaran pelatihan bagi AS.

Perang Rusia-Ukraina menjadi gambaran model perang masa depan. Juga mungkin menjadi petun- juk bagi perang di Selat Taiwan kelak. Untuk menang dalam perang masa depan, maka harus memiliki keunggulan internet, komunikasi, elektronika, semikonduktor, media massa dan teknologi lainnya.  Duel mesiu dan besi baja, akan digantikan oleh duel kecerdasan buatan.

Pendiri Hon Hai Precision Industry Co. Ltd atau dikenal juga dengan Foxconn, Terry Gou pada 24 Maret lalu menyatakan, dari perang Rusia-Ukraina dapat dilihat, perang internet memainkan peran yang sangat krusial, “Keamanan informasi adalah keamanan negara”. Ia mengusulkan agar Taiwan meniru cara AS, dan mengintegrasikan organisasi keamanan informasi. Dia menyebutkan, pada Agustus 2021 Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS telah membentuk “Joint Cyber Defense Collaborative” (JCDC), yang misinya adalah mengintegrasikan pemerintah dan sektor swasta, untuk menetapkan program pertahanan jaringan internet bersama. (sud)

PRT di Shanghai Saat Lockdown : Lansia Tinggal Sendirian yang Diasuhnya Sampai Makan Kotoran dan Mati Kelaparan

0

NTD

Sejak lockdown ketat berlaku di Kota Shanghai, berita tentang orang tua yang hidup sendirian mati kelaparan acap muncul di Internet. Baru-baru ini, seorang wanita yang mengaku bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) memposting video tentang situasi tragis seorang lansia tinggal sendirian yang diasuhnya mati kelaparan.

Menurut penuturan wanita tersebut, bahwa nenek yang sudah usur itu memang tidak lagi mampu mengurus dirinya sendiri. Jadi baik pekerjaan rumah maupun merawatnya semua mengandalkan tenaga dirinya. 

Setiap sore hari, ia akan datang ke rumah untuk memasak makanan buat orang tua tersebut. Namun sejak komunitas tempat tinggalnya diblokir, penghuni tidak lagi diperbolehkan keluar rumah, maka ia tidak bisa lagi ke rumah orang tua yang membutuhkan perawatannya.

Pada 30 dan 31 Maret, komunitasnya membebaskan blokir selama dua hari agar penghuni bisa keluar rumah untuk membeli persediaan dan bersiap untuk menghadapi penutupan berikutnya. Kesempatan itu ia manfaatkan untuk mengunjungi nenek tua itu, dan ketika dirinya memasuki pintu, dia melihat nenek tua itu sedang memakan kotorannya sendiri. Orang tua itu berkata : “Saya sangat lapar”.

Dia mengatakan bahwa nenek tua itu sangat lapar, tetapi dia ingin bertahan hidup, jadi apa pun yang bisa dia makan, dia masukkan ke dalam mulutnya.

Wanita PRT juga mengatakan bahwa dirinya baru saja menelepon rumah nenek tua itu, tetapi yang menjawab adalah putranya. Melalui sambungan telepon putra nenek itu mengatakan bahwa ibunya telah meninggal dunia pada 8 April. Dia sangat khawatir dengan kondisinya yang akan sulit bisa melewati 10 April karena tidak ada makanan.

Setelah video tersebut beredar secara online, beberapa netizen mengungkapkan kemarahan yang ekstrim terhadap rezim komunis Tiongkok. Bahkan beberapa netizen tidak percaya bahwa tragedi ini terjadi di Kota Shanghai pada abad ke-21.

Kota Shanghai telah resmi diblokir secara ketat sejak akhir bulan Maret tahun ini. Tetapi sesungguhnya banyak komunitas yang sudah diblokir sebelum akhir bulan Maret. 

Sejauh ini, bahkan ada beberapa komunitas yang telah ditutup selama satu setengah bulan. Selama itu, para pejabat Shanghai selalu mengklaim bahwa persediaan makanan cukup, dan para lanjut usia yang tinggal sendirian akan “diurus oleh komite lingkungan”. 

Masyarakat tidak perlu khawatir ! Namun, di bawah tekanan dan kekacauan dari pencegahan penyebaran epidemi yang dipolitisasi, sejumlah besar warga Shanghai kelaparan, dan banyak orang tua yang hidup sendiri tidak diurus. Sudah banyak laporan di Internet tentang orang tua yang hidup sendiri menemui ajal karena kelaparan, bunuh diri atau sakit tanpa pertolongan.

Sebuah video baru-baru ini menunjukkan seorang pemuda di Shanghai yang pingsan karena kelaparan sedang dibawa petugas berpakaian putih-putih.

Ada juga video yang menunjukkan seorang wanita tua Shanghai yang diduga melompat dari sebuah gedung karena kelaparan, dan suaminya menangis histeris di samping tubuh istrinya. 

Komentar netizens : Bencana kelaparan besar 60 tahun silam tidak membuatnya mati, tetapi ia mati kelaparan di Kota Shanghai yang persediaan pangannya berlimpah. Sungguh ironis !

Komentar warganet lainnya : Negara macam apa ini ? yang membuat orang tua berambut putih menangis begitu menyayat hati. Siapa yang menghendaki negara yang makmur ini ? Apakah ini merupakan distorsi dari karakter manusia atau lenyapnya moralitas ?

Komentar netizen lainnya : Sering kali ada penggemar mudah bertanya : Bisakah kebebasan membuat perut kenyang ? Lihatlah Shanghai sekarang, Jadi Anda baru bisa membuat perut kenyang jika memiliki kebebasan.

Kapan tragedi ini bisa berakhir ?  (sin)

Persilakan Digelarnya Halal bi Halal, Jokowi Imbau Tanpa Makan dan Minum

0

ETIndonesia- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo memberikan catatan terkait kegiatan-kegiatan saat Lebaran. Pemerintah mempersilakan halalbihalal diselenggarakan dengan protokol kesehatan yang ketat dan diimbau tanpa acara makan dan minum.

“Kegiatan halal bihalal diselenggarakan dengan protokol kesehatan dan diimbau untuk tidak ada makan minum, dan makan minum pun harus sesuai dengan jarak dan tempat,” jelasnya di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 18 April 2022.

Pemerintah memutuskan bahwa anak-anak dan remaja yang telah mendapatkan vaksinasi dosis kedua dapat melakukan mudik tanpa perlu menunjukkan hasil tes Covid-19, baik PCR maupun Antigen.

Keputusan tersebut diambil setelah pemerintah memperhatikan dinamika yang terjadi di masyarakat terkait kebijakan vaksin penguat (booster) sebagai salah satu syarat mudik.

Demikian disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 18 April 2022, selepas mengikuti rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.

“Kita memang mensyaratkan booster kalau tidak mau dites Antigen/PCR untuk mudik. Tapi booster ini hanya diberikan ke di atas 18 tahun ke atas, jadi memang ada dinamika. Ini kalau anak-anak di bawah 18 tahun gimana? Mau booster juga belum boleh. Jadi akhirnya diputuskan Bapak Presiden anak-anak, remaja kalau mau mudik belum dibooster enggak apa-apa, enggak usah dites Antigen,” ujar Menkes.

“Jadi bisa mendampingi orang tuanya untuk mudik tanpa perlu tes PCR atau Antigen, asal vaksinasinya sudah dua kali. Jadi ini hadiah dari beliau kepada anak-anak kita yang keluarganya mau menikmati mudik ini dengan lebih baik lagi,” lanjutnya. (BPMI/asr)

Gempabumi Halmahera Utara Sebabkan 101 Rumah Rusak

0

ETIndonesia- Sebanyak 69 unit rumah rusak berat, 32 lainnya rusak ringan dan 1 tempat ibadah rusak berat setelah terjadi gempabumi berkekuatan 5,2 magnitudo di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, Senin (18/4) pukul 10.04 WIB.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, laporan visual dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Utara, menunjukkan beberapa bagian dinding rumah mengalami keretakan hingga runtuh dan jatuh ke tanah. Di samping itu, beberapa genting juga berjatuhan.

Peristiwa gempabumi dengan episentrum di 1.90 LU dan 127.82 BT pada kedalaman 10 kilometer itu telah berdampak pada 156 jiwa dari 34 KK. Gempabumi yang berlangsung selama 1-2 detik itu juga sempat menimbulkan kepanikan warga sehingga berhamburan keluar rumah.

Sementara itu, BPBD Kabupaten Halmahera Utara mencatat bahwa cakupan wilayah yang terdampak meliputi Desa Ngidiho dan Desa Dokulamo di Kecamatan Galela Barat, Desa Towara, Desa Baratu serta Desa Simau di Kecamatan Galela.

Hingga siaran pers ini diturunkan belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa. Sebagai upaya percepatan penanganan gempabumi itu, BPBD Kabupaten Halmahera Utara bersama lintas instansi terkait melakukan kaji cepat di lokasi kejadian. 

Berdasarkan indeks kajian risiko bencana InaRisk BNPB, wilayah Kabupaten Halmahera Utara memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi untuk potensi dampak gempabumi. Sedikitnya ada 198.400 jiwa yang tinggal di 17 wilayah kecamatan berisiko terdampak gempabumi.

Menghadapi adanya potensi bahaya gempabumi, BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siaga. Perlu diketahui bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi waktu, lokasi dan kekuatan gempa yang akan terjadi.

Korban luka maupun meninggal terjadi tidak disebabkan karena guncangan gempabumi tetapi oleh reruntuhan bangunan. Oleh karena itu, kenali potensi bahaya dan risiko di sekitar, khususnya kondisi rumah masing-masing. (asr)

Wanita Lansia Shanghai Kelaparan Hingga Nekat Melompat dari Gedung, Menyayat Hati! Sang Suami Meratapi Mayatnya

0

Jing Zhongming

Lockdown brutal jangka panjang Shanghai  menciptakan bencana “kelaparan”. Sebuah video yang beredar di Internet menunjukkan seorang wanita lansia melompat dari sebuah gedung karena kelaparan, dan suaminya meratap di samping mayatnya. Adegan tersebut sangat menyayat hati.

Dalam sebuah video, seorang wanita tua terlihat berbaring tengkurap di halaman rumput di bawah seorang penduduk. Sementara seorang pria tua berdiri di sampingnya. Ia meratap dengan suara serak. Netizen yang membagikan video tersebut menunjukkan bahwa di Shanghai, seorang wanita tua itu diduga bunuh diri dengan melompat dari sebuah gedung karena kelaparan.

Di Twitter, seorang netizen memposting pesan yang mengonfirmasi bahwa tangisan lelaki tua itu memang dialek lokal Shanghai: “Dialek daerah dialek Wu di kampung halaman saya, berteriak ‘Tolong.. tolong ‘ berulang kali. Ketika Mendengarnya saya sangat sedih dan prihatin.”

Netizen Twitter berkomentar dengan kesedihan dan kemarahan:

“Sebuah tangisan tak berdaya …”

“Meratap sedih bersama sang  Kakek …”

Netizen lainnya juga menulis : “Kelaparan hebat 60 tahun lalu tetapi tidak ada yang mati kelaparan, tetapi mati kelaparan di mana persediaan berlimpah di Shanghai.”

Ada juga netizen menulis : “Negara macam apa  yang bisa membuat orang tua berambut putih meratap demikian memilukan? Siapa yang menciptakan dunia yang makmur ini? Apakah ini distorsi sifat manusia atau hilangnya moralitas?”

“Saya tidak percaya ini terjadi di abad ke-21, di Shanghai Tiongkok.”

“Sering ada kader Komunis yang mengatakan : Apakah kebebasan dapat dimakan? Lihat Shanghai sekarang, hanya dengan kebebasan baru bisa makan.”

“Kapan tragedi ini akan berakhir? Air mata mengalir”

Video lainnya yang diposting di Internet menunjukkan seorang wanita di Shanghai berlutut dan memohon bantuan: “Saya sudah sekarat karena kelaparan.” Wanita lain di sebelahnya membujuknya, “Jangan menangis lagi, tidak ada yang peduli.” lokasi video tidak diketahui, dan saya tidak tahu apakah itu di daerah pemukiman yang diblokir atau di tempat isolasi.

Informasi internet menunjukkan bahwa tidak hanya di Shanghai, tetapi juga di kota-kota tertutup di seluruh Tiongkok, beberapa warga melakukan bunuh diri karena mereka tidak dapat mencari perawatan medis karena sakit atau kelaparan.

Shanghai lockdown selama lebih dari setengah bulan, dan di beberapa daerah sudah lebih dari sebulan. Sejumlah besar warga kelaparan, terutama orangtua yang hidup sendiri. Situasinya bahkan lebih menyedihkan. Dilaporkan di Internet banyak orang mati kelaparan di rumah. Ada juga berita di Internet bahwa beberapa relawan menggunakan makanan untuk merayu wanita lajang, mengulangi tragedi wanita muda berpendidikan pergi ke pedesaan.

Banyak netizen mengeluh bahwa “nol kasus politik” gila ini bisa disebut “Revolusi Budaya 2.0”. Personil anti-epidemi yang mengenakan pakaian pelindung putih diejek sebagai “penjaga kulit putih.” (Hui)

Relawan RS Fangcheng Shanghai: Kasus Terkonfirmasi Positif Covid-19 Bercampur dengan Relawan yang Negatif Hingga Tidur di Jalanan

0

Setelah epidemi di Shanghai, lebih dari 100 relawan yang dibayar dipanggil oleh otoritas partai Komunis Tiongkok untuk melakukan perjalanan dari Hangzhou dan Guangdong ke Pusat Konvensi dan Pameran Shanghai untuk mendukung keamanan rumah sakit darurat . Tanpa diduga, setelah mereka tiba, tidak hanya kondisi kehidupan mereka yang buruk, tetapi mereka juga dipaksa  tidur di jalanan selama lebih dari 20 jam. Tidak ada air, tidak ada makanan, dan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 bercampur dengan relawan yang negatif

Wang Ziqi/Chang Chun/Wang Mingyu

Chen Jun (nama samaran), seorang pria berusia 19 tahun dari Gansu, berangkat dari Hangzhou pada 8 April dengan lebih dari 50 rekan ke rumah sakit penampungan Shanghai Convention and Exhibition Centre Fangcang. Mereka datang untuk berpartisipasi dalam pekerjaan penjaga keamanan.

“Pada waktu itu, ia bertanggung jawab atas pekerjaan keamanan di pinggiran Shanghai. Rumah sakit darurat di Pusat Konvensi dan Pameran cukup besar. Tempat itu memiliki delapan aula. Dia mengatakan tempat itu dapat menampung lebih banyak dari total 60.000 orang,” ujarnya.

Selama tiga hari pertama, Chen Jun dan yang lainnya diminta tidur di lantai di kabin, berebutan makanan dan masker. Baru pada hari keempat mereka tiba-tiba menerima pemberitahuan bahwa ada kasus yang dikonfirmasi positif di antara rekan-rekan mereka, sehingga lebih dari 100 dari mereka dan sukarelawan dari Guangzhou dibawa ke hotel di Gedung Gubei di Jalan Jinzhu untuk diisolasi.

“Pada pukul 19.00 pada 11 April. Mereka mengirim kami ke Shanghai Gubei Mansion, mengatakan bahwa kami akan dikarantina, tetapi pihak hotel tidak mengizinkan kami masuk ke hotel untuk karantina di sana, jadi kami harus tidur di pintu masuk hotel itu. Tidur di jalanan selama 26 jam,” katanya.

Tidak ada air, tidak ada makanan, dan lebih dari 100 orang tidur di pinggir jalan.

Chen Jun bingung. Bukankah mereka datang untuk mendukung Shanghai? Mengapa mereka diperlakukan seperti itu? Mereka tidak hanya tidak mendapatkan uang sepeser pun, tetapi mereka bahkan tidak memiliki jaminan isolasi dasar.

Chen Jun juga mengatakan “(Pada saat itu) mengatakan bahwa itu empat ratus lima puluh sehari, dan kemudian ia tidak mendapatkan sepeser pun. Sekarang menyesal juga sudah terlambat.”

Akibatnya, ia mengekspos pengalaman ini ke Internet, yang menarik perhatian media daratan Tiongkok, dan banyak orang meninggalkan pesan kepadanya.

Pada 14 April, Chen Jun mengatakan kepada wartawan bahwa tes antigen yang dilakukan di pintu hotel saat itu menemukan 3 pasien positif, tetapi tidak ada yang peduli. Hingga pukul 00.00 malam, mereka ditempatkan di gudang dekat Wenjing Road, Distrik Minhang, Shanghai, dan menjalani tes antigen. Dan diantara mereka ditemukan dua kasus. Pada 13 April, mereka diatur untuk pengujian asam nukleat.

Chen Jun mengungkapkan, mereka terdiri  100 orang, dan setidaknya 10 orang terinfeksi. Infeksinya menyebar sangat cepat. Kemudian mereka tidak memiliki pemisahan yang efektif antara negatif dan positif. Akan semakin banyak orang yang mungkin terinfeksi saat itu. Mereka tidak memberikan obat, dia mengatakan bahwa setelah hasil tes asam nukleat keluar, orang negatif dan positif akan akan dipisahkan kembali.”

Chen Jun mengatakan bahwa meskipun mereka diberi makan, tetapi kasus negatif dan positifnya masih bercampur jadi satu dan semua orang khawatir.

Chen Jun menjelaskan: “Sekarang mereka hanya ingin diisolasi secara terpisah. Tidak ada permintaan lain. Mereka hanya ingin bergegas setelah isolasi dapat pulang , dan tidak ingin keluar lagi.”

Pada Maret, infeksi kolektif terjadi di lokasi pembangunan tempat penampungan Jilin. Selain manajemen yang kacau, para pekerja migran yang datang untuk mendukung pembangunan terjerat kondisi makanan dan perumahan yang buruk, sehingga terjadi infeksi silang.

Seorang mengungkapkan : “227 orang menunggu mati? setiap hari ada saja orang yang dibawa untuk isolasi, sehari 2 sampai 3 kasus,  Jika Anda membawa ratusan orang seperti ini, mereka berkontak erat semua bisa tertular.”

Cai, seorang pekerja migran di Shanghai, mengungkapkan pada 9 April, bahwa lebih dari seribu pekerja migran semuanya diisolasi di lokasi dekat lokasi konstruksi Yilian Fashion Trading Co., Ltd. dan tidur di satu ruang besar, menyebabkan infeksi kolektif lebih dari 800 orang. Pada 9 April, lebih dari 700 orang telah ditarik pergi untuk isolasi, dan lebih dari 100 pekerja migran yang didiagnosis dibiarkan bertahan dengan pekerja migran negatif COVID-19, tidak hanya diabaikan, tetapi juga menghadapi krisis kekurangan pangan.

“Para pejabat dan personel yang berpartisipasi di semua tingkat pemerintahan, semuanya bertujuan untuk menyelesaikan tugas politik dari atas, dan mereka semua bertindak sebagai pertunjukan untuk dilihat oleh yang di atas. Kerugian seperti apa, terancam nyawanya, bisa makan atau tidak, kejadian tersebut bukan hal pertama yang harus mereka pikirkan. Oleh karena itu, jika terjadi bencana kemanusiaan, tidak akan bisa ditemukan. Tidak ada orang yang akan bertanggung jawab atas bencana ini, sehingga tragedi semacam ini akan terus terjadi. Jika tidak ada perhatian dari dunia luar, orang-orang ini dibiarkan berjuang sendiri,” kata Xing Tianxing, seorang komentator di Amerika Serikat.

Para komentator percaya bahwa pengalaman para sukarelawan dan pekerja migran tersebut,  mengungkap wajah sebenarnya dari apa yang disebut drama “satu pihak dalam masalah, semua pihak membantu” yang dilakukan partai Komunis Tiongkok selama epidemi. Partai Komunis Tiongkok tidak pernah peduli dengan hak asasi manusia, terutama pekerja migran yang direkrut dari tempat lain, partai Komunis Tiongkok hanya mengeksploitasi mereka. (hui)