Home Blog Page 1780

Persiapan Trade Policy Review, Kemendag Gelar Pertemuan dengan WTO

0

ETIndonesia – Duta  Besar  RI  untuk  Organisasi  Perdagangan  Dunia  (WTO)  Syamsul Bahri mengungkapkan, WTO akan mencermati aspek kebijakan dan program prioritas perdagangan internasional Indonesia dalam Trade Policy Review (TPR) Indonesia ke-7 di WTO, yang akan diadakan pada  2–4  November  2020. 

Hal  tersebut  juga  diungkapkan  perwakilan  TPR  Division  (TPRD)  WTO, Sergio Stamnas, saat berkunjung ke Jakarta pada 17—19 Desember 2019.

TPR  merupakan  sebuah  mekanisme  transparansi  di  WTO  untuk  meninjau  perkembangan  serta capaian  kebijakan  perdagangan  dan  terkait  perdagangan  anggota  WTO  dalam  periode  waktu  yang telah ditentukan. Indonesia mendapat giliran tinjauan setiap tujuh tahun sekali.

“Perwakilan  TPRD  mengatakan   TPR  bukanlah  wadah  untuk  menghakimi  dan  menyengketakan kebijakan anggota WTO. TPR bertujuan menelaah kemajuan anggota WTO dari aspek kebijakan dan program   prioritas   yang   mendukung   perdagangan   internasional   dan   pertumbuhan   ekonomi Indonesia,” kata Syamsul dalam siaran pers Kemendag, (23/12/2019).

Syamsul  menjelaskan  lebih  jauh,  pada  pertemuan  tersebut  dibahas  perkembangan  dan  capaian kebijakan lintas sektoral Pemerintah  Indonesia di bidang perdagangan  selama 2014–2019. Syamsul juga  menyampaikan  tinjauan  kebijakan  anggota  WTO  berdasarkan  laporan  yang  dibuat  Sekretariat WTO dan laporan Pemerintah.

“Kita  perlu  secara  cermat  melihat  laporan  yang  akan  disusun  Sekretariat  WTO  dan  memberikan masukan sehingga laporan tersebut lebih lengkap dan objektif,” ujar Syamsul.

Direktur Perundingan Multilateral Kementerian Perdagangan, Dandy Satria Iswara, yang turut hadir, menambahkan, pada prinsipnya, proses TPR adalah keterbukaan informasi dan penjelasan kebijakan.

“Nantinya,  setiap anggota WTO diberikan kesempatan  menyampaikan  pandangan dan pertanyaan kepada   Indonesia.   Untuk   itu,   ini   merupakan   kesempatan   yang   sangat   baik   menyampaikan keberhasilan-keberhasilan   Pemerintah   Indonesia   di   bidang   perdagangan   kepada   para   anggota WTO,” ujar Dandy.

Pada kunjungan itu, TPRD WTO sekaligus bertemu dengan perwakilan kementerian/lembaga, BUMN, dan asosiasi. (asr)

Daging Babi di Tiongkok yang Kini Menjadi Barang Mewah

0

The Epochtimes

Merebaknya Flu Babi Afrika, telah membuat harga daging babi melonjak di Tiongkok. Sebuah negara  dengan produsen dan konsumen daging babi terbesar di dunia.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian Tiongkok, harga grosir rata-rata daging babi memuncak pada akhir Oktober di sebesar 58,58 yuan per kilogram, kemudian turun ke 43,40 yuan per kilogram saat ini, yang masih berkisr 120 persen lebih tinggi dari tahun lalu.

Flu Babi menyebar ke seluruh provinsi Tiongkok dengan cepat, delapan bulan setelah kasus pertama terdeteksi di Provinsi Liaoning pada Agustus 2018 silam.

Wabah Flu Babi Afrika juga menyebar ke negara-negara Asia lainnya. Produksi daging babi Tiongkok kemungkinan telah menurun setengahnya pada akhir tahun ini. Kira-kira, Tiongkok kehilangan 300 juta hingga 350 juta ekor babi, menurut RaboResearch Food & Agribusiness, sebuah organisasi yang mengumpulkan informasi di semua sektor makanan dan pertanian untuk induk perusahaan Rabobank.

Ketika harga daging babi  mencapai 19,7 yuan per kilogram pada Desember lalu, tidak seorang pun akan membayangkan bahwa keluarga kelas menengah Tiongkok pun tidak mampu makan daging babi secara teratur tahun ini.  Kebetulan pada tahun ini merupakan tahun babi.

Bank Lokal Tawarkan Hadiah Daging Babi Sebagai Insentif untuk Menarik Nasabah Baru

Bank-bank di Tiongkok sekarang bekerja keras untuk menarik bisnis baru, guna memenuhi kuota kinerja tahunan mereka menjelang akhir tahun.

Sebuah bank lokal meraih berita utama ketika menawarkan daging babi mahal sebagai insentif untuk membuka rekening penyimpanan.

Bank Komersial Pedesaan Linhai di Duqiao, Provinsi Zhejiang juga menawarkan promosi ini pada 16 Desember.

Klien yang menyetor 10.000 yuan atau lebih selama lebih dari tiga bulan akan mendapatkan  hadiah dan kemudian mengklaim hadiah gratis mereka.

Hadiah daging babi bervariasi dalam ukuran, sebagian besar beratnya sekitar satu pound, dan yang terbesar sekitar 5 pound.

Menurut media pemerintah Tiongkok, promosi itu sukses besar, karena bank membagikan 1.097 hadiah daging babi, yang berarti 1.097 rekening penyimpanan baru, dalam satu hari.

Daging Babi Ludes dalam Hitungan Menit saat Jamuan Pernikahan

Seorang netizen memposting rekaman pesta pernikahan pada 7 November lalu. Video itu menunjukkan betapa orang-orang Tiongkok sangat menginginkan daging babi.

Dalam video itu, ketika hidangan daging babi disajikan di atas meja, sebanyak delapan tamu bergegas untuk melahap daging itu.

Salah seorang tamu berkata, “Saya belum menyantap daging babi dalam waktu setengah tahun!”

Menunjukkan Kekayaan: Kalung yang Terbuat dari Daging Babi

Epoch Times berbahasa Tionghoa melaporkan bahwa beberapa milenium muda dan jutawan Tiongkok memamerkan kekayaan mereka dengan daging babi. Cara itu untuk memberitahukan bahwa daging babi telah menjadi barang mewah.

Beberapa orang memposting foto diri mereka di media sosial Tiongkok mengenakan daging babi di leher mereka, seolah-olah itu perhiasan yang modis dan mahal.

Satu foto menunjukkan sepotong besar daging babi dalam kotak hadiah . Sementara yang lainnya, menunjukkan mahalnya sepotong daging babi. Foto-foto lain menunjukkan freezer yang penuh sesak dengan daging mahal. (asr)

Penelitian Menunjukkan Tanaman Pancarkan Jeritan Ultrasonik Saat Tertekan

0

Isabel Van Brugen

Beberapa tanaman mengeluarkan suara “jeritan” berfrekuensi tinggi ketika ditempatkan di bawah tekanan lingkungan, demikian temuan tim peneliti di Universitas Tel Aviv di Israel.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Itzhak Khait itu, memeriksa “suara” yang dipancarkan oleh tomat dan tanaman tembakau ketika berada dalam kondisi air yang tidak mencukupi atau ketika batang mereka dipotong.

Mikrofon merekam suara ultrasonik antara 20 hingga 100 kilohertz yang dipancarkan oleh tanaman dalam kedua kasus tadi.

Suara yang dipancarkan oleh tanaman yang tertekan berada pada frekuensi yang tidak dapat didengar oleh manusia, namun tim ilmuwan percaya beberapa organisme dapat mendengar suara itu dari jarak beberapa meter.

Sebuah tanaman tomat mengeluarkan 25 suara jeritan ultrasonik dalam waktu satu jam ketika batangnya dipotong, menurut penelitian. Sebaliknya, tanaman tembakau mengeluarkan 15 suara jeritan ketika batangnya dipotong.

Ketika kekurangan air, tanaman tomat mengirimkan 35 suara ultrasonik dalam waktu satu jam, sementara 11 suara dikeluarkan oleh tanaman tembakau. Tim peneliti mengamati bahwa suara yang dikeluarkan ketika tanaman kekurangan air lebih keras dibandingkan dengan ketika batang mereka dipotong.

Sebagai perbandingan, tanaman yang tidak ditempatkan di bawah tekanan lingkungan apa pun hanya memancarkan kurang dari satu suara jeritan per jam.

Para penulis mencatat bahwa tumbuhan dan hewan lain — dan manusia dengan alat yang benar — dapat mendengarkan jeritan tanaman. Seekor ngengat, misalnya, dapat memilih untuk bertelur di tempat lain jika ia mampu mendeteksi bahwa tanaman itu kekurangan air, menurut penelitian yang belum dipublikasikan dalam jurnal.

“Temuan ini dapat mengubah cara berpikir kita tentang kerajaan tumbuhan, yang sebelumnya senantiasa dianggap diam dan tidak bersuara,” tulis para peneliti dalam studi mereka.

Tim peneliti Universitas Tel Aviv kemudian mengambil data dan menggunakannya untuk melatih model pembelajaran mesin guna memprediksi frekuensi yang mungkin dipancarkan oleh tanaman sambil menjalani berbagai bentuk tekanan lingkungan, seperti saat hujan deras atau angin kencang.

Tim peneliti juga percaya tanaman lain dapat mengeluarkan suara jeritan ketika ditempatkan di bawah tekanan.

“Investigasi lebih lanjut tentang bioakustik tanaman pada umumnya dan emisi suara pada tanaman khususnya dapat membuka jalan baru untuk memahami tanaman dan interaksinya dengan lingkungan, serta mungkin juga dapat memiliki dampak signifikan bagi pertanian,” saran para penulis makalah penelitian.

“Gagasan bahwa suara yang dihasilkan oleh tanaman yang mengalami kekeringan dapat digunakan dalam pertanian secara presisi tampaknya layak dilanjutkan jika tidak terlalu mahal untuk mengatur alat perekam dalam situasi di lapangan,” ujar Anne Visscher, seorang rekan peneliti di Departemen Tanaman Banding dan Biologi Jamur di Royal Botanic Gardens di Inggris kepada New Scientist. (Osc)

FOTO : Tomat dalam stok foto. (Michael Bradley / Getty Images)

Senator Kanada Meluncurkan Inisiatif untuk Menegakkan Hak Asasi di Tiongkok dan Seluruh Dunia

0

Omid Ghoreishi – The Epochtimes

Saat Hari Hak Asasi Manusia Sedunia dan peringatan satu tahun penahanan dua warganegara Kanada di Tiongkok berlangsung pada minggu ini, para senator Kanada meluncurkan inisiatif terkait dengan penegakan hak asasi manusia di Tiongkok.

Pada Selasa 10 Desember 2019, Senator Partai Konservatif Salma Ataullahjan memperkenalkan kembali RUU yang diajukannya di Sidang Parlemen terakhir untuk memerangi perdagangan organ internasional. 

Senator Partai Konservatif Thanh Hai Ngo dan Senator Leo Housakos juga memprakarsai mosi Senat untuk mendesak pemerintah Kanada, untuk memberikan sanksi kepada pejabat komunis Tiongkok yang terlibat dalam pelanggaran HAM di Tiongkok dan Hong Kong di bawah Undang-undang Magnitsky.

Pada minggu-minggu ini, partai-partai oposisi memilih untuk menyetujui proposal Partai Konservatif untuk membentuk komite parlemen khusus untuk memeriksa hubungan dengan Tiongkok. Usulan tersebut, yang ditentang oleh pemerintah minoritas Liberal, disahkan dengan 171 suara, di mana 148 suara menentang.

Warganegara Kanada Michael Kovrig dan Michael Spavor ditahan di Tiongkok tidak lama setelah Kanada menangkap eksekutif Huawei Meng Wanzhou di Vancouver atas permintaan Amerika Serikat.

Perdagangan Organ

RUU yang diajukan Salma Ataullahjan, berjudul “Suatu Undang-Undang untuk mengubah KUHP dan Undang-Undang Perlindungan Imigrasi dan Pengungsi (perdagangan manusia),” menjadikan ilegal bagi warganegara Kanada untuk mendapatkan organ di luar negeri tanpa persetujuan donor. Selain itu, membuat orang yang terlibat dalam panen organ secara paksa tidak dapat diterima di Kanada.

Komunis Tiongkok adalah satu-satunya negara di mana organ manusia dikeluarkan secara paksa di bawah sistem yang disetujui pemerintah. 

The Epoch Times pertama kali menyampaikan berita tersebut pada tahun 2006, mengenai bukti bahwa rezim komunis Tiongkok terlibat dalam panen organ praktisi Falun Dafa, yang juga dikenal sebagai Falun Gong.

Anggota Parlemen Partai Konservatif Garnett Genuis, yang mensponsori RUU sebelumnya di House of Commons di Sidang Parlemen terakhir, mengatakan dalam wawancara sebelumnya,  bahwa ia menjadi terlibat dalam undang-undang tersebut. 

Hal demikian setelah mengetahui bahwa di negara-negara tertentu di seluruh dunia, “terutama di Tiongkok pada industri skala,” orang-orang dibunuh untuk diambil organnya.

“Kadang organ-organ dikeluarkan saat korban masih hidup dalam proses yang sangat menyakitkan, dan organ-organ itu kemudian digunakan untuk transplantasi,” kata Garnett Genuis.

Anggota Parlemen Partai Liberal Arif Virani mengatakan kepada House of Commons pada tanggal 10 Desember, bahwa subkomite untuk hak asasi manusia telah “melihat hal-hal seperti panen organ dan beberapa masalah yang benar-benar bermasalah yang muncul terkait dengan Falun Gong.”

RUU sebelumnya disahkan dengan suara bulat di Senat dan kemudian disahkan dengan suara bulat di House of Commons, melalui amandemen. Karena melalui amandemen, maka RUU tersebut perlu mendapatkan persetujuan dari Senat sekali lagi sebelum ditandatangani menjadi undang-undang. 

Namun demikian, Parlemen dibubarkan sebelum persetujuan itu terwujud.

Mosi Magnitsky 

Mosi yang direncanakan oleh Senator Partai Konservatif Leo Housakos

dan Thanh Hai Ngo meminta agar, di bawah hukum Magnitsky, sanksi diterapkan pada pejabat komunis Tiongkok dan Hong Kong. Yang mana, bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap aktivis demokrasi Hong Kong dan umat Muslim Uighur di wilayah Xinjiang. 

Hukum tersebut yang dinamai hukum Magnitsky, setelah kematian pembangkang Rusia Sergei Magnitsky saat berada dalam tahanan di Rusia telah menginspirasi undang-undang di negara-negara di seluruh dunia. Untuk menerapkan sanksi seperti pembekuan aset dan larangan bepergian bagi pelanggar hak asasi manusia.

“Hal ini dimaksudkan untuk meminta pertanggungjawaban anggota rezim Tiongkok dan Hong Kong yang jelas-jelas menginjak-injak hak asasi manusia dan aturan hukum yang mendasar,” kata Leo Housakos dalam sebuah wawancara.

Duta Besar Tiongkok untuk Kanada, Cong Peiwu, mengancam bahwa Kanada dapat mengharapkan “penanggulangan yang tegas” jika Parlemen mengadopsi mosi tersebut, mengikuti pola pernyataan yang semakin memaksa oleh perwakilan Tiongkok yang diarahkan ke Kanada.

“Tidak ada yang lebih mengerikan daripada duta besar Tiongkok yang mengancam pemerintah Kanada,” kata Leo Housakos, menambahkan bahwa Ottawa belum mengambil tindakan yang memadai dalam menghadapi perilaku bermusuhan Beijing.

“Kanada adalah negara G7, Kanada memiliki pengaruh ekonomi, Kanada  memiliki pengaruh politik, dan sudah saatnya Tuan [Perdana Menteri Justin] Trudeau bangkit dan membela nilai-nilai Kanada,” kata Leo Housakos.

Leo Housakos menambahkan, bahwa Beijing memperlakukan sekutu Kanada yang mengambil sikap “jauh lebih kaku” terhadap Tiongkok, dengan rasa hormat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Ottawa. Yang mana, “tampaknya lebih merupakan pembela atas perilaku Tiongkok daripada negara yang membela nilai-nilai dan prinsip Kanada.”

Thanh Hai Ngo mengatakan, Komunis Tiongkok berpikir Kanada dapat Digertak dengan mengancam akan adanya gangguan perdagangan. Tetapi, penting bagi Ottawa untuk membela aturan hukum dan hak asasi manusia.

Pemerintah Komunis Tiongkok tidak disibukkan dengan aturan hukum internasional. Pemerintah Tiongkok juga tidak peduli selama mendapatkan apa yang diinginkannya, dengan menggunakan ancaman dan sebagainya. Itulah yang disampaikan Thanh Hai Ngo dalam sebuah wawancara.

Bukan Bisnis seperti Bisnis Biasa

Leo Housakos mengatakan bahwa adalah “benar-benar tidak dapat diterima” bagi pejabat terpilih Kanada untuk melanjutkan seolah-olah hal tersebut adalah “bisnis seperti bisnis biasa.” 

Sementara komunis Tiongkok terus menahan warganegara Kanada dalam tahanan dan melanggar hak asasi manusia warganegara Tiongkok.

Pada tanggal 7 Desember, sekelompok pejabat terpilih Kanada, termasuk Senator Partai Konservatif Victor Oh, Anggota Parlemen Partai Liberal Shaun Chen, Anggota Parlemen Ontario Logan Kanapathi dan Aris Babikian, dan sejumlah pejabat kota terpilih menghadiri sebuah acara di daerah Toronto.  Acara itu menandai peringatan ke-70 tahun pendirian rezim komunis di Tiongkok, yang menampilkan Konsul Jenderal Tiongkok berpidato. Menteri Pertahanan Harjit Sajjan menghadiri acara serupa di Vancouver pada bulan September lalu.

Walikota Winnipeg Brian Bowman menyambut Duta Besar Tiongkok Cong Peiwu di kotanya pekan lalu, memposting foto dirinya dan Cong Peiwu yang tersenyum di Twitter dan berterima kasih kepada sang duta besar untuk “diskusi yang produktif mengenai  Sister City Chengdu, perdagangan, dan tujuan Winnipeg untuk menjadi pemimpin dalam perlindungan dan promosi hak asasi manusia.”

“Ini sepenuhnya salah,” kata Leo Housakos.

Thanh Hai Ngo mengatakan ia tidak akan menghadiri acara persahabatan seperti itu yang dihadiri oleh pejabat Komunis Tiongkok di luar prinsip, karena rezim Beijing adalah pelanggar hak asasi manusia.

“Saya pikir hal tersebut tidak dapat diterima, dan saya pikir kita harus membela apa yang kita yakini,” ujar Thanh Hai Ngo. (Vivi/asr)

FOTO : Senator Salma Ataullahjan dan Anggota Parlemen Garnett Genuis dalam sebuah file foto. (Limin Zhou / The Epoch Times)

Merek Mewah Milik Tiongkok Berjuang Seperti Halnya Prospek Industri Lainnya

0

Fan Yu – The Epochtimes

Industri barang mewah telah menikmati  tahun yang positif, bahkan di tengah-tengah kekhawatiran kemungkinan resesi global dan perang dagang yang menghantui.

Menurut Luxury Study baru-baru ini oleh Bain & Co, pasar barang mewah milik pribadi meningkat 4 persen dari tahun ke tahun sejak tahun 2019. Sementara industri makmur yang semakin meluas, beberapa merek mewah dengan perusahaan induk Tiongkok menghadapi ketidakpastian yang lebih besar.

Shandong Ruyi Technology Group, sebuah konglomerat merek-merek mewah Tiongkok, menghadapi kebuntuan jatuh tempo obligasi dan sedang berjuang untuk menghasilkan likuiditas atau mekanisme refinancing untuk menangkal kemungkinan gagal bayar.

Data  Bloomberg menyebutkan Ruyi saat ini memiliki USD 345 juta obligasi dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang akan jatuh tempo bulan ini dan 4,4 miliar yuan dari obligasi darat RenMinBi yang akan jatuh tempo tahun depan.

Pada tanggal 12 Desember 2918, lembaga pemeringkat kredit Moody menurunkan peringkat kredit perusahaan Ruyi menjadi Caa1 dari B3, yang terjadi setelah S&P menarik kembali peringkat perusahaan Ruyi pada minggu sebelumnya.

Perusahaan Ruyi dijuluki “LVMH Tiongkok,” mengacu pada perusahaan barang mewah multinasional Prancis senilai usd 200 miliar Perancis, LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton SE.

Berawal sebagai produsen tekstil Tiongkok yang tidak dikenal, Ruyi, seperti banyak konglomerat Tiongkok lainnya, melakukan belanja internasional dalam beberapa tahun terakhir. Ruyi memiliki saham besar di rumah mode Swiss Bally, konglomerat mewah Prancis SMCP perusahaan induk Sandro, Cerruti 1881, dan Maje, perusahaan pakaian mewah Inggris, Aquascutum, serta pembuat pakaian High Street TM Lewin dan Gieves & Hawkes.

Ruyi mengambil sejumlah besar utang untuk mendanai akuisisi asing ini. Data dari Debtwire menyebutkan bahwa utang Ruyi pada akhir tahun 2018 adalah 28,7 miliar yuan, hampir dua kali lipat jumlah pada neraca pada tahun 2015  sebesar 15,4 miliar yuan. Pada saat yang sama, pendapatan Ruyi diwakili sebagai EBITDA yang disesuaikan yakni laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, telah meningkat sekitar 40 persen selama periode yang sama, menjadi 2,4 miliar yuan dari 1,7 miliar yuan.

Sebuah perusahaan milik negara yang berbasis di kota asal perusahaan Jining, Provinsi Shandong, mengambil 26 persen saham di Ruyi pada bulan Oktober, dalam upaya untuk mencegah kemungkinan gagal bayar.

Nasib beberapa merek fesyen Eropa yang dimuliakan bertumpu pada bagaimana Ruyi berencana untuk berurusan dengan utangnya yang besar.

Akuisisi dengan Karakteristik Tiongkok

Fosun International adalah konglomerat Tiongkok lain yang berusaha menghidupkan kembali merek asing yang dimilikinya.

Fosun International, sebuah perusahaan holding investasi yang berbasis di Shanghai, juga memiliki beberapa merek mewah internasional, yaitu perusahaan induk Lanvin yang berbasis di Paris yang dibeli tahun lalu seharga 120 juta euro. Ada lagi merek mewah Amerika Serikar St. John, pakaian Italia Caruso, merek Australia Wolford, dan memiliki saham minoritas di perusahaan mode Jerman Tom Tailor dan perhiasan Yunani Folli Follie.

Lanvin adalah merek nama terbesar di Fosun International tetapi juga yang paling menderita. Pada saat akuisisi, Lanvin sedang berjuang secara finansial.

“Lanvin sangat menderita. Ini semacam perputaran, ” kata Joann Cheng, kepala Fosun Fashion Group kepada Financial Times pada tanggal 9 Desember 2019, sambil menolak memberikan rincian hasil keuangan Lanvin.

Fosun International tampaknya mencari bantuan untuk kelompok mewah Prancis. Awal tahun ini, Bloomberg melaporkan bahwa Fosun International ingin menjual sebagian saham Lanvin miliknya seharga usd 100 juta atau lebih.

Joann Cheng memang mengatakan bahwa memperluas jejak Lanvin di Tiongkok, pasar mewah terbesar dunia, adalah “pasti tujuan” dari akuisisi merek fesyen Fosun. Sejak diakuisisi oleh Fosun International, Lanvin membuka toko baru di Shanghai dan Hong Kong.

Fosun International juga mengalami kesulitan.

Folli Follie adalah salah satu akuisisi asing pertama yang dilakukan oleh Fosun International  dengan kepemilikan minoritas awal sejak tahun 2011. Namun pada tahun 2018, hedge fund Quintessential Capital Management mengklaim bahwa Folli Follie telah memalsukan jumlah toko yang dimilikinya serta metrik keuangan lainnya, termasuk penjualan, laba, dan cadangan kas.

Tuduhan-tuduhan itu menyebabkan serangkaian penyelidikan dan penyelidikan peraturan guna memastikan penipuan tersebut, yang mengarah ke regulator keuangan Yunani yang mengajukan tuntutan penipuan terhadap tiga eksekutif senior Folli Follie pada akhir tahun 2018.

Sebagai akibatnya, saham Folli Follie yang terdaftar di Athena hancur.

Dalam investasi lain yang tidak beres, investasi utama Fosun International di Eropa, grup perjalanan Inggris Thomas Cook Group Plc, runtuh pada bulan September 2019. Setelah berbulan-bulan merundingkan kemungkinan bailout, Fosun International yang merupakan pemegang saham terbesar di Thomas Cook, memutuskan untuk mengurangi kerugiannya pada bulan September 2019. 

Thomas Cook, grup perjalanan tradisional yang mengelola agensi serta pesawatnya sendiri, menjadi korban atas meningkatnya popularitas pemesanan perjalanan mandiri online.

Investasi asli perusahaan masuk akal pada saat itu. Fosun International adalah bank untuk perjalanan keluar negeri menggunakan kapal dan permintaan pariwisata dari pelanggan Tiongkok, dan Thomas Cook adalah platform yang logis untuk berpasangan dengan akuisisi pariwisata Fosun International lainnya, perusahaan resor Club Med.

Adalah sulit untuk menyamaratakan  bagaimana tantangan itu muncul. Kegagapan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, mata uang yuan yang relatif lemah, dan beban utang yang besar dari perusahaan induk Tiongkok adalah bagian besar dari masalah ini. Namun sejauh ini, sponsor perusahaan Tiongkok boleh menulis cek tetapi telah terbukti sebagai operator bisnis yang kurang ideal.

Contoh paling menonjol dari merek asing yang berhasil setelah akuisisi Tiongkok  mungkin adalah produsen mobil Swedia Volvo. Setelah bertahun-tahun berjuang di bawah Ford Motor Co., Volvo diakuisisi pada tahun 2010 oleh Geely, pabrikan mobil Tiongkok. Geely memodali Volvo dengan dana segar tetapi membiarkan  operasi dan pengambilan keputusan strategis di tangan manajemen yang ada sedikit gangguan. 

Sejak itu, Volvo telah memperluas kehadirannya di pasar seluruh dunia, termasuk di Tiongkok. Sedangkan untuk Lanvin, Fosun International mungkin belum mengadopsi pendekatan yang lebih baik.

Lanvin baru-baru ini merekrut mantan eksekutif LVMH dan mantan CEO Sandro Jean-Philippe Hecquet untuk menjalankan Lanvin. Bruno Sialelli, seorang desainer berusia 31 tahun yang kurang dikenal yang sebelumnya bekerja di Loewe, baru-baru ini dipekerjakan sebagai direktur kreatif baru di Lanvin. (Vv)

FOTO : Ilustrasi (STR/AFP/Getty Images)

Mengapa ‘Fase Pertama’ Kesepakatan Dagang Amerika Serikat-Tiongkok Mencekik Komunis Tiongkok?

0

Xia Xiaoqiang

Pada tanggal 13 Desember, Amerika Serikat maupun Tiongkok mengumumkan bahwa kedua negara telah mencapai “fase pertama” kesepakatan dagang.

Menurut pengumuman oleh Amerika Serikat, tarif yang akan dimulai pada tanggal 15 Desember akan dibatalkan, dan beberapa tarif yang ada akan dikurangi. 

Penulis Xia Xiaoqiang dalam opininya di The Epochtimes mengatakan, perjanjian tersebut mensyaratkan rezim Tiongkok untuk melakukan reformasi struktural guna melindungi kekayaan intelektual, menghentikan transfer teknologi paksaan, dan membuka pasar Tiongkok untuk produk pertanian dan jasa keuangan. Tiongkok juga berjanji untuk membeli lebih banyak barang dan jasa Amerika Serikat di tahun-tahun mendatang.

Secara khusus, pernyataan Amerika Serikat menekankan bahwa perjanjian tersebut memiliki mekanisme yang dapat ditegakkan.

Pengumuman Tiongkok pada konferensi pers berfokus pada “kesetaraan;” yaitu, kedua belah pihak membuat konsesi dan Tiongkok memenangkan inisiatif hingga tingkat tertentu. 

Namun demikian, Tiongkok menyepelekan dua bagian paling penting yang ditekankan oleh Amerika Serikat — persyaratan untuk reformasi struktural dan mekanisme yang dapat ditegakkan.

Tidak perlu diragukan lagi, target audiensi pemerintah Tiongkok adalah rakyat Tiongkok yang menetap di Tiongkok Daratan. Setelah kedua pihak mengumumkan, ada dua tanggapan yang berlawanan. 

Satu kelompok percaya bahwa pemerintahan Donald Trump sekali lagi jatuh ke dalam perangkap yang ditetapkan oleh  Komunis Tiongkok. Yang mana, selalu berusaha untuk menyeret hal-hal tanpa batas untuk mendapatkan peluang yang menguntungkan. 

Oleh karena itu, orang-orang ini berpikir Washington gagal mengambil kesempatan untuk memukul Tiongkok sampai Komunis Tiongkok benar-benar dikalahkan. Di antara kelompok ini, ada dua jenis orang.

Salah satunya adalah Partai Demokrat Amerika Serikat. Sebagai contoh, Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer mengatakan dalam postingan Twitter-nya pada tanggal 13 Desember: “Presiden Trump tamatlah sudah karena janji sementara dan tidak dapat diandalkan dari Tiongkok untuk membeli beberapa kedelai.”

Yang lainnya adalah aktivis pro-demokrasi Tiongkok. Mereka berharap bahwa Presiden Donald Trump akan mengambil langkah terberat melawan Komunis Tiongkok. Dikarenakan, mereka percaya bahwa setiap negosiasi dengan Komunis Tiongkok adalah sebuah kompromi.

Namun demikian, menurut Xia Xiaoqiang , secara keseluruhan, Tiongkok adalah negara yang membuat lebih banyak kompromi dalam fase satu kesepakatan dagang. Berdasarkan hasil akhirnya, Amerika Serikat memiliki lebih banyak keuntungan daripada kerugian.

Banyak negosiasi sebelumnya antara kedua negara berakhir dengan kegagalan karena Beijing selalu melanggar janjinya menjelang tahap terakhir, karena dua alasan utama. 

Pertama,  Komunis Tiongkok berusaha menyingkirkan semua janji, berharap pada titik tertentu muncul beberapa perubahan yang menguntungkan. 

Alasan kedua adalah bahwa kali ini lawannya adalah Donald Trump yang masih menjabat, yang sangat berbeda dari lawan Komunis Tiongkok sebelumnya yang dapat dengan mudah ditipu dan diperdaya. Semua negosiasi dan perjanjian sebelumnya antara  Komunis Tiongkok dan Organisasi Perdagangan Dunia sebenarnya termasuk dalam kategori ini.

Persyaratan untuk reformasi struktural dan mekanisme yang dapat ditegakkan menunjukkan, bahwa Washington dapat kembali memberlakukan tarif penalti terhadap Tiongkok kapan saja jika Tiongkok gagal memenuhi kesepakatan dagang.

Oleh karena itu, Amerika Serikat tidak menderita banyak kerugian dari putaran negosiasi ini. Meskipun tarif beberapa barang Tiongkok telah berkurang, hal itu adalah hasil yang normal, karena negosiasi itu sendiri adalah seni kompromi. 

Mencapai fase satu kesepakatan dagang akan membantu mengurangi tekanan pada eksportir di kedua negara. Ini akan bermanfaat bagi ekonomi Amerika Serikat, serta untuk kampanye kepresidenan Donald Trump tahun 2020.

Namun demikian, Washington perlu tetap waspada — jika Tiongkok melanggar janjinya, Amerika Serikat harus siap untuk segera mengambil tindakan pencegahan yang efektif.

Adapun bagi rezim komunis Tiongkok, fase satu kesepakatan dagang sebenarnya merupakan langkah mundur, tetapi tidak punya pilihan lain. 

Perang dagang yang berlangsung lebih dari setahun telah menyebabkan dampak besar pada perekonomian Tiongkok — modal asing meninggalkan Tiongkok. Sejumlah besar perusahaan bangkrut, melonjaknya pengangguran, krisis keuangan, inflasi, dan kemarahan masyarakat. 

Semua ini adalah tanda-tanda yang menunjukkan kesulitan besar di masa depan dan skenario hari kiamat untuk rezim Tiongkok yang berkuasa saat ini. 

Banyak pejabat komunis Tiongkok melihat tanda-tanda kesulitan yang akan datang tersebut  dan bergegas mentransfer asetnya ke luar negeri, bersiap untuk meninggalkan Tiongkok kapan saja.

Secara internasional, rezim komunis Tiongkok menjadi semakin terisolasi —sinyal paling menonjol adalah untuk pertama kalinya NATO mengakui Tiongkok sebagai ancaman selama pertemuan puncak NATO di London pada awal bulan Desember.

Di tengah krisis internasional dan domestik, Komunis Tiongkok  terpaksa mundur dan setuju untuk menandatangani fase pertama kesepakatan dagang. 

Meskipun hemat penulis tidak optimis bahwa Komunis Tiongkok akan tetap berpegang teguh pada persyaratan yang diajukan. Kesepakatan dagang tersebut tetap mencengkeram  Komunis Tiongkok, karena pemerintahan Donald Trump dapat mengenakan tarif penalti setiap saat.

Sebenarnya, bahkan tanpa perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok sekalipun, Komunis Tiongkok tetap menghadapi keruntuhan total terakhirnya. 

Kejahatan dan perbuatan buruk Komunis Tiongkok selama 70 tahun terakhir, menyebabkan masalah sosial besar dan konflik yang tidak terselesaikan antara Komunis Tiongkok dengan rakyat Tiongkok. Perang dagang hanyalah katalisator yang mempercepat proses keruntuhan Partai Komunis Tiongkok. (Vivi/asr)

Di Balik Keberanian Pemuda Hong Kong Ber-“Jibaku”

0

He Qinglian

Pan-Demokrasi Hong Kong meraih kemenangan, bahkan menang telak, warga bersorak sorai pada 24 November 2019 lalu. Kemenangan kali ini didapat dengan tidak mudah, pertama karena warga Hong Kong telah berjuang lima bulan terus melawan, selama itu kelompok militan tidak ragu meningkatkan perlawanan menentang kekerasan oleh polisi.

Istilahnya “lam cau” atau “mati bareng atau berjibaku” menjadi sorotan masyarakat maupun media massa internasional. Kedua adalah pengalaman Amerika Serikat  pada Gerakan Occupy Central pada 2014 lalu.

Pada momentum yang tepat mengeluarkan “Resolusi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong. Resolusi itu memperingatkan Beijing agar tidak mengakibatkan bencana kemanusiaan di Hong Kong.

Tapi semua itu, hanya langkah pertama warga Hong Kong memperjuangkan hak keikutsertaan dalam politik Hong Kong, jalan ke depan masih panjang, masih akan sangat menyulitkan.

Kelompok militan pada gerakan anti Undang Undang ekstradisi mayoritasnya adalah pemuda. Masa depan masyarakat apa pun adalah milik generasi muda, dan kaum muda Hong Kong umumnya berpendapat bahwa Hong Kong “hari ini” bukan milik mereka.

Peta kepentingan yang terbentuk sejak kembalinya Hong Kong pada 1997 lalu, merupakan kaum elit Hong Kong generasi tua sebelumnya yang diwakili oleh “Carrie Lam” dan kawan-kawan.

Dalam berbagai komentar, ada dua tokoh Hong Kong yang pandangannya persis mewakili dua generasi dan dua lapisan masyarakat di Hong Kong tersebut. Bentrokan di Hong Kong dan orientasi masa depan politiknya dapat ditemukan denyut nadinya di antara keduanya. 

Presiden Komisaris Group Hang Lung yakni Ronnie Chan Chi-Chung merupakan elit Hong Kong dari era 1950-60an. Rekaman video perbincangannya “Masalah Hong Kong, Kita Beberkan Untuk Dibicarakan”, sungguh tidak pernah bosan diperbincangkan, termasuk memiliki pandangan yang menyeluruh terhadap masalah Hong Kong. 

Menurut Ronnie Chan Chi-Chung masalah Hong Kong adalah pada politik dan bukan kehidupan warga. Jika politik dianggap sebagai murni masalah kehidupan warga, maka tidak akan pernah dapat diselesaikan. 

Pandangan Ronnie Chan Chi-Chung dapat mencakup empat aspek: 

1. Warga Hong Kong di bawah kolonialisme Inggris tidak memiliki kesadaran akan bernegara. Penyebab kondisi itu ada kaitannya dengan terbentuknya warga Hong Kong, pemerintahan kolonial Inggris tidak memotivasi warga Hong Kong untuk mengakui negara leluhurnya. Akan tetapi warga Hong Kong juga tidak mengakui Taiwan sebagai “Republic of China” dan tidak mengakui Beijing yang mewakili daratan Tiongkok.

Warga Hong Kong yang dimaksud adalah para pejabat eks Kuomintang dengan klannya yang hijrah ke selatan yakni ke Hong Kong pada 1949, dan periode wabah kelaparan besar 1958-1960, serta pengungsi yang lari ke Hong Kong dalam beberapa kali gerakan politik masa Revolusi Kebudayaan 1966-1976.  

Yang dimaksud Ronnie Chan soal “kesadaran bernegara”, sebenarnya adalah pengakuan status warga Hong Kong. Beberapa tahun terakhir ini rasio warga Hong Kong yang mengakui dirinya sebagai “warga Tiongkok” kian hari kian rendah.

Pada awal Juni 2018, survei yang dilakukan Program Opini Publik dari Hong Kong University dengan metode sampling secara acak menunjukkan, warga kota yang mengakui dirinya sebagai “warga Hong Kong” memiliki nilai tertinggi yakni 8,54 poin.

Setelah itu adalah “orang Asia”, “bagian dari bangsa Tionghoa”, serta “orang Tiongkok”, dan pengakuan sebagai “warga negara Republik Rakyat Tiongkok” adalah yang paling rendah yakni hanya 5,85 poin. 

2. Hong Kong kekurangan talenta politik, pejabatnya banyak yang bermental pegawai. Maksudnya adalah para pejabat pemerintah Hong Kong mahir dalam mengatur pemerintahan namun kurang akan kemampuan berpolitik atau kemampuan bermediasi politik. 

3. Pekerjaan Front Persatuan Beijing semakin dikerjakan semakin amburadul, eksis kesalahan yang sangat besar. 

4. Tiga orang penjahat masalah properti . Ini patut dicermati. 

Di mata generasi muda Hong Kong khususnya kelahiran pasca 1990, “para Ronnie Chan” mewakili masa lalu, merupakan generasi yang telah menikmati segala kemakmuran Hong Kong. Pandangan para elit Hong Kong dari angkatan ini, sama sekali tidak ingin didengar oleh kaum muda Hong Kong pasca 1990.

Dalam perlawanan kekerasan oleh kaum militan Hong Kong kali ini terdapat kosa kata atau semboyan yang terkenal, yakni “lam cau Hong Kong “ yang maknanya adalah “Hongkong, lawanlah sampai titik penghabisan.” Sekalipun akhirnya kedua belah pihak sampai sama-sama hancur. 

Generasi muda mau me-“lam cau Hong Kong”, tentunya karena merasa di Hong Kong mereka sudah tidak menjanjikan masa depan. “Tidak ada masa depan” bersumber dari dua hal. Pertama, karena kaum muda di Hong Kong memang tidak memiliki kesempatan untuk meningkat. Kedua karena Beijing memberlakukan sistem “orang muda tersingkir, tanah tetap tinggal atau: Enyahlah dari tanah ini”. 

Penulis internet generasi 90-an bernama Lewis Loud pernah menulis banyak artikel terkait masalah itu. Dalam artikel berjudul “Hong Kong Sekarang: Hong Kong Tengah Mengalami Satu Kali Pembersihan Generasi Secara Efektif” pada 13 Juni 2019, terdapat salah satu sub-judulnya adalah “Pembantaian Terhadap Generasi Muda Hong Kong”. 

Dalam hal ini “pembantaian”, maksudnya bukan pemusnahan tubuh fisik, melainkan membuat pemuda Hong Kong tidak mendapat kesempatan dalam berpolitik. Seperti banyak calon dari kubu lokal bahkan sampai kubu penentu nasib sendiri yang lebih moderat, sebelum pemilihan tahun 2016 telah dibatalkan kelayakan pencalonan mereka. Aasannya “pandangan politik” mereka tidak sesuai dengan “Hukum Dasar Hong Kong”. 

Setelah pemilu selesai, sejumlah anggota legislatif yang mendapatkan otorisasi dari warga pemilih juga dirampas kursinya, seperti Baggio Leung Chung-Hang, Regine Yau Wai-Ching, Nathan Law Kwun-Chung dan lain-lain. 

Lewis Loud berpendapat, pandangan politik, sikap, gaya berpolitik, semuanya sangat bertolak belakang, kesamaan mereka hanya satu yakni masih muda. Muda bukan pandangan politik, tapi Hong Kong di bawah kolonialisme Komunis Tiongkok, adalah suatu properti politik yang menjadi sasaran tekanan.

Sejak 2016 hingga 2017, Komunis Tiongkok secara bertubi-tubi telah menghancurkan hak berpolitik keseluruhan generasi, dengan menghancurkan harapan mereka untuk memasuki sistem yang dapat mereformasi Hong Kong. Mungkin karena mayoritas mereka hanya mengakui dirinya sebagai warga Hong Kong, dan bukan warga Tiongkok atau “warga Hong Kong Tiongkok”. 

Pengakuan status seperti ini membuat Komunis Tiongkok sangat tidak tenang. Walaupun “tidak sesuai ketentuan” yang dijabarkan oleh ketua komisi pemilu berbeda dengan yang dikeluarkan oleh “Kongres Rakyat Tiongkok”, tapi pada akhirnya, adalah Komunis Tiongkok dapat mentolerir politisi dari generasi lebih tua, tapi terhadap politisi generasi baru, satu pun tidak diijinkan masuk ke dalam sistem.

Artikel lainnya berjudul lebih menohok secara langsung: “Perlakuan Komunis Tiongkok Terhadap Taiwan Juga Akan Sama Dengan Hong Kong ‘Orang Tersingkir Tanah Tetap Tinggal’”. 

Di sini perlu dijelaskan asal muasal prinsip “orang tersingkir tanah tetap tinggal”. Di dalam forum diskusi bebas internet di Tiongkok, setiap topik yang menyangkut Taiwan, pada dasarnya akan penuh dengan suara hujatan dan kecaman. 

Sekitar enam, tujuh tahun silam sudah muncul istilah “orang boleh pergi, pulau tetap tinggal”, ungkapan seperti ini kemudian berubah menjadi “pertahankan pulau tidak pertahankan orang”. Istilah “pertahankan pulau tidak pertahankan orang” tidak pernah terdengar ada pernyataan resmi pemerintah, tapi kini pada dasarnya telah menjadi suatu macam pemahaman warga Taiwan terhadap kebijakan politik dari Tiongkok.  

Penjelasan Lewis Loud terhadap hal ini sangat lugas: “Bagi Tiongkok, Hong Kong adalah sangat fungsional, seperti finansial, perdagangan, kemampuan pembiayaan, sementara yang lain bagi Tiongkok sama sekali tidak dipandang sebelah mata sekali pun”. Sedangkan pulau seperti Taiwan, memiliki banyak keuntungan militer dan strategis, seperti Hong Kong yang memiliki kelebihan finansial. Tiongkok sangat menginginkannya, tapi bukan berarti menginginkan orang-orang lokal yang tidak terbiasa dengan penguasaannya. Tanpa peduli hidup atau mati warga setempat, Beijing hanya peduli pada fungsional yang kasat mata pada Hong Kong, bagi  Tiongkok, Hong Kong hanyalah sebuah alat. 

Berdasarkan pemahaman di atas itulah, para pemrotes di Hong Kong menuntut agar Amerika Serikat secepat mungkin meloloskan “Resolusi HAM dan  Demokrasi Hong Kong”, walaupun Rancangan Undang undang itu akan secara langsung berdampak pada ekonomi Hong Kong. 

Chan dan Loud, bisa dikatakan uraian masing-masing dari seorang yang berhasil pada masa lalu dan masa kini serta seorang pemilik masa depan yang tidak melihat adanya masa depan itu. Ini menandakan pandangan warga Hong Kong terhadap situasi sekarang, tidak hanya terdapat perbedaan kelas, terdapat perbedaan orang yang memiliki kepentingan dengan orang yang kepentingannya dirugikan, juga terdapat celah kesenjangan yang sangat dalam antar generasi. 

Yang lebih patut direnungkan adalah baik Chan maupun Loud sama-sama telah menyinggung fungsi Hong Kong sebagai pusat finansial. Akan tetapi menurut pendapat Chan hanya dengan layanan sebagai pusat finansial saja bagi Hong Kong tidak cukup, harus memperbaiki struktur ekonominya, dan mengemukakan harus dikembangkan pembangunan jurusan di Hong Kong University yang sangat unggul yakni sains, teknik, dan kedokteran.

Sementara Lewis Loud berpendapat kalau “orang tersingkir tanah tetap dipertahankan”, lalu apa gunanya fungsi sebagai pusat finansial itu? 

Pertanyaannya adalah: Nasib masyarakat apa pun di masa depan, adalah ditentukan oleh kaum mudanya. Dilihat dari bertolak belakangnya hati warga, Komunis Tiongkok telah kehilangan satu generasi muda milennial Hong Kong kelahiran pasca 1990.

Di saat warga menyorakkan kemenangan kubu Pan-Demokrasi dalam pemilihan anggota legislatif distrik di Hong Kong, ada sebagian orang lainnya yang berpendapat pemilihan kali ini meskipun terhitung menang, juga tidak ada kaitannya dengan keputusan menentukan seorang kepala eksekutif, pemilihan kepala eksekutif tetap didominasi oleh Beijing. 

Alasan Lewis Loud menentang bahkan semakin menonjol: “Sejumlah pemrotes yang risau atau sarat dengan kepentingan pribadi, anehnya justru menuntut pada pemerintah agar ‘mengadakan pemilu sesuai jadwal’. Jika Hong Kong tidak bisa melangsungkan pemilu secara normal, justru merupakan kemenangan para pengunjuk rasa, karena memperlihatkan kepada dunia bahwa pemerintah Hong Kong menganut demokrasi palsu, bertindak semena-mena, dan “satu negara dua sistem” telah gagal. 

Terpilih hanya sekedar mendapatkan gaji dan tunjangan bagi seorang anggota legislatif, tapi anggota legislatif Hong Kong di berbagai tingkatan tidak memiliki kekuasaan politik. Kemenangan besar dalam pemilu sebaliknya justru berarti revolusi telah diserap.” 

Kekhawatiran di atas bukan tidak beralasan. Selama beberapa tahun ini kritik terhadap Pan-Demokrasi Hong Kong sangat banyak, dalam hal usia dan latar belakang, antara Ronnie Chan dan Lewis Loud, sangat berbeda, namun keduanya bersikap keras mengkritik Pan-Demokrasi dari sudut pandang yang berbeda. 

Hanya untuk membuat seluruh anggota legislatif Pan-Demokrasi mencapai kesepahaman politik, sampai sekarang masih merupakan proses yang sangat menyulitkan. Tapi pada masalah Hong Kong, sikap Beijing masih merupakan faktor krusial. Setelah mengalami pemilihan legislatif, Beijing seharusnya menenangkan diri, dan memperhatikan aspirasi warga Hong Kong. 

1. Pembangunan di wilayah atau negara mana pun, adalah mengandalkan suatu sistem dan rakyat yang dibina dari sistem ini. Tahun 1949, perkembangan di tiga tempat yakni Tiongkok, Taiwan dan Hong Kong secara kuat menjelaskan bahwa bangsa yang sama, sejarah dan budaya yang sama, di bawah sistem politik yang berbeda dapat melangkah jalan perkembangan ekonomi yang sama sekali berbeda. 

Tiongkok pun tidak mampu menyangkal fakta bahwa pada era 1980-an, gelombang pertama investasi asing yang dibuka di daratan Tiongkok, adalah dana milik etnis Tionghoa yang didominasi oleh dana dari Hong Kong dan Taiwan. Pada waktu itu dana Jepang dan Korea, jummlahnya jauh lebih sedikit daripada Hong Kong dan Taiwan. 

2. Bertentangannya hati masyarakat adalah elemen penting pertama yang membentuk himpunan kekuatan politik. Pengakuan “warga Hong Kong” terhadap orang Tiongkok dan warga negara Republik Rakyat Tiongkok sangat rendah, yang faktanya menerangkan bahwa mereka tidak mengakui sistem politik Komunis Tiongkok. 

Pengakuan warga terhadap negara, ditentukan apakah negara mampu memberikan rasa memiliki yang kuat. Rasa memiliki ini sebagian juga dibangun di atas kekayaan atau kekuatan negara, tapi yang lebih penting lagi adalah apakah negara mampu memberikan kekuatan moralitas yang menyentuh hati. Tiongkok pada saat ini, justru tidak memiliki hal yang satu ini.

3. Membiarkan Hong Kong melakukan otonomi sendiri, adalah pilihan bijak untuk memerintah Hong Kong. Pada Maret 2013, saat berkunjung ke Rusia Xi Jinping dalam pidatonya mengatakan: “Sepasang sepatu apakah sesuai, baru bisa diketahui kalau sudah dipakai, jalan perkembangan suatu negara, hanya bisa dipahami oleh warga negara itu.”

Ungkapan itu langsung beredar di internet dan berubah menjadi “teori sepatu dan kaki”. Dengan prinsip yang sama disimpulkan, warga Hong Kong merasa “sepatu” atau sistem politik itu cocok di kaki mereka atau tidak, adalah hal yang paling penting. Karena Beijing telah membatasi hak warga Hong Kong untuk memilih “sepatu”, mereka merasa sepatu itu menjepit kaki, sangat tidak nyaman, maka kemarahan pun dilampiaskan pada Beijing selaku pemberi “sepatu”. Selain Xinjiang, Tibet, dan Taiwan, kekuatan yang melawan Beijing kini bertambah lagi satu yakni “Hong Kong, pulau yang membangkang”, sungguh tidak bijaksana. 

Dibawah sistem setengah demokrasi di Hong Kong, bagaimana kelak warga Hong Kong akan terus dijadikan pion, mulai sekarang akan menjadi permainan politik utama antara Hong Kong dengan Beijing. (SUD/WHS)

Capai Kesepakatan Dagang Bertahap dengan Amerika Serikat, Taktik Komunis Tiongkok Mengulur Waktu

0

Zhou Xiaohui    

Pada 15 Desember 2019 dua hari menjelang akan diberlakukannya tarif baru, telah tercapai kesepakatan tahap pertama antara Amerika Serikat dengan Komunis Tiongkok.

Kedua negara telah mengumumkan konten garis besar dokumen kesepakatan tersebut. Termasuk dalam dokumen tersebut prakata, kekayaan intelektual, transfer teknologi, produk pangan dan pertanian, layanan finansial, nilai tukar mata uang dan transparansinya, perluasan perdagangan, penilaian kedua pihak dan penyelesaian sengketa dan aturan terakhir.

Total sebanyak sembilan bab. Itu adalah kesepakatan dagang yang selama ini terus dipertahankan oleh pemerintah Trump, harus mencakup perubahan struktural dan mekanisme pelaksanaannya.

Walaupun pada konferensi pers pihak Tiongkok terus berusaha keras menciptakan semacam kompromi yang seimbang dan tetap memperlihatkan sikap keras terhadap Amerika Serikat, tapi masyarakat melihat jelas, inilah akibat bagi pemerintah yang pernah sesumbar “Amerika Serikat bagaikan angkat batu dan dijatuhkan di kaki sendiri” dan “tidak takut perang. Dari yang awalnya bersikeras tidak mengalah sampai sekarang akhirnya semua bisa dikompromikan.

Akan tetapi, bagi pihak Komunis Tiongkok, hasil yang langsung dapat dirasakan oleh Komunis Tiongkok dengan tercapainya kesepakatan ini adalah Amerika Serikat telah membatalkan tambahan tarif terhadap produk impor dari   Tiongkok senilai USD 160 milyar atau sekitar Rp.2.239 triliun yang mestinya diberlakukan pada 15 Desember 2019 yang lalu. Ini adalah hal yang paling ditakuti Beijing, juga membuat petinggi Beijing bisa bernafas lega sejenak.

Di tengah kesulitan perekonomian Tiongkok sekarang ini, yang paling dikhawatirkan adalah tambahan tarif putaran baru dari Amerika akan mengakibatkan pukulan kuat terhadap Komunis Tiongkok. Hal itu memaksa Beijing buru-buru mencapai kesepakatan tahap pertama   sebelum tanggal 15 Desember 2019. Komunis Tiongkok, bahkan juga menyetujui mekanisme pelaksanaan yang selama ini ditentangnya dengan keras.

Persis seperti yang dikatakan oleh Wakil Menteri Keuangan Komunis Tiongkok yakni Liao Min pada konferensi pers saat ditanya wartawan, “Yang paling mendesak saat ini adalah menandatangani dan mengimplementasikan kesepakatan tahap pertama”.

Yang dikatakan Liao Min memang tidak salah, walaupun kedua pihak secara prinsip telah menyetujui isi kesepakatan, tapi dengan track record Komunis Tiongkok yang plin-plan dan tidak menepati janji, pihak AS masih bersikap mewaspadai Komunis Tiongkok apakah kali ini benar-benar akan menandatangani kesepakatan atau tidak.

Apalagi, akan halnya kapan kesepakatan ditandatangani, perwakilan perundingan Amerika Serikat Robert Lighthizer secara jelas mengatakan, akan ditandatangi pada pertemuan tingkat menteri yang akan diselenggarakan di Washington DC bulan Januari tahun depan, dan tidak melibatkan Presiden Trump dan Xi Jinping.

Sedangkan pihak   Tiongkok mengatakan “langkah selanjutnya kedua pihak akan segera menyelesaikan ulasan hukum, mencocokkan dan mengoreksi terjemahan dokumen serta prosedur yang dianggap perlu, dan melakukan perundingan untuk pengaturan jadwal guna penandatanganan resmi”. Komunis Tiongkok menghindari topik mengenai tanggal penandatanganan kesepakatan.

Menurut jadwal dari Amerika, pemerintah Beijing hanya punya waktu kurang dari sebulan dari sekarang yakni 15 Desember 2019 untuk mempertimbangkan apakah akan menandatanganinya atau tidak. Bisa dikatakan, saat ini setelah petinggi Beijing kembali berjanji pada Januari terlepas ditandatangani atau tidak, akan berakibat buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Komunis Tiongkok.

Di satu sisi, jika kesepakatan itu ditandatangani, Beijing harus memastikan menepati janjinya, yakni sistem ekonomi dagang Tiongkok dalam hal kekayaan intelektual, alih teknologi, produk pertanian, layanan finansial dan nilai tukar mata uang harus dilakukan reformasi struktural, dalam beberapa tahun ke depan akan membeli banyak produk dan layanan dari Amerika.

Menurut penjelasan Lighthizer, pihak Tiongkok setuju dalam tempo 2 tahun meningkatkan belanja produk pertanian Amerika senilai USD 32 milyar atau sekitar 448 triliun rupiah. Pada tahun pertama berlakunya kesepakatan itu, akan membeli produk pertanian Amerika senilai USD 40 milyar atau 560 triliun rupiah). Pihak Tiongkok juga berjanji dalam 2 tahun meningkatkan pembelanjaan produk dan layanan Amerika termasuk produk pertanian senilai USD 200 milyar atau 2.799 triliun rupiah.

Di saat yang sama, Amerika mempertahankan tarif masuk 25% terhadap produk dari Tiongkok senilai USD 250 milyar atau sebesar 3.499 triliun rupiah. Produk Tiongkok selebihnya yang dijual ke Amerika sekitar USD 120 milyar, dikurangi setengah tarifnya dari 15% menjadi 7,5%. Pengurangan tarif masuk tersebut akan berlaku 30 hari setelah kesepakatan ditandatangani.

Hal yang patut diperhatikan adalah, Amerika tidak menjanjikan akan menurunkan tarif masuk di masa mendatang; tapi menyatakan, jika pihak Komunis Tiongkok serius berunding, Amerika tidak akan memberlakukan tarif masuk baru.

Yang membuat takut para petinggi Beijing yang selama ini bersikap “bersikeras bertahan hingga akhir” adalah, begitu kesepakatan ditandatangani, tapi masih terus berkelit tidak mau menepati janji, mencari berbagai alasan menolak menepati janji, maka mekanisme dalam kesepakatan itu akan menimbulkan fungsi penting.

Jika penilaian Amerika menganggap pihak Tiongkok tidak bisa memenuhi janjinya, maka Amerika akan memberlakukan senjata tarif masuk. Ini juga berarti kesepakatan batal.

Jika secara serius menepati kesepakatan, maka akan dinilai sebagai langkah bijak petinggi Beijing, akan mendorong peralihan ekonomi Tiongkok, yang kemudian akan mendorong perubahan politik Tiongkok.

Di sisi lain, jika pada saat itu tidak menandatangani kesepakatan, Beijing kembali menambah catatan kriminal melanggar janji. Pada saat itu, tarif masuk yang diberlakukan Amerika tidak hanya 15% atau 25% saja. Apakah ekonomi Tiongkok masih dapat menerima pukulan keras seperti itu?

Jelas, dilihat dari orang yang menyampaikan sikap Beijing bukan perwakilan perundingan dagang utama yakni Liu He, dari menghindarnya Beijing tentang kapan kesepakatan akan ditandatangani, kapan mulai perundingan tahap kedua dan lain-lain, tidak bisa diabaikan kali ini Beijing tetap menempuh taktik mengulur waktu. Komunis Tiongkok, mencoba mendapatkan tambahan waktu, dan sama sekali tidak pernah meninggalkan taktik menundanya.

Setidaknya dari menurut para pengamat tindakan Beijing mempersiapkan untuk melepaskan diri dari belenggu Amerika itu, dinilai tidak melihat adanya niat baik Beijing.

Oleh sebab itu, walaupun kesepakatan akan ditandatangani pada Januari 2020, Beijing yang sudah tak berdaya masih bisa mencari berbagai alasan dan cara untuk menunda-nunda menandatangani kesepakatan. Bisa jadi Komunis Tiongkok melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang dijanjikannya, serta terus mengulur waktu. (SUD/WHS)


FOTO : Para negosiator perdagangan AS – Tiongkok. (Mark Schiefelbein/AFP/Getty Images)

Mantan Karyawan Mengungkapkan Kebobrokan Huawei

Olivia Li – The Epochtimes

Raksasa telekomunikasi Tiongkok, Huawei, mendapat reputasi buruk di seluruh dunia setelah informasi dari mantan karyawan Huawei yang dipublikasikan secara online. Mantan karyawan Huawei yang lain membagikan pengalamannya dengan The Epoch Times pada tanggal 5 Desember 2019. Menurutnya saat Huawei dikalahkan, rezim Komunis Tiongkok hampir hancur total karena Huawei adalah benteng terakhir rezim Komunis Tiongkok. 

Jin Chun memperoleh gelar master dalam ilmu komputer di Irlandia dan bekerja untuk Huawei pada penelitian data besar selama tiga tahun sebelum meninggalkan Huawei pada bulan April tahun ini. Jin Chun mengatakan bahwa Huawei sebenarnya adalah agen rezim komunis Tiongkok, unit militer yang menggabungkan kegiatan komersial, spionase, intelijen, dan pencurian teknologi dalam operasinya sehari-hari.

Pelapor Pelanggaran Dikirim ke Penjara dan Disiksa

Li Hongyuan, yang bekerja untuk Huawei selama 13 tahun, diberhentikan dan dipenjara selama delapan bulan setelah berusaha memaparkan korupsi di dalam Huawei. Kisahnya menjadi viral di media sosial Tiongkok.

Menurut Jin Chun, ada banyak korban yang juga dirugikan oleh Huawei. Kebanyakan korban memilih untuk diam karena jika mereka berbicara, tidak ada yang berubah dan malahan mereka harus menanggung akibatnya.

“Di Tiongkok, bahkan Mahkamah Agung tidak akan menghukum Huawei berdasarkan hukum yang berlaku,” kata Jin Chun.

Para mantan rekannya di Huawei mengatakan kepadanya bahwa beberapa karyawan Huawei memiliki pengetahuan mengenai rahasia Huawei yang paling disembunyikan di mana mereka dilarang untuk membocorkannya.

Menurut Jin Chun, beberapa karyawan  berusaha mengungkapkan bahwa mereka menjual peralatan Huawei di Iran. Bukti mereka mencakup visa masuk yang diberikan oleh Iran dan catatan pembayaran subsidi usd 100 per hari yang mereka terima saat bekerja di sana. Tetapi polisi Tiongkok dan sistem peradilan tidak akan menangani kasus-kasus iitu secara terbuka karena itu adalah rahasia.


“Karyawan-karyawan tersebut dikirim ke penjara dengan tuduhan pemerasan dan disiksa sampai mereka berjanji untuk tidak pernah mengungkapkan rahasia apa pun setelah mereka dibebaskan. Ini menjelaskan mengapa tidak ada korban Huawei yang pernah mengajukan keluhan terhadap polisi, tetapi terus mengungkapkan kemarahan mereka pada Huawei,” kata Jin Chun. 

Hubungan dengan Keamanan Nasional 

Jin Chun mengatakan masalah terbesar dengan Huawei adalah hubungan Huawei dengan Departemen Keamanan Nasional Tiongkok. Di permukaan, Huawei adalah entitas bisnis, namun tidak sesederhana itu. 

“Ada yang mengatakan Huawei dikendalikan oleh Partai Komunis Tiongkok. Saya mengatakan Huawei adalah bagian dari Partai Komunis Tiongkok itu sendiri. Itu adalah jelas sekali, ”kata Jin Chun. 

Oleh karena itu, adalah mustahil bagi Huawei untuk memiliki konflik kepentingan dengan Partai Komunis Tiongkok. Beberapa pemimpin puncak di Huawei berasal dari agen pemerintah Partai Komunis Tiongkok, baik Departemen Staf Umum milik tentara Tiongkok, maupun Departemen Keamanan Nasional. Itulah tepatnya latar belakang Huawei. Huawei pasti mewakili kehendak Partai Komunis Tiongkok.

Pada tanggal 22 November 2019, Pusat Penelitian Huawei di Beijing, yang adalah anak perusahaan Huawei yang utama, mengendalikan teknologi inti, mengumumkan perubahan besar dalam tim manajemen puncaknya. Mantan wakil ketua Ren Zhengfei, mantan ketua dan perwakilan hukum Sun Yafang, mantan direktur Xu Wenwei, Xu Zhijun, dan Guo Pingping semuanya mundur. Tian Xingpu, yang awalnya adalah kepala Pusat Penelitian Huawei di Beijing, menjadi penasihat hukum dan direktur baru. 

Jin Chun menjelaskan bahwa Ren Zhengfei dan mantan eksekutif lainnya adalah jelas berasal dari sistem intelijen Partai Komunis Tiongkok, dan identitas mereka telah terungkap. Oleh karena itu, Partai Komunis Tiongkok harus menggantinya dengan orang-orang yang tidak dikenal. 

Menurut Jin Chun, ada tiga alasan mengapa Huawei sangat menguntungkan. 

Pertama adalah dukungan dari rezim komunis Tiongkok.
Kedua adalah berbagai monopoli.
Ketiga adalah adopsi sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan Amerika. 

“Oleh karena itu Huawei menjadi salah satu yang paling sukses di antara semua perusahaan Partai Komunis Tiongkok,” kata Jin Chun. 

Dalam hal teknologi dan intelijen, Huawei adalah kompeten dan sangat kuat. Jin Chun, menunjukkan bahwa Huawei berkontribusi pada inisiatif “One Belt, One Road” (OBOR)  Tiongkok dan membantu rezim Komunis Tiongkok mengembangkan produk teknologi tinggi seperti pengenalan wajah, yang melibatkan berbagai aspek kriptografi.


Selain itu, Huawei mengadopsi aspek-aspek tertentu dari manajemen gaya barat, seperti, IBM dan KGB bekas Uni Soviet. Gedung-gedung Huawei dibagi menjadi zona kode warna: Biru, hijau, kuning, dan merah, di mana merah adalah untuk  kelas atas. Karyawan dilarang untuk berkomunikasi atau berbagi data dengan karyawan di zona lain. Untuk mengakses data dari zona lain, seorang karyawan harus terlebih dahulu mendapatkan izin. 

Pengumpulan Data Pribadi 

Jin Chun mengungkapkan bahwa Huawei tidak hanya memantau warga Tiongkok yang tinggal di Tiongkok, tetapi juga mengumpulkan informasi dari warganegara Tiongkok di luar negeri. 

Misalnya, IMEI (International Mobile Equipment Identity) adalah kode 15 atau 17 digit yang secara unik mengidentifikasi setiap perangkat telepon seluler. Huawei melacak kode IMEI warganegara Tiongkok di luar negeri untuk mengumpulkan informasi pribadi pemilik, seperti, alamat, profesi, dan hubungan sosial. 

Jin Chun mengatakan di beberapa negara Barat, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan banyak negara Eropa, dilarang oleh hukum untuk mengumpulkan informasi IMEI, tetapi Huawei masih berusaha melakukannya di negara itu. 

Selain itu, Huawei membantu beberapa negara Afrika dan Eropa Timur, termasuk Rumania, dengan berbagai proyek pengawasan dan juga diduga bekerja sama dengan Deutsche Telekom AG Jerman dalam proyek akuisisi data. 

“Para eksekutif perusahaan memberitahu kami bahwa proyek pengawasan semuanya adalah pengawasan yang diizinkan secara hukum. Itu pasti adalah kebohongan belaka,” kata Jin Chun.

Spesialisasi Jin Chun adalah analisis data besar, jadi departemen tempat ia bekerja berfokus pada menganalisis kesukaan, preferensi, dan kepribadian orang, dan pola pengeluaran orang tersebut yang diantisipasi di masa depan. 

Dengan kata lain, Huawei tidak hanya menggunakan teknologi pengawasan dan analisis datanya untuk membantu Departemen Keamanan Nasional Tiongkok memantau rakyat Tiongkok, tetapi juga menghasilkan keuntungan dengan mempelajari kebiasaan konsumen. 

“Adalah tidak mudah untuk mencapai semua ini,” Jin Chun menjelaskan.  

Jin Chun mengunkapkan, pertama-tama, analisis data perlu menggali banyak informasi pribadi dan mengetahui kebiasaan belanja orang tersebut. Sistem itu mampu membuat prediksi tertentu. Saat orang tersebut tiba-tiba melakukan sesuatu di luar apa yang dapat diprediksi, sistem akan berusaha menganalisis: Apakah orang ini telah belajar untuk menerobos firewall Internet? Apakah ia menjadi mata-mata asing? Hal tersebut adalah sangat sulit, namun departemen saya dapat melakukan analisis yang tepat.

Tidak Banyak Inovasi, Kebanyakan adalah Hasil Jiplakan

Tidak lama setelah bergabung dengan Huawei, Jin Chun menemukan bahwa adalah Huawei sangat berbeda dari gagasannya mengenai perusahaan teknologi-tinggi yang layak.

Banyak yang disebut inovasi sebenarnya adalah hasil jiplakan. Faktanya, Huawei tidak memiliki banyak inovasi. Jauh lebih sering, Huawei hanya mengambil jalan yang sedang dilalui perusahaan lain, dan memaksa pesaing menuju jalan buntu. 

Huawei dapat melakukan itu karena didukung oleh aparat negara bertangan besi. Seluruh sistem peradilan selalu berpihak pada Huawei. Pada akhirnya, semua paten menjadi milik Huawei, bahkan penemuan oleh perusahaan lain akhirnya menjadi kekayaan intelektual Huawei. Itulah yang menjadikan Huawei bangkit menjadi perusahaan teknologi informasi nomor satu di Tiongkok.

Menurut Jin Chun, tahun lalu, seorang karyawan di Pusat Penelitian Huawei di Nanjing melaporkan kepada manajer puncak cabang Nanjing bahwa sebuah tim proyek mengklaim mengembangkan alat baru yang sebenarnya dijiplak dari Komunitas Perangkat Lunak Sumber Terbuka milik Tiongkok. 

Manajer yang menerima suratnya membalas dendam padanya, dan hampir mengusirnya dari Huawei. Seluruh perusahaan Huawei kemudian meluncurkan propaganda intensif, menggunakan dalih untuk mempertahankan pengembangan baru tersebut sebagai asli.

Jadwal Kerja yang Melelahkan dan Lingkungan Kerja yang Tidak Bersahabat

Huawei tanpa malu-malu menyatakan bahwa Huawei memuja dan mengadopsi lingkungan kerja yang agresif dan kejam yang dikenal sebagai “kebudayaan serigala.”

Jin Chun mengatakan ia lebih suka menyebutnya sebagai “kebudayaan anjing plus serigala” karena karyawan bekerja seperti anjing setiap hari, dan Huawei mendesak karyawan agar saling mengadu dan menggertak satu sama lain.

Memaksa Karyawan untuk Berhenti Kerja dengan Sukarela Karena Tidak Tahan dengan  Jadwal Kerja yang Gila

Menurut Jin Chun, sebagian besar karyawan hanya memiliki 4 hari libur setiap bulan. Jam kerja biasa adalah 9 pagi sampai 11 malam. Saat sebuah proyek berada pada tahap penting, para insinyur memiliki satu hari libur sebulan. Mereka yang bekerja sampai jam 3 pagi dapat mengambil cuti setengah hari keesokan paginya.

Yang terburuk, saat Huawei perlu untuk mengurangi tenaga kerja, bukannya merumahkan karyawan dengan memberikan paket pesangon, malahan manajemen membuat karyawan bekerja lembur dengan jadwal yang gila, sehingga karyawan akan berhenti dengan sendirinya.


Pada bulan Januari tahun ini, CEO Huawei Ren Zhengfei mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk “menghapus karyawan yang biasa-biasa saja.” Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam pada bulan Mei 2019, Huawei merasakan kebutuhan mendesak untuk memangkas tenaga kerjanya. 

“’PHK’ yang saya tahu tercapai seperti ini: Dalam tim proyek yang terdiri dari sekitar 40 orang, manajer memaksa para insinyur untuk bekerja hingga tengah malam setiap hari. Akhirnya, 90 persen insinyur tersebut berhenti dengan sendirinya, sehingga hanya menyisakan empat insinyur di tim proyek tersebut,” kata Jin Chun.

Faktanya, proyek yang mereka kerjakan tidak pernah dikirimkan, tetapi manajer proyek mendapat kenaikan gaji karena ia membantu menyingkirkan lusinan karyawan yang tidak lagi dibutuhkan. 

Huawei hanya suka melecehkan  karyawan seperti itu, memaksa karyawan untuk berhenti secara sukarela, sehingga tidak dihitung sebagai PHK.

Kejadian itu membantu Jin Chun menyadari bahwa Huawei adalah mesin penggiling daging yang melayani otoritas totaliter, menggunakan jubah manajemen teknologi-tinggi dan bergaya barat. 

“Huawei dibangun dan dikembangkan berdasarkan mekanisme penghisap darah. Semua kontribusi anda dikaitkan dengan manajemen, dan anda tidak punya apa-apa. Jika manajer menyukai kepatuhan anda, mereka mungkin memberi anda hadiah kecil; jika mereka pikir anda tidak patuh, mereka tidak akan memberi anda apa-apa dan bahkan membalas dendam,” kata Jin Chun.

Karyawan Saling Mengadu  

Jin Chun menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk keluar dari Huawei. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Huawei secara terbuka mendorong karyawan untuk saling mengadu. Pada rapat staf awal tahun ini, seorang manajer membaca pernyataan resmi Huawei untuk memberitahu semua karyawan bahwa akun email yang ditunjuk disiapkan untuk karyawan untuk melaporkan karyawan yang lain. 

“Bukankah hal tersebut sama dengan Revolusi Kebudayaan versi lain? Saya tidak suka lingkungan kerja semacam ini. Saya belajar dari salah satu forum di dalam Huawei bahwa beberapa kali, karyawan yang dilaporkan kemudian dikirim ke penjara. Jauh lebih sering, orang yang masuk penjara adalah manajer divisi, didakwa melakukan penggelapan, dan hukuman penjara biasanya 10 hingga 11 tahun. Kami semua bertanya-tanya bagaimana situasi sebenarnya dalam kasus-kasus ini. Saya kira hanya eksekutif puncak Huawei yang tahu,” kata Jin Chun.


Menggunakan perangkat lunak untuk menghindari firewall Tiongkok, Jin Chun mengatakan ia pernah melihat-lihat situs web di luar negeri. Saat ia membaca laporan berita Voice of America, seorang manajer datang dan melihat apa yang sedang ia lakukan. Jin Chun takut ia akan dilaporkan dan dihukum, jadi ia memutuskan untuk segera menyerahkan surat pengunduran diri. 

Huawei Adalah Benteng Terakhir Partai Komunis Tiongkok 

Menurut Jin Chun, Huawei bukan hanya perusahaan perorangan, Huawei adalah rantai industri besar. Selain pusat penelitian milik anak perusahaan Huawei di Beijing, Nanjing, Shanghai, Xi’an, dan India, ada juga banyak perusahaan outsourcing dan subkontrak di hilir yang dikendalikan langsung oleh Huawei atau yang hak kekayaan intelektualnya dikendalikan oleh Huawei. 

Huawei memiliki sekitar 200.000 karyawan dan Pusat Penelitian Huawei di Beijing dan Nanjing masing-masing memiliki lebih dari 10.000 karyawan. Secara keseluruhan, ada beberapa juta karyawan di perusahaan Huawei.

Jin Chun secara khusus menyebutkan bahwa Pusat Penelitian Huawei di Beijing terlibat dalam pengembangan teknologi Core Network, serta data dan teknologinya adalah yang paling sensitif. Misalnya, sebuah negara di Eropa membeli peralatan Huawei dan Huawei, melalui interaksi jaringan negara tersebut dengan negara-negara lain, dapat mencuri teknologi dari seluruh Eropa. 

Baik Huawei maupun Pusat Penelitian Huawei di Beijing memiliki hubungan yang sangat baik dengan Deutsche Telekom dan Belgian Telecom, dan mereka memiliki banyak kerja sama bisnis. 

Huawei memang perusahaan paling kuat di bawah kendali Partai Komunis Tiongkok. Karena Huawei belajar memanfaatkan filosofi dan teknologi bergaya barat untuk melayani rezim totaliter. Oleh karena itu, Huawei adalah komponen Partai Komunis Tiongkok yang paling berbahaya dan membawa kerusakan terbesar bagi dunia.

“Hati nurani saya memaksa saya untuk berbicara. Saya merasa bahwa jika Huawei dapat dikalahkan, maka Partai Komunis Tiongkok akan sangat dekat dengan kehancuran total karena Huawei adalah benteng terakhir dan benteng terkuat milik Partai Komunis Tiongkok. Namun, jika Huawei tidak dapat dikalahkan, Huawei adalah benar-benar mimpi buruk bagi seluruh umat manusia,” papar Jin Chun. (vv)


FOTO : Papan informasi untuk bus antar-jemput karyawan dipajang di dekat gedung kantor Huawei di pusat penelitian dan pengembangannya di Dongguan, Provinsi Guangdong, Tiongkok pada 18 Desember 2018. Perselisihan Amerika Serikat dengan Tiongkok mengenai larangan menggunakan teknologi telekomunikasi Huawei meluas ke Eropa, pasar asing terbesar perusahaan tersebut, di mana beberapa negara juga mulai menghindari sistem jaringannya karena masalah keamanan data. (Andy Wong / AP)

Pemerintahan Trump Umumkan Langkah Baru untuk Batasi Pengajuan Suaka

0

Epochtimes.com

Pemerintahan Trump pada hari Rabu 18 Desember 2019 mengumumkan, pihaknya akan merevisi peraturan tentang aplikasi suaka untuk melarang warga asing yang kedapatan memasuki kembali ke Amerika Serikat secara ilegal.

Selain itu, larangan mengemudikan kendaraan dalam keadaan mabuk. Lainnya adalah melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan kejahatan lainnya untuk mengajukan permohonan suaka di Amerika Serikat.

VOA News mengutip pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Kehakiman AS dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS melaporkan, bahwa mereka akan melakukan revisi terhadap peraturan tentang penyaringan pengajuan suaka.

Menurut proposal ini, selain pembatasan yang sudah diatur oleh undang-undang federal, tujuh kejahatan tingkat ringan di bawah ini akan ditambahkan sebagai alasan untuk menolak pengajuan suaka.

1, Pernah melanggar hukum federal atau negara bagian.

2, Pernah melindungi imigran gelap atau memasuki wilayah AS secara ilegal.

3, Kedapatan memasuki kembali AS secara ilegal.

4, Pernah melanggar hukum federal, negara bagian, aturan suku, atau lokal dan terlibat kegiatan kriminal geng jalanan.

5, Pernah melanggar hukum federal, negara bagian, aturan suku atau lokal tertentu dan terkait dengan perbuatan karena mengemudikan kendaraan dalam keadaan mabuk.

6, Pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga yang diatur oleh hukum federal, negara bagian, suku, atau lokal. Meskipun tidak dipidana, tetapi oleh seorang arbiter telah dianggap bahwa perbuatan kekerasan dalam rumah tangga tergolong kejam.

7, Pernah melakukan perbuatan kriminal yang oleh hukum federal atau negara bagian dianggap ringan, termasuk pemalsuan identitas, memperoleh keuntungan publik secara ilegal dari entitas federal, negara bagian, suku, atau lokal, dan memiliki atau menyelundupkan narkoba atau peralatan narkoba.

Aturan-aturan ini juga harus melalui periode mendengarkan komentar masyarakat baru  dapat diproses.

Kementerian Kehakiman dalam pernyataannya menyebutkan : Setelah proses pembuatan peraturan diselesaikan, kedua Kementerian yakni Kementerian Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri akan dapat mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk mempertimbangkan kasus-kasus suaka. Yang mana, diajukan warga asing yang mana bersih dari perbuatan kriminal.

Ketentuan yang berlaku saat ini tentang pengajuan aplikasi suaka telah mendaftarkan tindakan tertentu sebagai larangan keras suaka, termasuk penganiayaan terhadap orang lain dan pemohon yang pernah melakukan kejahatan berat tertentu. Bahkan, terlibat dalam kejahatan serius non-politik, ancaman keamanan, kegiatan teroris dan mereka yang telah mendapatkan penempatan baik yang diberikan oleh negara ketiga. 

Laporan Associated Press menyebutkan bahwa ini adalah langkah lain yang diusung Presiden Trump untuk membatasi suaka. 

Menurut administrasi Trump, meskipun beberapa imigran tidak memenuhi syarat untuk suaka. Mereka telah menggunakan sistem aplikasi suaka yang berlaku di Amerika Serikat untuk tinggal di Amerika Serikat dalam waktu yang lama dengan alasan sedang menunggu proses permohonan suaka. Sebagian alasan karena ambang batas untuk screening terhadap suaka terlampau rendah. 

Di sisi lain, para pembela hak-hak imigran dan organisasi kemanusiaan telah mengkritik kebijakan keras pemerintahan Trump yang dianggap kurang berperikemanusiaan. Mereka mengatakan, Amerika Serikat mengabaikan peran kepemimpinannya dalam memberikan suaka kepada para pengungsi.

Pejabat Gedung Putih pada 26 September mengatakan bahwa pada tahun fiskal 2020, Amerika Serikat diperkirakan akan menerima 368.000 orang pengungsi dan pencari suaka. Di antaranya termasuk 18.000 orang pengungsi dan lebih dari 350.000 orang pemohon suaka. (Sin/asr)

Ternyata Ini Penyebabnya Ular Kobra Bermunculan di Mana-mana

0

ETIndonesia – Ular kobra bermunculan di sejumlah daerah Indonesia. Puluhan anak ular kobra itu ditemukan di pemukiman warga di pulau Jawa yakni di Bogor, Jember, Jakarta Timur, Klaten dan Yogyakarta. Meski belum ada korban jiwa, tentunya fenomena ini patut diwaspadai. Apa kata peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)?

Ular kobra atau disebut juga ular sendok adalah jenis ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut ular sendok karena ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya, melengkung menyerupai sendok, apabila merasa terganggu atau merasa terancam oleh musuhnya. Ular ini juga memiliki kemampuan menyemprotkan bisa (venom).

Peneliti reptil dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Amir Hamidy mengungkapkan, terdapat dua jenis ular kobra di Indonesia.

“Kobra sumatra atau Naja sumatrana yang terdapat di Sumatra dan Kalimantan dan kobra jawa atau Naja sputarix yang terdistribusi di Jawa, Bali, Lombok, Komodo, Rinca, Sumbawa, dan Flores,” ujar Amir di Cibinong pada Kamis (12/12/2019) dilansir dari situs LIPI.

Menurut dia, ular kobra jawa menghuni tipe habitat seperti perbatasan hutan yang terbuka, savana, persawahan, dan pekarangan. Ular ini berukuran rata-rata 1,3 meter dan bisa mencapai ukuran panjang 1,8 meter. Sekali bertelur induk betina ular kobra Jawa dapat menghasilkan 10-20 butir telur.

Telur-telur tersebut akan menetas dalam rentang waktu tiga sampai empat bulan. Telur kobra diletakkan di lubang-lubang tanah atau di bawah serasah daun kering yang lembab.

“Awal musim penghujan adalah waktu menetasnya telur ular. Fenomena ini wajar, dan merupakan siklus alami,” lanjut Amir.

Menurut dia, suhu ruangan hangat dan lembap cenderung disukai oleh ular untuk tempat menetaskan telur. Hampir semua jenis ular, termasuk induk ular kobra pada periode tertentu, akan meninggalkan telur-telurnya dan membiarkan telur tersebut menetas sendiri. “Begitu menetas, anakan kobra akan menyebar ke mana-mana,” imbuhnya.

Penanganan gigitan

Ular kobra melumpuhkan mangsanya dengan menggigit dan menyuntikkan bisa pada hewan tangkapan melalui taringnya. Bisa tersebut melumpuhkan saraf dan otot mangsa hanya dalam beberapa menit saja.

“Meskipun masih bayi, ular kobra sudah memiliki kelenjar bisa yang mampu menghasilkan bisa dan berbahaya bagi manusia,” terang Amir.

Untuk menghindari masuknya ular ke rumah dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan rumah. “Gunakan pembersih lantai dengan aroma yang menyegat karena ular tidak suka dengan bau yang tajam,” terang Amir.

Selain itu juga hindari meninggalkan sampah bekas makanan di rumah. “Sampah ini dapat mengundang tikus yang merupakan salah satu mangsa ular,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan untuk selalu bersihkan rumah dari tumpukan barang-barang, termasuk perkarangan rumah dari tumpukan daun-daun kering atau material yang menumpuk. “Tempat tempat itu bisa menjadi tempat persembunyian ular,” tambahnya.

Dirinya menjelaskan, prinsip pengendalian populasi ular tentunya perlu memperhatikan keseimbangan ekosistem sehingga tidak menimbulkan permasalahan ekologi. Untuk keamanan manusia, pemindahan ular bisa dilakukan dengan pendampingan dari petugas yang berwenang dan memiliki pengetahuan untuk menangani ular berbisa.

“Jika terjadi kasus gigitan ular kobra, maka penanganannya dapat mengikuti petunjuk terbaru dari WHO tentang Managemen Kasus Gigitan Ular. Antibisa kobra jawa sudah tersedia di Indonesia, sehingga masyarakat dapat memastikan ketersediaan tersebut dengan mengetahui letak rumah sakit terdekat yang memiliki stok antibisa,”pungkasnya. (LIPI/asr)

Menurut Orang Dalam, Kolonel Tiongkok di Garnisun Tentara Hong Kong Naik Pangkat Melalui Suap

0

Nicole Hao – The Epochtimes

Seorang perwira senior di garnisun militer Tiongkok yang ditempatkan di Hong Kong yang dicemooh sebagai “kolonel Rolex” menyuap untuk mendapatkan pangkatnya. Informasi itu diungkap orang dalam kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin.

Kolonel Wang Yanshun, kepala logistik di pasukan Pembebasan Rakyat Tiongkok  garnisun Hong Kong, menghabiskan banyak uang untuk dipromosikan menjadi komandan kedua di bawah komandan garnisun Mayor Jenderal Chen Daoxiang.

Orang dalam yang membeberkan info suap Kolonel Wang Yanshun itu mengklaim keakraban pribadi Chen Daoxiang dengan Wang Yanshun.  

Menurut orang dalam itu menyebutkan bahwa Wang Yanshun, yang berasal dari Provinsi Shandong, Tiongkok, bergabung dengan Tentara Pembebasan Rakyat pada tahun tahun 1987. Wang Yanshun bertugas di Batalyon Auto-Logistik Angkatan Udara Departemen Militer Beijing setelah lulus dari Universitas Logistik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat pada tahun 1991.

Pada 9 tanggal Agustus 2019, Wang Yanshun dan Chen Yading, wakil komisaris politik garnisun, memimpin sekitar 400 tentara dari unit tersebut untuk menyumbangkan darah di Palang Merah Hong Kong. Info dilaporkan oleh HK01, sebuah kantor pro-Beijing. Itu adalah pertama kalinya Wang Yanshun tampil di depan umum di Hong Kong.

Pada tanggal 16 November 2019, Wang Yanshun memimpin sekitar 50 tentara Tentara Pembebasan Rakyat, anggota tim pasukan khusus elit, membersihkan batu bata dan barikade di jalan dekat Universitas Baptis Hong Kong di Kowloon.

Sementara para prajurit mengenakan kaus hijau zaitun dan kaus bola basket oranye, Wang Yanshun mengenakan kaus biru langit dan mengenakan arloji Rolex Oyster Perpetual Submariner Date Blue yang berantai emas putih. 

Menurut Apple Daily, arloji itu seharga 259.000 HKD atau sekitar RP. 528 juta. Harga yang diberikan di situs web Rolex Amerika Serikat adalah usd 36.850.

Kemampuan Wang Yanshun untuk membeli aksesori mahal semacam itu menarik perhatian banyak netizen Tiongkok, yang mengejeknya sebagai “kolonel Rolex,” karena gaji para petugas Tentara Pembebasan Rakyat yang rendah, walaupun sebagai pejabat yang lebih tinggi. Menurut media Tiongkok, seorang seorang kolonel logistik hanya mengharapkan gaji bulanan sebesar 10.000 yuan atau sekitar Rp. 20 juta lebih. 

Orang dalam mengatakan bahwa Wang Yanshun telah mengamankan posisinya melalui penyuapan, dan itu bukanlah untuk pertama kalinya ia menggunakan uang untuk mendapatkan promosi. 

Misalnya, pada tahun 1999, Wang Yanshun membayar suap untuk dipromosikan menjadi komandan batalyon dari jabatan wakil komandan batalyon.

“Para pemimpin Departemen Logistik Angkatan Udara berencana untuk mempromosikan…seorang wakil komandan batalion untuk menjabat  posisi tersebut,” orang dalam itu menjelaskan. 

“Wang Yanshun menyuap komandan departemen dengan 80.000 yuan atau sekitar Rp. 162 juta  dan menjabat posisi itu. Pada saat itu, gajinya kurang dari 2.000 yuan atau sekitar Rp. 4 juta  per bulan, dan 80.000 yuan adalah jumlah uang yang sangat banyak,” kata orang dalam itu. 

Berbicara mengenai tindakan Wang Yanshun baru-baru ini di Hong Kong, orang dalam mengatakan bahwa Wang Yanshun ingin dipromosikan menjadi wakil komandan garnisun dan berusaha meningkatkan kepercayaan atasannya.

“Tentu saja, Wang Yanshun akan menghabiskan sejumlah besar uang untuk menyuap jalannya ke posisi ini,” kata orang dalam itu.

Memberi suap untuk promosi telah menjadi praktik umum dalam Tentara Pembebasan Rakyat dalam beberapa dekade terakhir, yang mencerminkan tingginya tingkat korupsi di lembaga-lembaga negara dan Partai Komunis Tiongkok.

Pada tahun 2014, saat jenderal senior Tiongkok yang kini sudah meninggal, Xu Caihou sedang diselidiki, personel anti-korupsi yang dikirim untuk menyita harta haram di kediamannya seluas 2.000 are, dilaporkan menemukan ruang bawah tanah yang dipenuhi dengan kekayaan dan sekotak uang tunai. Masing-masing harta itu ditandai dengan nama-nama petugas yang telah memberi uang suap kepada Xu Caihou.

Pada tanggal 5 Maret 2015, Ming Pao, surat kabar Hong Kong melaporkan bahwa Lin Xiaochang, pendiri dan ketua Hengchang International Co. Ltd. yang berbasis di Filipina, mengatakan kepada Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok mengenai peringkat suap di antara para petugas.

Menurut Lin Xiaochang, keponakannya bekerja untuk Tentara Pembebasan Rakyat. Keponakannya itu memberitahu besaran uang suap. Untuk posisi komandan kompi, perlu memberi kepada pemimpin uang sebesar 200.000 yuan atau sekitar Rp. 407 juta. Uang 300.000 yuan atau sekitar Rp. 611 juta untuk komandan batalyon,  dan 1 juta yuan atau sekitar Rp. 2 milyar lebih untuk komandan resimen. (Vv)

Seorang tentara Tiongkok bergerak di pintu masuk ke markas besar Tentara Pembebasan Rakyat Hong Kong Garrison di distrik Admiralty di Hong Kong pada 7 Oktober 2019. (NICOLAS ASFOURI / AFP via Getty Images)

Menlu AS & Rusia Ungkap Rahasia yang Tak Kuasa Dibantah Beijing

0

Zhou Xiaohui

Pada 10 Desember 2019, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berturut-turut melangsungkan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov di Washington DC. Topik pembicaraan antara lain memperpanjang “New Strategic Arm Reduction Treaty (New START), Intermediate-Range Nuclear Force Treaty”, pengendalian nuklir militer, kerjasama dagang Rusia dengan Amerika Serikat, situasi Semenanjung Korea, masalah Suriah, situasi di Venezuela dan wilayah timur Ukraina dan lain-lain.

Kunjungan dan pernyataan sikap Lavrov mau tak mau menjadi sorotan Beijing, dan tindakan Rusia itu membuat Beijing merasa terzalimi.

Peristiwa itu terjadi di tengah sikap dan tindakan Amerika Serikat terhadap Komunis Tiongkok secara menyeluruh mulai dari aspek ekonomi dagang, politik, militer, Hak Asasi manusia, teknologi, internet dan lain-lain. Juga saat upaya Beijing menggandeng Rusia, Korut, Turki, Iran dan Suriah untuk membentuk “Pakta Warsawa” baru guna melawan Amerika Serikat.

Awalnya, baik Amerika Serikat maupun Rusia menyampaikan niat untuk memperbaiki hubungan. Dalam konferensi pers bersama Pompeo dan Lavrov, Pompeo menyatakan, bahwa Amerika Serikat dan Rusia harus memperbaiki hubungan. Sementara Lavrov menyatakan, pihak Rusia akan terus berdialog dengan Amerika dan memperbaiki hubungan kedua negara yang saat ini kurang menguntungkan kedua negara, juga kurang sejalan dengan kepentingan global secara keseluruhan.

Jelas bahwa makna perkataan Lavrov adalah memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat akan sejalan dengan kepentingan Rusia, termasuk kepentingan politik dan juga ekonomi.

Seperti dalam bidang ekonomi, Lavrov mengatakan, walaupun ada sanksi, namun nilai perdagangan Rusia dengan Amerika Serikat di masa pemerintahan Trump telah meningkat hingga USD 27 milyar atau sekitar Rp. 377 triliun. Nilai itu naik sekitar sepertiga dari masa pemerintahan Obama yang hanya USD 20 milyar atau sekitar Rp. 279 triliun.

Hal itu menjelaskan pesatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga telah menguntungkan Rusia yang masih terkena sanksi. Dan keajaiban yang diciptakan Trump bagi Amerika Serikat serta dampak keras terhadap perekonomian Tiongkok. Itu juga dilihat jelas oleh Rusia. Oleh sebab itu Rusia kembali menyampaikan sinyal akan terus memperbaiki hubungan.

Lavrov juga mengungkapkan, bahwa pihaknya pernah membandingkan dengan data di Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Swedia. Diperoleh data bahwa perlengkapan militer Tiongkok dan Amerika Serikat ternyata jauh berbeda, baik dalam hal jumlah senjata maupun dalam struktur gudang nuklir. Tiongkok sama sekali bukan pemain yang setara dibandingkan dengan Rusia apalagi Amerika Serikat. Pompeo juga membenarkan.

Yang dimaksud dengan struktur gudang senjata nuklir adalah masing-masing rasio jumlah sarana pengangkut strategis dan jumlah hulu ledak nuklir strategis.

Menurut kesepakatan “New START” yang dicapai Amerika Serikat dengan Rusia tahun 2010 lalu, penempatan aktual hulu ledak nuklir strategis oleh Amerika Serikat dan Rusia harus dikurangi hingga kurang dari 1.550 buah. Penempatan aktual sarana angkut strategis harus dikurangi hingga kurang dari 700 unit. Setelah kesepakatan itu ditandatangani, baik pihak Amerika Serikat maupun Rusia telah mewujudkan aturan tersebut.

Kini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat maupun Rusia sama-sama membenarkan jumlah senjata nuklir dan struktur gudang nuklir Tiongkok tidak setara dengan Amerika maupun Rusia. Lalu apakah demi memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat, membuat Rusia membocorkan rahasia Komunis Tiongkok pada pihak Amerika Serikat?

Dengan terungkapnya rahasia itu, sebenarnya memberitahu Beijing, seberapa berat bobot Komunis Tiongkok, baik Amerika Serikat maupun Rusia sangat paham.

Rusia menyetujui usulan Amerika Serikat agar Tiongkok ikut serta dalam perundingan militer. Menurut Lavrov, jika Komunis Tiongkok bersedia berunding, maka akan membahas sebuah program pelucutan nuklir secara multilateral.

Sementara Pompeo menyatakan, “Banyaknya sistem persenjataan akan mengakibatkan ketidak-stabilan strategi, maka kami berpendapat tidak hanya melibatkan Komunis Tiongkok dalam perundingan pengendalian militer, juga harus memasukkan segala bentuk ‘sarana kekuasaan’ milik Komunis Tiongkok yang dapat menyebabkan ketidak-stabilan strategi ke dalam New START. Di samping itu, juga Intermediate-Range Nuclear Force Treaty dan semua kesepakatan lain yang telah ditandatangani sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang. Itulah tujuan Amerika Serikat, yang juga merupakan tujuan Rusia. Kami harus mewujudkan hal ini!”

Karena kesepakatan New START akan berakhir pada 2021 mendatang, Rusia berharap agar dapat diperpanjang. Namun menurut Amerika Serikat kesepakatan tersebut akan ditanda-tangani pada era lain. “Mulai saat itu ancaman stabilitas strategi telah mengalami perubahan”, yang bermakna bahwa Komunis Tiongkok juga secara besar-besaran mengembangkan senjata nuklir. Alasan yang sama sebelumnya ketika Amerika Serikat mundur dari Intermediate-Range Nuclear Force Treaty, untuk menghadapi tantangan dari Komunis Tiongkok, Amerika Serikat tidak ingin terbelenggu oleh kesepakatan tersebut.

Sebenarnya sejak 4 April 2019 lalu, saat menemui Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He, Trump telah menyatakan harapan agar Tiongkok, Rusia dan Amerika Serikat dapat bersama-sama mengurangi senjata. Waktu itu Rusia telah merespon aktif, tapi pihak Beijing justru menolak usulan Trump tersebut. Kali ini, Rusia kembali menyatakan sikap menyetujui usul Komunis Tiongkok, dan Beijing masih saja menolak melibatkan diri dalam perundingan pengendalian militer.

Diduga alasan Beijing menolak ikut serta dalam perundingan pengendalian militer adalah, agar Rusia dan Amerika Serikat tidak tahu persis jumlah senjata strategis yang dimilikinya, dan secara psikologis bermain strategi mengelabuhi lawan terhadapi Amerika Serikat.

Tokoh pengamat yang memahami perwira militer Amerika Serikat dan pasukan militer Tiongkok menyebutkan, di media cetak terkait jumlah rudal Tiongkok, tidak tertutup kemungkinan banyak unsur menipu. Mereka berkata, “penipuan” adalah strategi yang kerap digunakan oleh militer Tiongkok.

Tidak diragukan, tindakan Rusia mengambil hati Amerika Seikat dengan mengeluarkan uang banyak membeli minyak bumi dari Amerika Serikat, membuat petinggi Beijing yang berniat meminjam kekuatannya untuk bersama-sama melawan Amerika Serikat, tidak senang.

Sisa kegembiraan pesta beberapa bulan sebelumnya masih terasa. Xi Jinping yang berkunjung ke Moskow bulan Juni 2019 lalu, mendapat perlakuan skala tinggi dari Presiden Rusia, Putin. Keduanya menandatangani lebih dari 30 kesepakatan kerjasama, sehingga meningkatkan hubungan Tiongkok dan Rusia dari “hubungan rekan strategis” meningkat menjadi “hubungan rekan kerjasama strategi seluruh aspek era baru”. Kedua tokoh itu bahkan saling menyebut “sahabat yang paling baik” dan “sobat yang paling akrab”.

Akan tetapi, terlepas dari tujuan masing-masing tokoh, betapa pun permainan sandiwara mereka, tapi saling mewaspadai antara keduanya tidak pernah lenyap. Menurut berita Radio Free Asia, sejak sebelum kunjungan Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping ke Rusia, juru bicara Rusia saat membicarakan perang dagang Amerika dengan Tiongkok mengatakan, “Ini bukan perang kami.”

Terhadap perang dagang Amerika Serikat – Tiongkok yang semakin menegang dan pengaruhnya terhadap Rusia, ajudan Presiden Rusia juga menyatakan sikap “tidak ada kaitannya dengan Rusia”. Pihak Rusia pun tidak mengeluarkan pernyataan dan tindakan apa pun yang mendukung Beijing dalam “menentang Amerika”.

Media massa Rusia lainnya mengungkapkan, proyek kereta api cepat “Moskow – Kazan” yang oleh Beijing selama ini dipropagandakan sebagai proyek percontohan kerjasama tingkat tinggi Tiongkok dengan Rusia, sampai saat ini tidak pernah terealisasi karena terus ditentang oleh Putin. Selain itu, banyak proyek kerjasama berskala besar Tiongkok dengan Rusia yang pernah digembar-gemborkan selama ini pada akhirnya tidak pernah ada realisasinya.

Kini Rusia telah beralih dari “tidak ada kaitannya dengan Rusia” terhadap perang dagang Amerika dengan Tiongkok, berubah menjadi menunjukkan bersikap baik pada Amerika. Rusia kembali menyatakan niatnya memperbaiki hubungan dengan Amerika. Sebenarnya itu merefleksikan, bahwa Moskow juga tidak memperhitungkan rezim Beijing, dan di baliknya terdapat kesimpulan yang diperoleh melalui analisa terhadap banyak data intelijen. Di tengah tren global anti komunis yang tengah terbentuk, pilihan Moskow sangat bijak.  (SUD/WHS)


FOTO : Menlu AS Mike Pompeo bersaksi selama sidang di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat di Capitol Hill di Washington pada 25 Juli 2018. (Alex Wong / Getty Images)

Menyambut Hari HAM Sedunia, 3,5 Juta Orang Menuntut Tindakan Hukum Terhadap Mantan Pemimpin Komunis Tiongkok Jiang Zemin

0

Liputan reporter the Epoch Times, Zhong Yuan dan reporter Zhang Dongxu melaporkan dari Taipei-Taiwan

Tahun 2019 menandai ke-20 tahun penindasan dan penganiayaan komunis Tiongkok terhadap Falun Gong. 

Melansir dari laporan epochtimes.com 8 Desember 2019, menyambut Hari Hak Asasi Manusia Internasional pada 10 Desember 2019, koordinator pengacara HAM Theresa Chu merilis statistik laporan global terbaru dalam gerakan tandatangan bersama, bertemakan “Dukungan masyarakat global pada rakyat Tiongkok yang menuntut hukum pidana terhadap Jiang Zemin atas kejahatannya melakukan penindasan dan penganiayaan terhadap Falun Gong”. 

Sejak Juli 2015 hingga 5 Desember 2019, lebih dari 3,5 juta orang dari 37 negara di seluruh dunia menandatangani laporan pidana. 

Tandatangan itu melaporkan ke Kejakasaan dan Mahkamah Agung Republik Rakyat Tiongkok atas kejahatan anti-kemanusiaan dan penganiayaan Jiang Zemin terhadap Falun Gong.

Jiang Zemin, lahir 17 Agustus 1926 yang kini berusia 93 tahun. Dia pemimpin generasi ketiga komunis Tiongkok setelah Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok sejak 1989 sampai dengan Tahun 2002. 

Pengacara Theresa Chu mengatakan, sejak tahun 2000, praktisi Falun Gong telah mengajukan tuntutan hukum pidana terhadap pelaku Jiang Zemin baik di Tiongkok maupun di luar negeri. 

Pada tahun 2015, diluncurkan “gerakan tandatangan bersama tentang dukungan masyarakat global pada rakyat Tiongkok. Gerakan tersebut  menuntut hukum pidana terhadap Jiang Zemin atas kejahatannya melakukan penindasan dan penganiayaan terhadap Falun Gong”. 

Gerakan tandatangan yang mencakup hingga benua Eropa, Asia dan Australia ini disebut-sebut sebagai gerakan HAM internasional yang menuntut tanggung jawab hukum terbesar di abad ke-21dari pemimpin Komunis Tiongkok yang melakukan pelanggaran HAM.

Hingga 5 Desember 2019, sebanyak 3.507.705 orang dari 37 negara dan wilayah di seluruh dunia telah menandatangani laporan kriminal terhadap tersangka Jiang Zemin. 

Menurut statistik, jumlah terbanyak orang yang ikut serta melaporkan tindakan hukum pada Jiang Zemin berasal dari Taiwan yakni 1.172.920 orang, Jepang 838.295 orang, dan Korea Selatan 671.422 orang. 

Sementara dari Eropa, total 28 negara ikut berpartisipasi dalam gerakan pengumpulan tandatangan, dengan jumlah gugatan terbanyak berasal dari Ukraina, Israel, Spanyol, Rusia, dan Rumania. Sedangkan jumlah orang dari Australia yang ikut melaporkan tindakan hukum terkait mencapai lebih dari 200.000 orang.

Secara keseluruhan, tandatangan tersebut berasal dari 37 negara yakni  Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Makau, Malaysia, Singapura, Taiwan, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Republik Ceko, Denmark dan Estonia. 

Negara lainnya adalah Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Belanda, Irlandia, Israel, Latvia, Lithuania, Moldova, Norwegia, Rumania, Polandia, Rusia, Slovakia, Spanyol, Swedia, Turki, Inggris, Ukraina dan Australia.

Theresa Chu menuturkan, “dari tinjauan sejarah modern, di mana setelah semua tirani berakhir. Para pelakunya harus dituntut pertanggungjawaban hukumnya secara individu atas pelanggaran hak asasi manusia internasional dan hukum nasional.

Menurut Theresa, Tuhan tidak hanya akan melenyapkan komunis Tiongkok. Tetapi juga semua pejabat komunis Tiongkok yang secara brutal menindas dan membunuh rakyat Tiongkok, dari atas ke bawah. 

Dia menambahkan, tidak ada yang akan luput dari tanggung jawab hukum, baik itu pelakunya, kaki tangannya, atau pemimpin yang melanggengkan kebijakan penindasan tersebut, pasti akan diadili. Jika tidak bertobat, dan terus melakukan penindasan, pada akhirnya akan diadili dan dihukum.”

Legislator Taiwan: Komunis Tiongkok menganiaya Falun Gong, melakukan kejahatan universal

Wang Dingyu, anggota majelis Komite Hubungan Luar Negeri dan Pertahanan Nasional Republik of China atau Taiwan, mengatakan bahwa penindasan terhadap manusia adalah kejahatan universal. 

Wang Dingyu mengatakan, itulah sebabnya Falun Gong meluncurkan gerakan tangkap Jiang Zemin dan penjahat utama lainnya di banyak negara. Di masa lalu, ia telah melihat pengadilan Spanyol juga membuat beberapa putusan terkait. Karena itulah ada lebih dari 30 negara berpartisipasi dalam tandatangan bersama.  

Semakin banyak orang yang berpartisipasi dalam gerakan ini. Karena ada beberapa hal yang melampaui batas-batas negara, bahasa, dan kelompok etnis, yaitu menghormati setiap insan dan kehidupan. 

Wang Dingyu mengatakan, “Kita melihat di internal Tiongkok yang dipimpin oleh Jiang Zemin di masa lalu, dimana baik itu pengambilan organ atau ikut serta dalam penindasan terhadap Falun Gong, mereka telah melakukan kejahatan universal.” 

Sejauh yang dia ketahui, Wang Dingyu mengatakan telah melihat beberapa anggota Senat di Amerika Serikat yang berpartisipasi dalam gerakan pengumpulan tandatangan semacam itu. Jadi hal demikian adalah satu hal yang berharga dan sulit. Dikarenakan, akan menghadapi banyak tantangan saat diluncurkan, sebab kekuatan jahat kadang-kadang relatif besar. 

“Tetapi kejahatan tidak akan menang melawan kebaikan. Ini adalah prinsip dasar kebenaran,” katanya

Wang Dingyu berharap orang yang tandatangan semakin banyak, di Taiwan, termasuk dirinya secara pribadi. Sejak awal  telah berpartisipasi dalam pengumpulan tandatangan tersebut. Tindakan tersebut adalah satu hal yang benar dan harus tetap bertahan.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Progresif Demokratik Taiwan Lee Chun-yi, mengatakan bahwa Falun Gong dianiaya oleh otoritas Tiongkok di Tiongkok. Bahkan pengambilan organ. Praktisi Falun Gong sekarang menuntut Jiang Zemin melalui jalur hukum resmi.

 “Kami semua mendukung dan berharap semakin banyak orang di dunia mengetahui hal-hal seperti itu. Komunis Tiongkok menindas HAM dan praktisi Falun Gong,” katanya. 

Li Cunyi  berharap masalah tersebut bisa dipahami masyarakat internasional dan peduli, terutama negara-negara demokrasi yang sekarang dipimpin oleh Amerika Serikat, yang telah berulang kali mengangkat isu tersebut. 

Kegiatan Falun Gong itu dapat menarik perhatian masyarakat di seluruh dunia dan berpartisipasi mengumpulkan tandatangan bersama. Dia mengatakan, hal  yang terpenting adalah semua orang menjunjung tinggi nilai-nilai dasar hak asasi manusia. 

“Keberhasilan mengumpulkan tandatangan bersama menuntut Jiang Zemin menunjukkan orang-orang yang di dunia yang mendukung hak asasi manusia itu sangat banyak,” katanya. 

Dia menyerukan kepada otoritas komunis Tiongkok untuk menghentikan penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong.

Bernie Finn, anggota Partai Liberal yang juga merupakan bagian dari Dewan Legislatif Victoria Australia, mengatakan: “Tandatangan masyarakat untuk melaporkan tindakan hukum atas penganiayaan yang dilakukan tersangka itu sangatlah penting.”

Dengan demikian, otoritas Tiongkok menjadi mengetahui bahwa setiap orang yang membubuhkan tandatangan dalam gerakan itu, sedang memantau penindasan yang terjadi di Tiongkok. Karena sangat mudah untuk mengatakan, ‘Penganiayaan itu mengerikan,’ tetapi jika Anda tidak mengambil tindakan, maka Anda tidak bisa membantu sama sekali secara nyata.”

Anna Kamykowska yang tinggal di Krakow, Polandia, langsung membubuhkan tandatangannya ketika dia melihat meja pengumpulan tandatangan untuk praktisi Falun Gong. 

“Saya mengetahui tentang Falun Gong di alun-alun ini beberapa tahun yang lalu, pada saat itu, saya juga membubuhkan tanda tangan menentang pengambilan organ praktisi Falun Gong,” kata Anna sambil membubuhkan tandatangan.

Ia mengatakan, masalah tersebut sangat penting dan tidak boleh menutup mata ketika melihatnya. 

“Saya mendukung kalian memerangi penganiayaan dan memberkati kalian. Jagalah diri kalian!” kata Anna. 

Melansir dari id.falundafa.org, Falun Dafa juga disebut Falun Gong adalah sebuah latihan kultivasi peringkat atas di mana “berasimilasi dengan karakter tertinggi alam semesta – Sejati, Baik, Sabar.  Fokus dari latihan Falun Dafa adalah pada hati, mengultivasikan hati dan pikiran seseorang, atau “Xinxing.” 

Disebutkan, dikarenakan populernya latihan  Falun Gong di Tiongkok, memicu kecemburuan dari Jiang Zemin. Hingga ia meluncurkan  penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada Juli 1999. 

Jiang Zemin mengeluarkan tiga perintah terkait Falun Gong yakni Cemarkan Reputasinya, Bangkrutkan Secara Finansial dan Hancurkan Secara Fisik. 

Bahkan Jiang Zemin dengan kroninya memanfaatkan Kedubes Tiongkok di seluruh dunia untuk melakukan intervensi kepada pemerintah setempat turut mengekang aktivitas Falun Dafa dengan berbagai hoax, fitnah dan propoganda hitam. Hingga kejahatan paling mengerikan yakni pengambilan organ tubuh secara paksa.  (jon/asr)

FOTO : Praktisi Falun Gong memegang spanduk referensi Jiang Ziemin, pemimpin Tiongkok sebelumnya yang bertanggung jawab untuk melakukan penganiayaan terhadap Falun Gong, selama pawai Falun Gong di Manhattan pada 15 Mei 2015. (Edward Dye / Epoch Times)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=4uCJcxw3lDk

Mengapa Bahtera Nabi Nuh Tanpa Kemudi? (3)

0

Qin Shuntian

Pada hari itu, ketika Nuh berusia 600 tahun, di tanggal 17 bulan II, batas waktu yang dipilih Tuhan tiba. Mengikuti perintah Tuhan, Nuh pindah ke dalam bahtera bersama istrinya, tiga putra, dan tiga menantu perempuan.  

Ia membawa mereka ke dalam bahtera, beserta sejumlah burung, ternak, dan serangga, setiap jenis satu pasang, serta semua jenis makanan. Ketika semua makhluk hidup telah masuk, Tuhan menutup pintu bahtera.

Setelah tujuh hari, hujan turun dengan derasnya, selama empat puluh hari empat puluh malam, mata air di jurang pada terbuka. Jendela-jendela di langit terbuka, banjir bandang bermunculan, level air semakin pasang.

Bahtera itu ternyata telah melayang mengapung dari atas tanah, semua gunung tinggi terendam air, bahkan gunung tertinggi di dunia pun berada 7 meter di bawah permukaan air. Kecuali untuk keluarga Nuh yang beranggotakan delapan orang, semua manusia, hewan, dan tanaman yang hidup di darat mengalami kehancuran.

Air bah membanjiri selama 150 hari, dan Tuhan memerintahkan hujan untuk berhenti. Angin meniup air, dan air berangsur-angsur surut. Bahtera Nuh berlabuh di bukit tepi gunung Ararat, Turki.

Setelah beberapa hari kemudian, Nuh membuka jendela bahtera dan melepaskan seekor burung gagak, burung gagak terbang tanpa kembali.

Lalu dia melepaskan seekor burung merpati, karena air ada di mana-mana, merpati tidak dapat menemukan tempat untuk beristirahat dan terbang kembali ke bahtera.

Tujuh hari kemudian, Nuh melepaskan merpati lagi.  Pada saat senja, burung merpati itu terbang kembali dengan membawa daun zaitun. Dari situ Nuh menilai air di  bumi sudah surut.

Setahun kemudian, airnya benar-benar kering, Nuh dan keluarganya serta semua hewan keluar, dan manusia serta hewan berangsur-angsur berkembang-biak kembali di dunia.

Pasca banjir, karena hilangnya perlindungan lapisan air di permukaan bumi, mulai ada empat musim yang silih berganti.

Mengapa Bahtera Nuh tanpa kemudi?

Ditemukan dalam Alkitab bahwa bahtera yang dibuat oleh Nuh sesuai dengan rancangan Tuhan dalam hal model, bahan, dan ukurannya.

Tetapi Bahtera Nuh yang dirancang oleh Tuhan ini tidak memiliki kemudi, ini apa sebabnya?

Dari sisa-sisa Bahtera Nuh, dapat juga disaksikan bahwa di tampak depan bahtera tidak ada jendela yang terbuka. Juga tiada jendela di ruang kemudi, hanya ada skylight yang dapat ditembus oleh cahaya. Ini mengapa pula? Tanpa kemudi, bagaimana bahtera dapat dikemudikan dalam banjir?

Di hari kiamat, tidak ada jalan untuk keluar, tidak ada tempat untuk melarikan diri dalam bencana. Orang tidak perlu melihat dunia disekitarnya, hanya melihat Tuhan di langit, karena hanya ada satu jalan menuju surga, ini adalah satu-satunya jalan Tuhan.

Bahtera Nuh tidak membutuhkan kemudi, dan Tuhan memegang kendali dengan kekuatan ilahinya.

Bahtera Nuh tidak membutuhkan kemudi, ini juga wujud hati kepercayaan Nuh: Untuk berpasrah diri sepenuhnya kepada Tuhan, barulah jiwa memiliki sandaran yang sejati, maka kehidupan baru memiliki arahan, barulah manusia memiliki masa depan.

Banyak orang yang percaya pada Tuhan di zaman sekarang, menyembah dengan saleh dan beribadah. Tetapi mereka selalu hanya mengikuti arahan mereka sendiri, merencanakan begini dan begitu, khawatir ini dan itu. Sebenarnya yang ia percayai adalah dirinya sendiri. Ia bahkan mengawatirkan pengaturan Tuhan, tidak mempercayai bahwa pengaturan Tuhanlah pasti yang terbaik.

Pengaturan Tuhan jauh melebihi pengaturan manusia, dan kecerdasan manusia selamanya tidak pernah bisa memahami makna yang terkandung di baliknya.

Semua nubuat dari bangsa-bangsa di dunia berbicara tentang malapetaka yang dihadapi umat manusia saat ini. Penebusan atau kehancuran? Manusia memiliki cukup waktu untuk mendengar peringatan itu.

Pada zaman Nuh, ketika Tuhan menggunakan air bah untuk melenyapkan manusia, Ia juga mempersiapkan bahtera bagi manusia. Apakah orang-orang yang terbunuh oleh air bah di masa lalu berpikir bahwa perkataan Nuh adalah peringatan?

Jika Bahtera Nuh telah terbukti kebenarannya, ini bukan lagi pertanyaan tentang apakah Anda percaya atau tidak percaya, maka di hari ini, dapatkah Anda menemukan “bahtera” untuk melarikan diri dari bencana esok?  (SUD/WHS)