Home Blog Page 1814

Perlawanan Pemuda Hong Kong Terhadap Tirani Komunis Tiongkok

0

Eva Pu – The Epochtimes

Mereka adalah wajah-wajah yang berpartisipasi selama aksi protes Hong Kong. Mereka inilah, yang telah mendominasi berita utama selama beberapa beberapa bulan terakhir.

Mereka sebagian besar masih belia dan berusia 20-an. Mereka inilah Hongkongers yang menghabiskan berbulan-bulan musim panas mereka di jalanan yang dipenuhi oleh gas air mata.

Epoch Times Hong Kong baru-baru ini berbicara dengan beberapa pemrotes. Berbicara tentang mengapa mereka terus menggelar aksi protes sejak Juni lalu.

Mereka memilih untuk mengidentifikasi diri mereka dengan nama inisial. Tujuannya, untuk menghindari pembalasan dari polisi setempat. Sebagaimana diketahui, aparat setempat kerap terlibat bentrok dengan demonstran. Bahkan, sekitar 700 orang ditangkap oleh aparat sejak aksi protes dimulai.

Sebagian besar, mereka yang berpartisipasi menyebutkan kekhawatiran atas RUU ekstradisi. Aturan ini dinilai bakal menyebabkan Hong Kong kehilangan otonomi dari rezim Komunis Tiongkok.

Mereka khawatir RUU itu akan memungkinkan rezim Komunis Tiongkok, menyeret siapa pun dari tanah Hong Kong untuk diadili di Tiongkok. Apalagi sudah terkenal, sistem hukum Komunis Tiongkok yang gelap. Pada akhirnya, mengikis aturan hukum di Hong Kong yang disebut sebagai rumah mereka.

Tidak Ada ‘Penumpang Gratis’ Kebebasan

Hong Kong adalah bekas koloni Inggris. Kota itu dikembalikan ke kedaulatan Tiongkok pada tahun 1997. Sebagian besar demonstran yang muda tidak tahu seperti apa kehidupan sebelum pemerintahan komunis Tiongkok. Dikarenakan, mereka lahir setelah penyerahan, atau masih sangat belia sebelum penyerahan itu terjadi.

Akan tetapi, ada kekhawatiran mendalam terhadap kota mereka yang bakal tak dapat dibedakan dengan daratan Tiongkok. Yang mana, rezim Komunis otoriter tidak mengizinkan sama sekali berlakunya hak dasar manusia yakni kebebasan.

Mahasiswa yang berumur 24 tahun, Ah Ming kepada Epochtimes Hong Kong mengatakan,

dari 4 Juni 1989, dan seterusnya, selain dari penumpasan Tiananmen, Komunis Tiongkok telah menggunakan langkah-langkah ekonomi untuk menenangkan orang-orang. Dikarenakan, jika suatu daerah menjadi berkembang secara ekonomi, maka warganya akan melupakan kebebasan dan berhenti berfokus kepada pemerintah.

Pemuda ini khawatir tentang masa depan Hong Kong tanpa kebebasan berekspresi. Ia mencontohkan, jika dirinya mengatakan sesuatu yang dianggap salah, maka mungkin dirinya tidak bisa pergi berlibur atau naik kereta.

Apa yang disampaikannya, merujuk pada taktik rutin pemerintahan komunis Tiongkok ketika membalas dendam terhadap para pembangkang.

Pemuda ini menegaskan, mereka  tidak ingin Hong Kong menjadi tempat tanpa kebebasan dan hak asasi manusia. 

Ah Ming mengungkapkan kekecewaannya, tentang bagaimana pemerintah Hong Kong gagal menanggapi tuntutan para pemrotes, termasuk mencabut sepenuhnya RUU Ekstradisi.

Pemerintah juga dinilai gagal menggelar penyelidikan independen tentang penggunaan kekuatan kepolisian berlebihan terhadap para pemrotes. Mereka menyebut pemerintah Hong Kong sebagai “penguasa boneka” Beijing.

Bagaimana penilaian mereka terhadap pemerintah? Para penguasa dinilai hanya berusaha menghindari kenyataan, mencoba untuk menakuti para pembangkang agar tidak keluar dari rumah mereka. Karena itu, seluruh warga Hon Kong didesak untuk mengambil tindakan melindungi hak-hak dasar kota itu.

Ah Ming menjelaskan, semua kebebasan yang dimiliki, lalu ketika Anda menikmatinya, apakah Anda pernah berpikir tentang dari mana kebebasan itu berasal? Lalu, Jika Anda tidak mau melindungi apa yang Anda miliki, jangan katakan Anda sebagai seorang warga Hongkong, Anda hanya sebagai seorang penumpang gratis dari kebebasan.”

Marabahaya

Terluka adalah hal biasa bagi pengunjuk rasa ketika mereka berhadapan dengan polisi. Insiden terakhir ketika aparat mulai membersihkan jalan-jalan dengan menggunakan gas air mata, pentungan, peluru karet, melemparkan bean bags, dan berbagai teknik menghadapi kerumunan massa lainnya.

 Ah Lok kepada Epochtimes Hong Kong mengatakan, setiap napas yang Anda ambil,  merasakannya lebih buruk, tetapi Anda juga tidak bisa berhenti bernapas dan tidak memiliki oksigen. Hal demikian diungkapkannya, mengingat pengalamannya terkena gas air mata untuk pertama kalinya. Ia mengungkapkan, seperti orang yang  tidak bisa melihat mata mereka sendiri. 

Pemuda berusia 22 tahun itu mengatakan, ia bergabung dengan aksi protes 16 Juni lalu, ketika sekitar 2 juta warga Hongkong turun ke jalan.

Pejabat tinggi kota itu, Kepala Eksekutif Carrie Lam, telah menangguhkan RUU ekstradisi. Akan tetapi, menolak untuk menyerah menarik secara total RUU Ekstradisi ke Tiongkok itu.

Sementara itu, Ah Man, seorang enginering berusia 27 tahun menceritakan, setelah ia terkena gas air mata, dirinya menderita diare selama seminggu penuh, seolah-olah terkena virus. Ia menambahkan, laporan media setempat mengatakan, polisi telah menembakkan tabung gas air mata yang sudah kedaluwarsa kepada mereka.

Ah Man percaya bahwa penggunaan kekuatan polisi – seperti menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa dari jarak dekat dan di dalam stasiun kereta bawah tanah – telah mendorong para pemrotes untuk meningkatkan perlawanan sipil mereka.

Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, menyebut bahwa polisi Hong Kong telah mengerahkan peralatan pengendalian massa “dengan cara yang dilarang oleh norma dan standar internasional.”

Sedangkan, Ah Yan, yang berusia 16 tahun, dengan jelas mengenang sebuah insiden selama bentrokan dengan polisi pada 11 Agustus lalu. Ketika itu, ia berada di tengah kekisruhan. Ia menyaksikan seorang  pengunjuk rasa remaja tersungkur di depannya. Ketika dirinya melihat wajah remaja itu, dipenuhi dengan darah, yang mana membuatnya merasa tak berdaya.

Ah Yan soal pengerahan aparat polisi mengatakan : “Seolah-olah gas air mata itu hanya semacam pestisida yang dapat Anda temukan di mana saja di jalan.”

Ketika ia, kembali ke kerumunan massa, ia merasa beruntung dan seolah-olah baru saja memenangkan lotre.

Tak Pernah Menyerah

Meskipun tubuh lelah dan meningkatnya ancaman bahaya, para demonstran muda bersikukuh tetap bertarung hingga akhir.

Ah Yan mengatakan, dirinya berbohong jika mengaku tidak takut. Akan tetapi jika dijadikan sebagai alasan, maka mereka akan menyerahkan Hong Kong. Para pemuda turut bergabung dalam aksi protes itu dikarenaakn atas dasar panggilan hati nurani. Soal bahaya fisik, memudar jika dibandingkan dengan perasaan dijelekkan oleh otoritas Hong Kong.

Ia menegaskan, Tak masalah jika dipukuli atau dihancurkan dengan gas air mata. Tindakan itu tidak akan terlalu mengganggu, karena mereka sudah siap untuk hal itu.

Sebaliknya, hal yang paling menyakitkan bagi remaja berusia 16 tahun itu adalah ketika polisi “menuduh mereka sebagai ‘perusuh’ dan ‘kecoak.’” Pemuda ini menceritakan, ketika air matanya mengalir di wajahnya, polisi berpikir bahwa mereka mengganggu masyarakat. Polisi tidak menyadari bahwa mereka mempertahankan kebebasan warga Hong Kong.

Ah Yeen yang berusia 18 tahun, mengatakan, pelabelan terhadap pemrotes oleh pemerintah sebagai pelaku “kekerasan” dan “radikal” tidak berdasar sama sekali. Intervensi polisilah yang telah meningkatkan keadaan dalam banyak kasus. Ia mengungkit, ketika pada pawai sebelumnya, tak ada polisi dan pawai berlangsung dengan damai, sama halnya dengan duduk di bandara. 

Ketika pawai selanjutnya digelar, polisi kemudian mengirim pasukan anti huru hara. Saat itulah aksi berdarah terjadi. 

Ah Man, yang juga berpartisipasi dalam protes massa pro-demokrasi pada tahun 2014, mengatakan, ketidakadilanlah yang mendorongnya untuk kembali turun ke jalan. 

Selama demonstrasi di distrik utara Wong Tai Sin, Ah Man melihat seorang bocah lelaki berusia 13 tahun mengenakan masker medis menutupi setengah wajahnya. Remaja ini berdiri di depan garis depan aksi protes tidak jauh dari polisi anti huru hara.

Ah Man lalu melepas topeng gasnya dan memberikannya kepada bocah itu. Ia lalu menyuruh bocah itu menjauh dari garis depan. Dia mengatakan, para pengunjuk rasa semuanya mencoba melakukan yang terbaik.

Pemuda ini menyimpulkan : “Kami tidak bisa mundur. Jika kami tidak melakukannya, tidak ada yang mau. Jika kita tidak melakukannya, di masa depan, kita tidak akan bisa, Kita harus melakukan apa yang kita bisa lakukan untuk bertahan.” (asr)

Media Pro Komunis Tiongkok Sebarkan Hoax Soal Demo Hong Kong, Polisi Menyamar Sebagai Demonstran

0

EtIndonesia- Sejak Sabtu (10/8/2019),  aksi protes menolak RUU Ekstradisi ke Tiongkok memasuki akhir pekan ke-sepuluh. Demonstran sempat terlibat bentrok dengan aparat kepolisian. Akan tetapi, masyarakat di Tiongkok  melihat dengan versi yang sangat berbeda dari berbagai peristiwa di Hong Kong.

Seperti dilaporkan oleh The Epochtimes, seorang wanita yang tersiar kabar sebagai petugas medis ditembak di bagian mata dengan bean bag round — kantong kain kecil yang berisi pellet. Bean bag round juga ditemukan di kacamatanya. Insiden itu terjadi ketika bentrokan antara demonstran Hong Kong dan polisi pada (11/8/2019).

Segera setelah itu, media pemerintah pro Komunis Tiongkok, mulai menyebarkan informasi palsu tentang insiden tersebut. Tujuannya untuk memicu penentangan warga Tiongkok daratan terhadap demonstran. 

Sementara itu, polisi Hong Kong secara diam-diam membenarkan, bahwa mereka telah meniru para demonstran untuk berbaur dan melakukan penangkapan secara mendadak.

Sedangkan media Inggris, The Guardian, melaporkan bahwa, kini senjata baru Beijing untuk meredam protes Hong Kong adalah dengan berita palsu.  Ketika protes pada akhir pekan lalu, media pro Komunis Tiongkok, People’s Daily memposting sebuah artikel di layanan medsos Tiongkok, WeChat yang mengatakan elemen dari “semua bagian masyarakat Hong Kong” menyerukan “kekerasan untuk berhenti.” 

Sedangkan, ketika demonstrasi berlangsung damai di bandara Hong Kong, media pemerintah Komunis Tiongkok memposting video di Weibo tentang perselisihan antara demonstran dan seorang warga yang berteriak : “Kami hanya ingin Hong Kong aman”.

Laporan khusus lainnya tentang surat menyurat antara polisi Tiongkok dan Hong Kong yang mengapresiasi atas “keberanian besar” polisi Hong Kong – yang disebut sebagai target utama protes. 

Pekan lalu, seorang jurnalis dengan kantor berita  Xinhua melakukan perjalanan ke Hong Kong. Ia menggambarkan kota itu sebagai “Diselimuti teror hitam”.

Selama dua bulan terakhir, outlet media pemerintah daratan Tiongkok telah nyaris bungkam tentang aksi protes. Bahkan, menyensor rekaman demonstrasi yang mana secara aktif memicu berita, editorial, video dan diskusi online.

Fang Kecheng, professor di Chinese University of Hong Kong, yang berspesialisasi dalam komunikasi mengatakan kepada The Guardian, soal topik Hong Kong, media daratan tidak bisa dilihat sebagai produk jurnalisme. Fang Kecheng menjelaskan, laporan media-media ini murni sebagai propaganda, memangkas sebagian  informasi, mendistorsi dan membesar-besarkannya. 

Para pengamat mengatakan, media pemerintahan Komunis Tiongkok sengaja mengaburkan mengapa para pengunjukrasa berdemonstrasi selama dua bulan terakhir. Sebagai gantinya, berfokus pada bentrokan  antara demonstran dan polisi. Media pemerintah Komunis Tiongkok, menggambarkan pria bersenjata yang telah menyerang para  pengunjuk rasa sebagai “patriot”.

Seorang blogger di Weibo, yang meminta untuk mengidentifikasi dirinya hanya sebagai Z, dikutip The Guardian, telah mencoba untuk berbagi artikel yang menurutnya menunjukkan kejadian sebenarnya dari apa yang terjadi di Hong Kong. Unggahannya sering dihapus atau diblokir di WeChat atau Weibo. Sebuah artikel yang coba diedarkan bersama teman-temannya, tentang jadwal kegiatan di Hong Kong dan jawaban atas pertanyaan tentang aksi protes, akhirnya diblokir setelah 100.000 view.

Bloger ini mengatakan, alasan utama mengapa orang-orang Hong Kong menentang RUU ekstradisi, adalah ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan di daratan, jadi bagaimana pemerintah bisa membiarkan 1,4 miliar orang Tiongkok melihat fakta itu. Ia menilai, tindakan yang dilakukan orang-orang Hong Kong masuk akal dan dapat dimengerti. 

Unggahan yang Menyesatkan Tembakan di Mata

Media Televisi CCTV, media penyiaran yang dikelola pemerintahan Komunis Tiongkok, memposting di akun resminya di Weibo, platform media sosial yang mirip Twitter, bahwa seorang pemrotes wanita terluka oleh sesama demonstran. 

Saksi mata dan media Hong Kong sangat jelas mengatakan bahwa polisi yang menembak petugas medis itu. Tembakan itu mengenai sebelah matanya. 

Sedangkan, dalam postingan 12 Agustus, CCTV menyebut orang yang dianggap sebagai “sesama pengunjuk rasa” bersama dengan foto yang menunjukkan lima warga Hongkong berpakaian hitam-hitam berdiri bersama-sama menghitung setumpuk uang. Foto lain menunjukkan dua pria yang berlatih menembakkan  steel ball gun.

Sebagian besar pengunjuk rasa di Hong Kong menentang RUU ekstradisi yang kontroversial, mengenakan pakaian hitam. Adapun unggahan di medsos itu, bermaksud mengklaim  bahwa pengunjuk rasa adalah massa bayaran. Sedangkan  petugas medis wanita yang terluka, akibat tembakan steel ball gun pengunjuk rasa.

Kwong Chun-yu, seorang anggota parlemen Hong Kong, mengunggah di Facebook, bahwa pemrotes wanita itu terluka parah pada (11/8/2019) dan menjalani operasi darurat.

Pertanyaan Soal Tindakan Polisi

Halaman Facebook dari persatuan mahasiswa University of Hong Kong, menggunggah foto yang diambil di tempat kejadian. Statusnya menjelaskan bahwa seorang pemrotes muda ditahan oleh polisi pada 11 Agustus lalu. 

Sementara tangannya diikat oleh polisi, petugas polisi lainnya membuka ransel pemrotes. Parahnya, polisi menempatkan tongkat bambu di dalamnya. Rekaman serupa juga telah beredar di internet Hong Kong. Polisi Hong Kong juga tampaknya berpakaian sebagai pengunjuk rasa. Pada malam 11 Agustus, media lokal menangkap adegan pria berpakaian hitam yang membantu polisi menahan para demonstran yang berkumpul di Causeway Bay. 

Ketika wartawan di tempat kejadian bertanya tentang mereka, pria ini menjawab: “Cabang hubungan masyarakat departemen kepolisian akan menjawab Anda.” Pada konferensi pers 12 Agustus, Tang Ping-keung, wakil direktur kepolisian Hong Kong, mengatakan: “Petugas kepolisian berpura-pura menjadi tipe orang yang berbeda.”

Ketika didesak oleh jurnalis apakah petugas telah menyamar sebagai pengunjuk rasa, Tang menjawab: “Anda harus tahu satu hal, tidak mudah untuk menahan inti ekstrimis, pengunjuk rasa yang kejam.” Pernyataan ini menyiratkan bahwa polisi telah melakukannya untuk menangkap demonstran yang kejam.

Tanggapan Rezim Komunis Tiongkok

Media yang dikontrol pemerintahan Komunis Tiongkok, meningkatkan retorika mereka pada 12 Agustus lalu. Laporan media-media ini, membela tindakan polisi selama akhir pekan dan menjelekkan para pemrotes.

Media pemerintah Xinhua, dalam komentarnya, menyebut pengunjuk rasa sebagai “perusuh” dan memohon penduduk setempat untuk menentang mereka. “Para perusuh sekali lagi mengepung kantor polisi,” demikian bunyi artikel itu. 

Tulisan lainnya berbunyi : “Semua orang yang memiliki cinta sejati untuk Hong Kong tidak harus terus menanggung ini dalam kebisuan, tetapi harus berdiri untuk menghentikan penyebaran tumor ganas ini.”

Artikel itu tidak merujuk pada tindakan polisi pada malam 11 Agustus, termasuk menembakkan gas air mata di dalam stasiun kereta bawah tanah, menembakkan peluru karet dan bean bag round kepada pengunjuk rasa dari jarak dekat.

Komentar dari juru bicara  Komunis Tiongkok, People’s Daily, mendorong warga Hongkong untuk fokus pada pengembangan ekonomi.

Karya tulis itu menyebut pemrotes sebagai “radikal” dan “kejam.” Laporan itu menuduh mereka menyabotase apa yang telah dicapai Hong Kong selama beberapa generasi. Laporan itu menghilangkan referensi untuk tindakan polisi dalam membubarkan para demonstran.

Sementara itu, kelompok HAM mengkritik taktik yang digunakan oleh kepolisian. Amnesty International pada 12 Agustus memperingatkan bahwa “pendekatan kepolisian dengan tangan berat hanya akan meningkatkan ketegangan dan memicu permusuhan, yang mengarah ke eskalasi keseluruhan situasi.”

Seorang pejabat Amnesty dalam sebuah pernyataan,mengatakan, polisi Hong Kong sekali lagi menggunakan gas air mata dan peluru karet dengan cara yang tidak memenuhi standar internasional. 

Sedangkan, Tang Jingyuan, seorang komentator tentang Tiongkok yang berbasis di AS, mengatakan kepada The Epoch Times pada 12 Agustus, bahwa komentar hawkish Xinhua adalah upaya untuk memperingatkan warga Hongkong, bahwa rezim Komunis Tiongkok tidak takut untuk mengerahkan pasukan untuk mengakhiri perlawanan warga sipil. (asr)

Sumber : The Epochtimes, The Guardian

FOTO : Pada pukul 3:30 sore pada tanggal 14 Agustus 2019, situasi bandara Hong Kong. (Song Bilong / Epoch Times)

Lagi, Dikutuk Kebrutalan Polisi di Hong Kong kepada Demonstran Hingga Mata Diduga Petugas Medis Wanita Ditembak

0

ETIndonesia – Demonstran di Hong Kong terkejut dengan penggunaan kekerasan berlebihan dari aparat kepolisian pada akhir pekan lalu. Sejumlah elemen masyarakat Hong Kong menyerukan kembali aksi mogok massal.  

Sebelumnya, ribuan warga Hongkong  pro-demokrasi menggelar unjuk rasa damai di Victoria Park, pada Minggu sore 11 Agustus. Warga dalam tuntutan mereka, kembali menegaskan agar RUU Ekstradisi dicabut sepenuhnya. 

Melansir dari The Epochtimes, RUU itu mendapat reaksi luas ketika pemerintah berusaha untuk mempercepat amandemennya melalui legislatif pada Juni lalu. 

RUU ini dikhawatirkan membuat orang-orang di Hong Kong, rentan terhadap ekstradisi dan persidangan di pengadilan Tiongkok. Dikarenakan, aturan hukum Komunis Tiongkok terkenal tanpa ada supremasi hukum.

Pada malam hari, para pengunjuk rasa terpecah menjadi beberapa front. Cara ini, mengadopsi protes gaya massa yang bertujuan menghindari konfrontasi langsung dengan aparat kepolisian. 

Tembakan di Mata

Di beberapa distrik, termasuk Tsim Sha Tsui dan Wan Chai, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. 

Di Tsim Sha Tsui, seorang wanita di kerumunan massa ditembak di bagian mata kanan dengan bean bag round — kantong kain kecil yang berisi pellet. Tembakan itu, menembus pelindung kacamatanya. Tersiar kabar wanita itu adalah petugas medis. Sebelumnya, ia disebut bagian dari pengunjuk rasa.  

Foto dan video matanya berdarah-darah yang parah menjadi viral di media sosial Hong Kong. Dia dirawat di rumah sakit setelah perawatan darurat di tempat kejadian. 

Laporan Ming Pao mengutip sumber-sumber rumah sakit yang mengatakan, bahwa bola mata kanan wanita itu pecah, dan kelopak mata kanan serta rahang atas juga patah. Dia langsung dioperasi darurat.

Sebenarnya, menurut aturan kepolisian, tembakan bean bag round dilarang kepada kepala seseorang – hanya di badan atau anggota badan.

Pada hari Senin 12 Agustus, para profesional medis menggelar aksi protes di Pamela Youde Nethersole Eastern Hospital- beberapa mengenakan penutup mata kanan, mengacu pada insiden pada Minggu malam. 

“Polisi Hong Kong berupaya membunuh warga Hong Kong,” demikian bunyi sebuah spanduk .

Kebrutalan Polisi

Di dalam stasiun metro di Kwai Fong, yang terletak di New Territories, polisi menyerang demonstran dan menembakkan peluru karet pada jarak dekat. 

Sebelum kekacauan terjadi, pengunjuk rasa berkumpul di depan Kantor Polisi Kwai Chung di dekatnya. Sebagai tanggapan, polisi mulai menembakkan gas air mata untuk membersihkan kerumunan massa. Beberapa pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan benda-benda secara acak dan menyemprotkan air ke polisi. 

Akhirnya, beberapa pengunjuk rasa mundur di dalam stasiun metro. Akan tetapi, massa tetap diuber-uber oleh oleh aparat polisi.

Joshua Wong, Sekretaris Jenderal partai pro-demokrasi Demosistō dan tokoh ikon dari Gerakan Payung 2014, mendesak dalam unggahan di Twitter, bahwa dunia tidak boleh tinggal diam atas kekerasan terbaru aparat kepolisian.

Ia menyerukan, Amerika Serikat harus menghentikan ekspor senjata apa pun ke Kepolisian Hong Kong. Dikarenakan, Polisi Hong Kong menggunakan senjata dari AS untuk membunuh warga Hong Kong. 

Wong telah berulang kali menyerukan pemerintah AS untuk tidak mengirimkan peralatan pengendalian massa ke Hong Kong. Dia membuat petisi ke Gedung Putih untuk menghentikan pengiriman pada 5 Juli lalu. Sejak itu, ia mengumpulkan lebih dari 111.000 tanda tangan. 

Pada 29 Juli, dia memposting gambar di Twitter tentang tabung gas air mata yang diproduksi oleh perusahaan berbasis di Pennsylvania.

Pada bulan Juli, anggota parlemen AS Senator Ted Cruz dan Jim McGovern turutu menyerukan penangguhan ekspor peralatan tersebut.

Kutukan Kebrutalan Aparat

The Hong Kong University Students’ Union, yang terdiri dari beberapa serikat mahasiswa lokal dari berbagai universitas seperti Universitas Hong Kong dan Universitas Cina Hong Kong, mengeluarkan pernyataan pada 12 Agustus. Mereka mengutuk tindakan brutal polisi setempat sebagai aksi “di luar kendali “dan” tidak manusiawi. “

Selain mengutuk keras apa yang terjadi pada seorang wanita yang terkena tembakan di mata dan bentrokan di dalam stasiun metro Kwai Fong, Serikat mahasiswa mengecam aparat polisi karena menembakkan semprotan merica dari jarak dekat. Insiden ini terjadi ketika polisi menerobos ke Tai Koo metro untuk membubarkan pengunjuk rasa.

Pernyataan serikat mahasiswa Hong Kong itu  menambahkan, penggunaan kekuatan dan kekerasan yang berlebihan oleh aparat kepolisian mengikis aturan hukum Hong Kong.

Serikat Mahasiswa meminta semua warga Hongkong untuk melakukan pemogokan untuk waktu yang tidak terbatas. Mereka juga menyerukan aksi protes untuk terus digelar di Bandara Internasional Hong Kong.  

Ribuan orang ikut serta dalam aksi duduk tiga hari di aula kedatangan Bandara Internasional Hong Kong yang berakhir pada 11 Agustus. Setelah aksi usai digelar, kegiatan di Bandara berlangsung dengan normal. Selama di Bandara, aksi massa berlangsung dengan damai dan tertib.  

Kelompok yang dipimpin oleh Orangtua dari Hong Kong, mengeluarkan pernyataan online yang menyebut tindakan polisi pada 11 Agustus sebagai “kekerasan berdarah dingin.” 

Kelompok itu, berspekulasi bahwa polisi akan melepaskan semua tanggung jawab atas kekerasan. Polisi bakal mengklaim bahwa tindakan kepolisian adalah hasil dari “perilaku yang meningkat” oleh para pengunjuk rasa.  Mereka mempertanyakan, berapa lama polisi akan terus bertindak seperti itu atau dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka.

Serangan Terhadap Jurnalis

Asosiasi Jurnalis Hong Kong dan Asosiasi Fotografer Pers Hong Kong, dalam pernyataan bersama pada 11 Agustus, mengutuk polisi karena gagal menangkap orang-orang yang telah melakukan serangan terhadap jurnalis di kawasan North Point sebelumnya pada hari yang sama.

Pernyataan itu mengidentifikasi empat serangan terpisah. Dalam satu kejadian, seorang reporter yang bekerja untuk media lokal The Stand News diancam sebelum tripodnya dirampas. 

Seorang reporter dengan penyiar lokal RTHK juga diserang.

Asosiasi Jurnalis Hong Kong dan Asosiasi Fotografer Pers Hong Kong, menuntut Kepolisian Hong Kong untuk memberikan penjelasan dan melakukan investigasi secara menyeluruh. 

Langkah ini bertujuan untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada masyarakat, bahwa tidak ada aksi kekerasan yang akan ditoleransi. Penyelidikan juga menyampaikan pesan bahwa serangan terhadap jurnalis merupakan pelanggaran serius terhadap kebebasan pers. (asr) 


FOTO : Pada 11 Agustus, dia dikirim kembali ke Tsim Sha Tsui, seorang wanita ditembak oleh aparat, mengenai bola mata, bola mata kanan dan tulang hidung, aliran darah ada di tempat. Laporan itu mengatakan bahwa dia saat ini dalam kondisi serius, mata kanannya pecah, penglihatannya rusak secara permanen. (ANTHONY WALLACE / AFP / Getty Images)

Topan Lekima Menerjang Tiongkok Menyebabkan Kematian 44 Orang dan Berdampak Kerugian Materil

0

EtIndonesia. Korban tewas akibat topan Lekima yang menerjang Tiongkok bertambah menjadi 44 orang pada Senin (12/8/2019).

Melansir dari Reutes, korban bertambah ketika badai berlanjut ke wilayah pantai. Dampaknya menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar dan banyak gangguan perjalanan.

Tambahan 12 orang tercatat tewas akibat badai, termasuk tujuh dari Provinsi Zhejiang dan lima orang dari Provinsi Shandong, dengan 16 orang hilang. Data ini, menurut laporan biro emergency Provinsi dan media pemerintah. Sebelumnya, media pemerintahan Komunis Tiongkok, CCTV telah melaporkan sebanyak 32 korban tewas pada Minggu lalu.

Topan Lekima mendarat Sabtu pagi di Provinsi Zhejiang, Tiongkok, dengan kecepatan angin mencapai 187 km / 116 mph.

Pusat badai telah bergerak ke utara melalui Shandong dan lepas pantai. Banyak dari kematian sebelumnya terjadi ketika sebuah bendungan alami runtuh di Zhejiang setelah banjir setinggi 160 mm dalam waktu tiga jam.

Biro Manajemen Darurat Provinsi Shandong mengatakan, lebih dari 180.000 orang diungsikan di provinsi itu. Laporan itu, menambahkan evakuasi awal sekitar 1 juta jiwa di provinsi Zhejiang dan Jiangsu serta pusat keuangan Shanghai.

Laporan terbaru, dari Provinsi Shandong menjadikan total perkiraan korban ekonomi badai menjadi 18 miliar yuan atau $ 2,55 miliar di Tiongkok, termasuk kerusakan pada 364.000 hektar pertanian dan lebih dari 36.000 rumah. Provinsi Shandong memperkirakan total dampak ekonomi pada pertanian adalah 939 juta yuan.

Qingdao, pusat wisata populer di Shandong Timur, mengeluarkan peringatan merah pada hari Minggu lalu. Wilayah ini menutup semua lokasi turis, menangguhkan 127 kereta api dan semua layanan bus jarak jauh, menurut media resmi.

Lekima adalah topan yang kesembilan melanda Tiongkok pada tahun ini. Siarana TV Pemerintah mengatakan pada hari Minggu, lebih dari 3.200 penerbangan telah dibatalkan. Akan tetapi beberapa penghentian pada jalur kereta api berkecepatan tinggi telah dicabut.

Topan Lekima diperkirakan akan melemah saat menuju barat laut lepas pantai Provinsi Shandong ke laut di sebelah timur Beijing. (asr)

Sumber : oleh Cate Cadell/Reuters/The Epochtimes

‘Hujan’ Serangan Gas Air Mata ke Demonstran Hong Kong, Tak Hanya di Jalanan di Stasiun Bawah Tanah Jadi Sasaran Empuk

0

Nicole Hao

Aksi protes masih berlanjut di Hong Kong hingga pekan ke 10. Terkini, diguncang oleh bentrokan antara massa dan polisi pada, Minggu 11 Agustus lalu.  

Kebrutalan aparat terjadi, ketika massa mengubah taktik untuk mempercepat pertemuan massa dengan polisi, dalam bentrokan akhir pekan itu .

Demonstran baru-baru ini, mengadopsi strategi mundur ketika ditekan oleh polisi, hanya untuk muncul kembali secara massal di lokasi lain.

Sebagai respon, Polisi menyerang dengan gas air mata. Polisi juga menghajar para pemrotes di beberapa lokasi, mulai dari jalan-jalan pusat perbelanjaan hingga di jalan-jalan saat menggelar pawai. 

Selain di jalanan, polisi juga menembakkan gas air mata di dalam stasiun kereta bawah tanah. Polisi menuduh pengunjuk rasa melemparkan bom molotov.

Aksi protes yang dimulai lebih dari dua bulan lalu, sebagai oposisi terhadap undang-undang yang memungkinkan ekstradisi ke daratan. 

RUU ini telah memicu Hong Kong dalam krisis yang paling serius pada beberapa dasawarsa terakhir. Ini setelah penduduk Hong Kong, berselisih dengan infiltrasi Komunis Tiongkok yang semakin meningkat.

Pada Minggu 11 Agustus, ribuan pengunjuk rasa berpartisipasi dalam aksi damai di Victoria Park pada sore hari. Sementara demonstran lainnya, berkumpul di jalan-jalan yang berbeda untuk mengusahakan penarikan secara total RUU tersebut.

Mickey yang berusia 16 tahun kepada Epochtimes Hong Kong mengatakan, banyak teman sekelasnya memilih untuk mengorbankan waktu belajar mereka, yang mana hanya untuk “mimpi” masa depan Hong Kong, yang tak diketahui akan mengarah ke mana. 

Siswa itu menuturkan, mereka menyaksikan banyak orang-orang yang berani membela hak mereka. Walaupun, Pemerintah menuduh mereka sebagai siswa ‘perusuh.’ Akan tetapi, mereka hanya pergi ke jalan untuk menggunakan hak-hak mereka. Sementara itu, polisi membubarkan orang-orang yang tak bersenjata. Siswa itu yakin, sejarah akan membuktikan apa yang mereka lakukan sangat tepat. 

Di Bandara Internasional Hong Kong, pengunjuk rasa melanjutkan aksi damai di pintu kedatangan untuk hari ketiga dan terakhir.

Saat malam hari, polisi menembakkan gas air mata di daerah wisata Tsim Sha Tsui di distrik Kowloon, dan distrik Wanchai. Kawasan ini terkenal dengan kelab  dan kehidupan malamnya.

 Polisi kemudian mengklaim, seorang petugas di Tsim Sha Tsui menderita luka bakar di kaki akibat bom molotov.

Laporan media lokal menyebutkan, otoritas rumah sakit Hong Kong merilis sebanyak 13 orang terluka dan dibawa ke rumah sakit pada 11 Agustus, dengan dua orang dalam kondisi serius.

Seorang pengunjuk rasa wanita di Tsim Sha Tsui, media setempat melaporkan, ditembak di mata kanan dengan bean bag round — kantong kain kecil yang berisi pellet, yang mana menembus melalui kacamata.

Polisi anti huru hara juga menyerang dengan gas air mata dan tembakan peluru karet di dalam stasiun metro Kwai Fong. 

Rekaman video menunjukkan, petugas menembakkan peluru karet dari jarak dekat. lebih parah lagi, menghajar demonstran dengan tongkat.

Pengamat Hak Sipil nirlaba lokal Hong Kong, Civil Rights Observer, mengutuk polisi yang menggunakan bom gas air mata di dalam stasiun kereta api.

Civil Rights Observer menyatakan, praktik itu tidak hanya tentang penggunaan kekuatan yang tidak patut dan berlebihan, tetapi  mengancam keselamatan pribadi demonstran dan warga negara lainnya.

Dalam postingan di Facebooknya, Civil Rights Observer mengungkapkan, berdasarkan pedoman keselamatan pemasok, gas air mata hanya dapat digunakan di luar ruangan atau di area yang berventilasi baik.

Seruan Inggris

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab kepada Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, menyampaikan kekhawatiran atas protes yang sedang berlangsung di bekas koloni Inggris itu.

Raab mengutuk “tindakan kekerasan oleh semua pihak tetapi menekankan hak untuk protes damai.” Menlu Inggris “menggarisbawahi bahwa kekerasan tidak boleh mengaburkan sebagai besar aksi legal.”

Dia menyarankan Lam terlibat dalam “dialog politik yang bermakna.” Menlu Inggris ini juga menyerukan pimpinan Hong Kong meluncurkan “investigasi independen sepenuhnya atas peristiwa baru-baru ini sebagai cara untuk membangun kepercayaan.”

Seruan Raab mengundang kemarahan rezim Komunis Tiongkok. Pihak Komunis Tiongkok menyerang dengan tudingan bahwa Kerajaan Inggris tidak memiliki kedaulatan, yurisdiksi, atau hak pengawasan atas Hong Kong.

Sementara itu, maskapai berbendera Hong Kong, Cathay Pacific Airways pada 10 Agustus mengatakan, pihaknya menangguhkan satu pilot karena “kerusuhan.” Selain itu, memecat dua staf dikarenakan tuduhan membocorkan informasi perjalanan untuk tim sepak bola polisi Hong Kong yang akan terbang ke Tiongkok. 

Akan tetapi dampak pemecatan itu, Saham Cathay Pacific ambruk lebih dari 4 persen pada Senin 12 Agustus. Penurunan ini mendekati level terendah dalam 10 tahun terakhir. 

Sebelumnya, Otoritas penerbangan komunis Tiongkok menekan pihak maskapai, untuk menangguhkan anggota staf yang terlibat dalam aksi protes massa. (asr)

Air Mata di Bawah Mikroskop, Ada Kisah Unik di Setiap Bulir

0

Miranda – Epochtimes.com

Jika kristal salju berbeda di setiap helainya, ternyata air mata manusia juga akan berbeda sesuai tema dan kondisi emosionalnya, pada kondisi mikro akan memperlihatkan pemandangan yang berbeda.

Menurut ilmuwan tingkat viskositas dan komposisi pada setiap tetes air mata berbeda-beda. Akan tetapi setiap tetes air mata mengandung berbagai zat biokimia seperti kadar lemak, antibodi dan enzim yang larut dalam air garam.

Bagaimana kaitan zat-zat tersebut dengan tubuh utama kita? Ini adalah jawaban yang berusaha ditemukan oleh seorang fotografer Belanda bernama Maurice Mikkers.

Orientasi Mikkers adalah mengumpulkan air mata beserta keindahan tiada duanya yang terlihat pada kondisi mikro.

Sebelum tahun 2007 ia adalah seorang analis pada laboratorium medis, kemudian mempelajari desain interaktif media di Royal Academy of Art, Den Haag. Dengan kombinasi seni dan ilmu pengetahuan, ia gunakan teknik Micrograph untuk memperlihatkan gambar di bawah mikroskop menjadi serangkaian kisah yang indah.

Diilhami Rasa Sakit, Kembangkan Dialog Dengan Dunia Mikro

Pada 2014 tanpa disengaja Mikkers menendang kaki meja, rasa sakit luar biasa pada ibu jarinya membuat air matanya menetes. Entah ilham dari mana, ia menggunakan pipet menyedot tetesan besar air matanya yang terus bergulir di pipinya akibat rasa sakit yang luar biasa itu, diletakkannya di bawah mikroskop, dan mengamati penampakan kristal pada kondisi mikro.

Sejak saat itu, Mikkers tidak hanya mengamati air matanya sendiri, juga mengumpulkan air mata milik banyak orang, sahabat yang menangis sedih karena ayahnya sakit keras, adik perempuannya yang dihina oleh atasan di tempat kerja, dan dari siapa pun yang bersedia menyumbangkan air matanya.

Ini bukan penelitian ilmiah, juga tidak seperti uji medis yang dilakukannya sebelum itu, melainkan suatu perjalanan eksplorasi yang penuh imajinasi dan inspirasi.

“Dulu saya sibuk meneliti obat dan makanan yang dikristalisasi, saya tidak pernah mengetahui ternyata air mata begitu indah,” ujarnya.

“Melakukan ini sebenarnya berharap dapat mengembangkan dialog.” Mikkers mengeksplorasi perbedaan pada air mata yang berbeda di bawah mikroskop, ia mendapati fokusnya terletak pada kisah di balik air mata tersebut.

“Karena biasanya orang tidak terbiasa meneteskan air mata di depan publik, tidak ingin dilihat orang lain, tapi dengan bentuk ‘Imaginarium of Tears’ kita dapat membuka hati kepada dunia luar.”

Di Bawah Mikroskop Berdaya Tinggi, Ekspresi Air Mata Yang Unik

Sekarang ilmuwan berpendapat terdapat 3 macam air mata: selama 60 detik ditiup kipas angin dan tidak berkedip, air mata akan keluar dengan sendirinya, ini adalah air mata jenis paling mendasar. Jika mengiris bawang, atau terstimulasi oleh asap sehingga meneteskan air mata, ini adalah air mata jenis refleksi bersyarat. Satu jenis lagi air mata yang keluar akibat emosional seperti rasa haru, sedih, luapan kegembiraan dan lain sebagainya.

Di bawah mikroskop berdaya tinggi terlihat kristalisasi air mata tingkat tinggi, air mata yang berbeda jenis dan pada kondisi berbeda, wujudnya pada proses kristalisasi juga berbeda, penemuan ini sangat menggembirakan Mikkers.

“Pada setiap air mata terdapat kadar air, lipid, glukosa, urea, sodium, potasium, minyak, garam, dan mineral,” katanya.

“Karena setiap dari kita unik dan berbeda, melakukan hal yang berbeda, juga menyebabkan tiap tetes air mata adalah unik dan tiada duanya,” ungkapnya.

Sejak Maret 2015, ia berturut-turut telah meminta lebih banyak temannya untuk “meneteskan air mata” untuknya, yang paling sulit adalah membuat orang menangis saat itu juga, waktu yang dibutuhkan ternyata jauh lebih lama daripada yang diperkirakan.

Waktu yang dibutuhkan untuk proses kristalisasi air mata adalah antara 5~30 menit. Di tahun yang sama, di akun facebook-nya ia telah mempublikasikan serial fotografi mikro-nya, yang diberi judul “Imaginarium of Tears”.

Serial tersebut berkembang di media sosial, acara TED Talks yang terkenal mengundangnya untuk berbagi idenya. “Seperti inovasi yang layak dibagikan, saya percaya air mata juga layak disebarkan,” katanya.

Pada 2017, Mikkers berhasil mengembangkan pundi pengumpul air mata, dengan harapan agar lebih banyak lagi orang akan mengirimkan air mata mereka, untuk dirangkum menjadi suatu gudang data, lalu melakukan analisa berdasarkan kemiripan atau perbedaannya; ia juga berusaha mengumpulkan dimensi fraktal, dengan harapan menemukan cara memahaminya.

Benarkah Air Mata dan Butiran Air Tidak Memiliki Nyawa?

“Saya begitu fokus pada dunia mikro air mata, karena antara air mata dengan kisah unik di baliknya terdapat hubungan yang sangat mendalam.”

Saat diwawancara oleh Epoch Times, Mikkers berkata, “Hidup setiap orang sedikit banyak mengalami pasang surut dan kesusahan. Lewat berbagi, kita dapat membuka dunia mikro itu, untuk semakin tenggelam dalam memahami satu sama lain.”

Ia juga menyatakan, “Pemandangan di dunia mikro air mata yang tiada duanya itu, setiap kali membuat saya selalu terkagum, adalah suatu pengalaman baru. Saya masih ingin menelusuri lebih mendalam, lebih banyak, ingin tahu saya akan dibawa kemana di masa mendatang.”

Yang terpesona dengan dunia mikro air mata tidak hanya Mikkers seorang. Fotografer wanita yang berdiam di Los Angeles bernama Rose-Lynn Fisher yang kehilangan kedua orang tuanya di tahun 2008, tenggelam dalam kesedihan amat sangat dan kerap menangis.

Dia mendadak mendapat pemikiran aneh: Menempatkan air mata di bawah mikroskop dan difoto bagaimana wujudnya? Apakah setiap kali air mata selalu berbeda? Dia memotret susunan kristal mikro dari air mata yang telah menguap kadar airnya, menyerupai efek erosi yang terjadi pada bumi selama jutaan tahun. Ini membuatnya sangat gembira, lalu mengumpulkan 100 spesimen air mata untuk dilakukan pencitraan mikroskopik, dan diterbitkan dalam album karya foto berjudul “The Topography of Tears”.

Eksplorasi oleh Mikkers dan Fisher juga membuat orang teringat pada mendiang Profesor Masaru Emoto. Sang profesor mengumpulkan specimen air dari berbagai kondisi di dalam lemari es dengan suhu minus 5 derajat, lalu pada saat air akan meleleh, difoto dengan mikroskop berdaya tinggi. Sebanyak 122 lembar foto tersebut dirangkum dalam bukunya yang berjudul “Messages from Water”, menunjukkan pengaruh pikiran manusia, musik, dan lain sebagainya terhadap wujud kristalisasi air, membuat orang kembali merenung: apakah materi anorganik benar-benar tidak memiliki nyawa?

2.500 tahun silam di Timur, Sakyamuni Buddha mengatakan, “Di dalam sebutir pasir terdapat tiga ribu dunia.” Sekitar 200 tahun silam seorang sastrawan Inggris bernama William Blake juga pernah menulis puisi yang bernuansa Zen: “To see a world in a grain of sand, and a heaven in a wild flower, hold infinity in the palm of your hand, and eternity in an hour.

Sepertinya, tidak hanya di dalam sebutir pasir terdapat tiga ribu dunia, di setiap tetes air mata dan tetesan air juga tak terhingga. Apakah Anda juga penasaran, pemandangan unik seperti apakah pada air mata Anda jika dilihat di mikroskop? Dunia seperti apakah itu? (SUD/WHS/asr)

Mikkers fokus pada dunia mikro, karena adanya kaitan yang mendalam antara air mata dengan kisah unik di baliknya. Foto adalah air mata dari enam orang yang berbeda. (Courtesy of Maurice Mikkers)

Apakah Perang Mata Uang Mempercepat Pelarian Modal dari Daratan Tiongkok ?

0

Tang Hao

Beberapa hari lalu Presiden Trump mengumumkan tentang pengenaan tarif impor tambahan 10% terhadap komoditas Tiongkok senilai USD. 300 miliar yang akan efektif 1 September 2019 mendatang. 

Keesokan harinya, komunis Tiongkok mendevaluasi mata uangnya hingga menembus angka 7. Kemudian Trump  mendaftarkan Tiongkok sebagai negara manipulator mata uang, dan komunis Tiongkok mengumumkan penghentian pembelian produk pertanian Amerika Serikat. 

Trump juga terus mendesak Federal Reserve untuk memangkas suku bunga dan membiarkan dolar terdepresiasi. 

Mengapa Trump membiarkan perang dagang berkembang menjadi perang mata uang? 

Apakah perang dagang mampu menghentikan devaluasi renminbi? 

Risiko apa yang mungkin dihadapi ekonomi Tiongkok akibat perang mata uang, atau mempercepat munculnya bahaya tersembunyi jangka panjang yang ada dalam ekonomi Tiongkok? 

Sebelumnya, mari kita tinjau terlebih dahulu perkembangan dari kejadian.

Pada 31 Juli 2019, negosiasi dagang yang diadakan di Shanghai berakhir dengan tanpa menghasilkan kesepakatan, bahkan pembicaraan berakhir setengah jam lebih awal dari jadwal.

The Fed menurunkan suku bunga 0.25 poin dan mengisyaratkan rencana penurunan lebih lanjut.

Pada 1 Agustus 2019, pemerintahan Trump mengumumkan rencana menambah tarif impor sebesar 10% terhadap komoditas Tiongkok senilai USD. 300 miliar efektif 1 September 2019 yang sempat mengejutkan dunia. 

Pada 4 Agustus 2019, Penasehat Gedung Putih Peter Navarro saat berwawancara dengan Fox News mengatakan bahwa, pemerintah Tiongkok telah melakukan “Tujuh kejahatan” yang berkaitan dengan perdagangan dengan Amerika Serikat. Kejahatan itu, termasuk mencuri hak kekayaan intelektual, mengalihkan teknologi wajib, memanipulasi nilai tukar mata uang dan lainnya.

Pada 5 Agustus 2019, nilai tukar RMB di darat dan lepas pantai turun turun hingga menembus angka 7. Trump berulang kali mengirim pesan tweet yang mengkritik komunis Tiongkok melakukan manipulasi nilai tukar dan membiarkan nilai tukar RMB jatuh ke rekor terendah.

Tak lama kemudian, Kementerian Keuangan Amerika Serikat mengumumkan perihal memasukkan  Tiongkok ke dalam daftar negara manipulator mata uang. Komunis Tiongkok pertama kali dimasukkan daftar sebagai negara manipulator mata uang pada tahun 1994.

Pada 6 Agustus 2019, Kementerian Perdagangan Tiongkok mengumumkan penghentian sementara pembelian produk pertanian AS, dan menaikkan tarif impor produk pertanian Amerika Serikat.

Pada 7 Agustus 2019, Trump berturut-turut mengirim 3 pesan tweet yang isinya antara lain, masalah terbesar di Amerika Serikat bukanlah Tiongkok melainkan Federal Reserve. Ia mengkritik The Fed karena terlalu cepat dalam melakukan pengetatan dana, karena Amerika Serikat saat ini tidak mengalami masalah inflasi, bahkan seharusnya mempercepat pemangkasan suku bunga.

Pada hari yang sama, Gedung Putih mengeluarkan larangan sementara, melarang lembaga-lembaga federal membeli produk telekomunikasi dari kelima perusahaan Tiongkok termasuk Huawei.

Lalu mengapa perang dagang ditingkatkan menjadi perang mata uang ?

Amerika Serikat dan Tiongkok telah terlibat dalam perang dagang yang sengit dalam beberapa hari terakhir. Mengapa Trump sekarang mengobarkan perang mata uang? Inilah 3 alasan utamanya :

Alasan pertama : Komunis Tiongkok tidak beranjak dari ‘taktik mengulur waktu’, enggan bersepakat

Perang dagang yang sudah berlangsung selama 1 tahun, tetapi hasilnya nyaris nihil. Meskipun kedua belah pihak pada akhir bulan Mei 2019 lalu hampir mencapai kesepakatan, tetapi komunis Tiongkok tiba-tiba pada menit terakhir mengingkari janji yang sudah dibuat sebelumnya.

Akhir tahun lalu, penulis pernah menyinggung soal ‘taktik mengulur waktu’ yang bakal dimainkan komunis Tiongkok dalam negosiasi perdagangan. Kelihatannya komunis Tiongkok enggan berunding dengan pemerintahan Trump, jadi mencoba mengulur waktu sampai terpilihnya presiden Amerika Serikat baru pada tahun 2020.

 Sebagai negosiator ulung, Trump tentu tahu komunis Tiongkok hanya menanti perubahan melalui berjalannya waktu. Oleh karena itu, Trump merasa perlu untuk melawan ulah Beijing itu dengan memerangi renminbi.

Presiden Trump pada 26 Juli 2019 lalu mengatakan, “I don’t think, personally, China would sign a deal if I had a 2 percent chance of losing the election. I think China would probably say, “Let’s wait. Let’s wait. Maybe Trump will lose and we can deal with another dope or another stiff”. 

Alasan kedua : Komunis Tiongkok mundur teratur karena Trump tidak lagi percaya Tiongkok

Hal paling penting yang merupakan dasar dari setiap negosiasi adalah kepercayaan. Jika tidak ada lagi kepercayaan, maka semua negosiasi seperti mendirikan bangunan di atas pasir, tidak mungkin stabil.Setelah 12 putaran negosiasi perdagangan dengan Tiongkok, pemerintahan Trump memutuskan untuk memberlakukan tarif yang sempat ditunda dan mengobarkan perang baru di medan mata uang untuk menekan Beijing. 

Hal itu juga mencerminkan bahwa Trump enggan untuk memberikan kepercayaan dan kesabaran kepada komunis Tiongkok. Peluang untuk menyelesaikan masalah perdagangan melalui negosiasi tampaknya sudah semakin kecil.

Alasan ketiga : Trump kecewa terhadap otoritas Xi Jinping walau tetap berbicara halus

Peluncuran perang mata uang oleh Trump kali ini dapat dikatakan sebagai back thrust yang tidak terduga, atau setidaknya Beijing tidak berpikir bahwa perang mata uang akan datang begitu cepat. 

Faktanya, gerakan cepat Trump juga mencerminkan kekecewaannya terhadap rezim Xi Jinping. Namun, ia masih ingin menyediakan ruang untuk manuver interaksi bagi 2 orang dengan tetap berbicara secara halus alias tidak menyakitkan.

Ekonomi Tiongkok menghadapi 7 risiko sebagai dampak perang mata uang

Menurut penulis, perang mata uang itu akan membawa setidaknya tujuh risiko  besar kepada ekonomi Tiongkok. Atau, itu akan mempercepat munculnya ketujuh masalah jangka panjang yang tersembunyi dalam ekonomi Tiongkok.

Risiko pertama : Depresiasi renminbi jangka panjang, aset menyusut

Meskipun Bank Sentral Tiongkok membantah memanipulasi nilai tukar, tetapi dapat dilihat dari grafik nilai tukar bahwa nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap renminbi telah naik sebesar 4,6% dalam tiga bulan terakhir. Dengan kata lain, RMB telah mengalami depresiasi tajam. 

Ditambah lagi Amerika Serikat akan mengenakan tarif tambahan 10% pada komoditas Tiongkok mulai 1 September 2019 mendatang. 

Pihak berwenang Tiongkok akan membiarkan nilai renminbi terdepresiasi, dengan demikian dapat digunakan untuk mengurangi sebagian beban dari kenaikan tarif Amerika Serikat, dan meningkatkan perdagangan ekspor Tiongkok.

Pada saat yang sama, karena penurunan ekonomi Tiongkok komunitas investasi umumnya pesimis dengan pasar jangka pendek Tiongkok. Ditambah lagi Amerika Serikat telah mendaftarkan Tiongkok sebagai negara manipulator mata uang, sehingga akan semakin memberikan dampak psikis terhadap pasar investasi dan untuk mengantisipasi depresiasi renminbi. 

Hal itu akan mendorong investor untuk melepas renminbi. tetapi akibatnya, akan memperdalam tren penurunan jangka panjang nilai renminbi. Bahkan beberapa orang telah memperkirakan bahwa nilai tukar renminbi ke dolar Amerika Serikat bisa mencapai 7,4 atau 7,5.

Depresiasi renminbi juga akan menyebabkan depresiasi aset dalam mata uang renminbi di Tiongkok. Sebagai contoh, nilai aktual rumah Tiongkok juga akan menyusut.

Risiko kedua : Inflasi, daya beli dan kualitas kehidupan masyarakat menurun

 Depresiasi renminbi akan menyebabkan penurunan daya beli, nilai uang berkurang. Ketika nilai uang semakin berkurang, itu membuat harga barang relatif lebih mahal. Apalagi Tiongkok selain sebagai pabrik dunia, tetapi Tiongkok juga mengimpor sejumlah besar barang dari luar negeri, terutama makanan dan minyak, ini adalah barang impor utama Tiongkok.

Namun, depresiasi renminbi akan menyebabkan barang asing menjadi mahal, dan jumlah barang yang diimpor relatif akan berkurang. Sebagaimana teori pasar bahwa barang langka harga mahal, maka inflasi terjadi.

Sejak perang dagang berkobar sejumlah masyarakat daratan mungkin merasakan tekanan akibat kenaikan harga barang. Renminbi terus mengalami depresiasi, ditambah dampak dari menjangkitnya penyakit demam babi Afrika dan banjir besar di sejumlah wilayah bagian selatan Tiongkok, dapat diprediksi bahwa kenaikan harga pangan masih akan berlanjut.

Menurut data resmi dari pemerintah Tiongkok, harga makanan di Tiongkok pada bulan Juni 2019  telah naik 8,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di antaranya, harga buah segar naik 42,7%, dan harga daging ternak naik 14,4%, terutama harga daging babi naik 21,1%.

Sekarang perang tarif dan perang mata uang terjadi bersamaan. Jika komunis Tiongkok masih ingin membiarkan renminbi terdepresiasi demi mengimbangi beban naiknya tarif, maka hal itu akan membuat daya beli masyarakat semakin melemah dan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang akhirnya mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat daratan.

Risiko ketiga : Memperparah krisis utang Tiongkok

Dalam dua atau tiga tahun terakhir, hampir semua media arus utama internasional terus  mengingatkan bahwa krisis ekonomi Tiongkok terutama disebabkan oleh masalah hutang, dan bahkan mungkin dapat memicu tsunami finansial versi Asia.

Banyak perusahaan BUMN dan swasta Tiongkok selain meminjam dana dari perbankan dalam negeri, juga dari perbankan internasional dalam jumlah yang sangat besar. 

Menurut Kantor Administrasi Valuta Asing Negara, angka utang luar negeri Tiongkok saat ini adalah sekitar USD. 2 triliun. Tetapi industri umumnya percaya bahwa angka itu direndahkan. Industri memperkirakan bahwa jumlah utang luar negeri Tiongkok diperkirakan mencapai USD. 3,5 triliun. Angka itu telah melampaui cadangan devisa Tiongkok yang hanya USD. 3 triliun.

Selain itu, lebih dari 60% hutang luar negeri Tiongkok termasuk dalam hutang jangka pendek yang harus dikembalikan setelah satu tahun. Sekarang nilai tukar renminbi terus terdepresiasi, yang berarti bahwa perusahaan harus menggunakan jumlah renminbi yang lebih banyak  untuk membayar hutang mereka.

Jadi itu sama dengan memperparah dan memperdalam masalah utang sektor pemerintah dan  swasta. Selain itu, jika pertumbuhan ekonomi terus menurun, tidak mudah bagi perusahaan  menghasilkan uang untuk membayar hutang. Hal itu memungkinkan munculnya badai ekonomi berskala besar.

Risiko keempat : Meningkatkan krisis sistemik industri keuangan Tiongkok

Jika terjadi kebangkrutan perusahaan dalam jumlah besar atau mereka gagal membayar utang, maka badai itu akan menghempas juga ke sistem perbankan Tiongkok, mengakibatkan kredit macet (bad debt) meningkat tajam. Kerugian usaha perbankan membesar dan bahkan menimbulkan krisis rantai modal.

Sebagai contoh, baru-baru ini, China Merchants Bank dan Bank of Jinzhou telah berturut-turut mengalami krisis keuangan hingga manajemennya diambil-alih pemerintah. Bahkan, itu sudah menjadi peringatan yang sangat serius, karena masalah kredit macet sudah biasa terjadi di daratan Tiongkok, yang pasti, bukan hanya satu atau dua bank yang mengalami situasi itu.

Oleh karena itu jika renminbi mengalami depresiasi jangka panjang, lalu menyulut krisis utang, itu akan memicu krisis utang perusahaan. Kemudian memicu krisis sistemik industri keuangan, membentuk gejolak keuangan yang lebih besar, dan badai tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap Tiongkok, tetapi juga sistem perbankan asing.

Risiko kelima : Mempercepat larinya modal

Jika tren depresiasi jangka panjang dari renminbi dan pengaruh psikisnya tidak dapat diatasi, itu pasti akan mempercepat pelarian modal dari daratan Tiongkok, mencoba mengalihkan dananya ke luar negeri untuk melindungi nilai. Pada saat yang sama, dana asing secara alami tidak akan masuk. 

Risiko keenam : Mempercepat hengkangnya perusahaan dan aset

Jika renminbi terdepresiasi untuk waktu yang lama, meskipun mungkin dapat membantu perdagangan ekspor dan manufaktur industri, tetapi dengan terdepresiasinya renminbi untuk waktu yang lama, akan menyebabkan daya beli masyarakat Tiongkok menurun. Di samping itu, juga menyebabkan biaya impor bahan baku dari luar negeri menjadi tinggi, dan pada akhirnya mempengaruhi biaya operasi perusahaan.

Kecuali, jika bahan baku seperti tanah jarang yang semuanya dihasilkan dari Tiongkok sendiri, itu jelas tidak terpengaruh.

Oleh karena itu, suasana lingkungan jangka panjang yang tidak kondusif untuk operasi bisnis itu cenderung mendorong lebih banyak perusahaan untuk keluar dari daratan Tiongkok. Hal itu  untuk menggeser kapasitas produksinya langkah demi langkah untuk mendiversifikasi risiko dan mengurangi biaya operasi jangka panjang.

Sebagai contoh, Reuters baru-baru ini mengungkapkan bahwa Foxconn siap untuk menjual pabrik panel 10,5-generasi di kota Zengcheng, Guangzhou. Pabrik panel tersebut merupakan hasil kerja sama anak perusahaan Foxconn dengan pemerintah Kota Guangzhou, dengan total investasi sebesar USD. 8,8 miliar.

Meskipun berita itu terjadi sebelum dimulainya perang mata uang, tetapi Foxconn mungkin saja telah melihat bahwa prospek bisnis di daratan Tiongkok tidak optimis, sehingga lebih baik melegonya meski rugi. Secara bertahap mentransfer aset perusahaan untuk menghindari  kerugian yang lebih besar.

Risiko ketujuh : Tingkat pengangguran meningkat

Jika perusahaan mempercepat hengkang dari Tiongkok, lapangan kerja pasti berkurang. Ditambah lagi renminbi mengalami devaluasi yang melemahkan daya beli masyarakat. 

Hal itu juga akan mempengaruhi pendapatan penjualan industri jasa dan industri manufaktur, menyebabkan perusahaan-perusahaan enggan mengekspansi usaha, dan bahkan kemungkinan Pemutusan Hubungan Kerja – PHK dan pemotongan gaji untuk bertahan hidup di saat ekonomi memasuki “musim dingin”.

Meskipun secara resmi tingkat pengangguran di perkotaan Tiongkok dilaporkan hanya 5,1%, tetapi semua orang tahu bahwa data itu hanya perhitungan untuk daerah perkotaan dan tidak termasuk pedesaan yang jumlahnya sangat besar. Apalagi data resmi komunis Tiongkok itu biasanya direkayasa terlebih dahulu.

China International Capital Corporation (CICC) baru-baru ini mengumumkan bahwa dari sejak bulan Juli hingga saat ini, lapangan kerja industri di daratan Tiongkok telah berkurang sebanyak 5 juta. 

Ditambah lagi, Perdana Menteri Li Keqiang baru-baru ini secara terbuka menekankan agar semua jajaran untuk memprioritaskan lapangan kerja. Media resmi juga berulang kali memberitakan masalah pekerja yang “pulang kampung untuk berwirausaha.”  Itu dapat berarti bahwa pengangguran dan pasar kerja aktual Tiongkok telah mengalami krisis yang parah.

Secara umum, jika komunis Tiongkok terus membiarkan renminbi terdepresi, atau gagal untuk mencegah turunnya nilai renminbi, itu mungkin saja tidak hanya menyulut letusan ketujuh risiko yang baru saja disebutkan, tetapi juga menyebabkan penurunan yang lebih cepat dalam ekonomi Tiongkok. Hal itu membuat masyarakat di daratan Tiongkok semakin menderita.

Selain itu, pada bulan Oktober 2019 mendatang, akan menjadi saat yang kritis karena pada saat pesanan untuk akhir musim belanja Amerika Serikat hampir habis dikirimkan. Ditambah lagi dengan berakhirnya waktu penyelidikan kasus tentang apakah komunis Tiongkok menggunakan celah aturan World Trade Organization – WTO untuk mengeksploitasi manfaat. 

Pada saat itu, apakah Amerika Serikat akan memberlakukan tarif yang lebih tinggi terhadap komoditas Tiongkok? Atau menerapkan sanksi lain? Patut kita ikuti bersama. (sin)

FOTO : Uang kertas 100 yuan Tiongkok di Beijing, pada tanggal 9 Februari 2017. (FRED DUFOUR / AFP / Getty Images)

Kisah Sie Jin Kwie, Jenderal Perkasa Mahir Ilmu Sastra dan Kemiliteran

0

Liu Di 

Pada awal Dinasti Tang, ilmu seni bela diri Sie Jin Kwie adalah paling menonjol. Sie Jin Kwie adalah namanya yang dikenal dalam dialek Hokkian. Sedangkan dalam Bahasa mandarin disebut dengan Xue Rengui.

Ketika masa kaisar Gao Zong dari Tang, bala tentara Tang memperluas wilayah. Tentara berturut-turut menyerang wilayah Turki Barat (suku nomaden ber-etnis Turki di zaman Tiongkok kuno), Paekche (salah satu dari 3 kerajaan Korea kuno) dan Koguryo (negara Asia Timur kuno), sehingga luas wilayah Dinasti Tang mencapai puncaknya.

Pada zaman yang penuh gejolak itu, justru merupakan panggung bagi para ksatria untuk menunjukkan kebolehan mereka. Sie Jin Kwie, satria berjubah putih yang dipromosikan berkat mata bijak sang kaisar Tai Zong dari Tang, juga pada masa itulah ia secara resmi memulai perjalanan karirnya yang cemerlang.

Pada tahun ke-2 Kaisar Xian Qing dari Tang (tahun 657), Jendral Su Dingfang dari dinasti Tang memimpin 10.000 pasukan berkuda menggempur wilayah barat Ashina Helu, Turki Barat yang memberontak.

Peperangan ini merupakan suatu peperangan sengit. Sebanyak 4 kali peperangan yang melibatkan 2 generasi kaisar dan dapat diakhiri oleh gempuran Su Dingfang.

Meskipun tidak diketahui apakah Sie Jin Kwie ikut terjun dalam perang tersebut, namun yang dapat dipastikan, ia telah berjasa besar dalam memperlancar jalan menuju kemenangan perang tersebut.

Hanya saja jasa kemiliterannya Sie Jin Kwie kali ini, bukan dalam hal jumlah musuh yang dibasmi, ataupun perolehan jumlah rampasan perang. Melainkan dengan cara menetapkan strategi dan menegakkan aturan, sehingga tanpa berperangpun telah merebut hati lawan.

Piawai dalam Bidang Ilmu Kemiliteran dan Sastra, Sebarkan Kebajikan Dinasti Tang Agung

Tercatat dalam kitab sejarah otentik, ketika Su Dingfang berperang, Sie Jin Kwie mengajukan catatan dan analisanya pada kaisar Gao Zong, dengan dasar “perang yang tanpa alasan yang jelas, akhirnya pasti akan kalah.”

Ketika itu, ia mengajukan strategi umum dalam pertempuran. Karena pada masa itu rumpun etnis Turki sedang terbelah, di antaranya Nishufu karena merasa dirinya mampu dan tidak mau tunduk di bawah Helu yang mengangkat dirinya sebagai Khagan, namun malang dia telah dikalahkan, anak istrinya ditawan, sehingga terpaksa menyerah.

Sedangkan tentara Tang dalam berperang juga menangkap keluarga Nishufu, ketika sedang bersiap-siap memasukkan mereka ke dalam daftar warga kelas bawah, namun dapat dicegah dengan adanya strategi dari Sie Jin Kwie. Maka cara paling tepat yang diterapkan oleh pasukan Tang adalah mengembalikan mereka kepada Nishufu, bahkan menghadiahi mereka sejumlah harta.

”Dengan demikian, dinasti Tang Agung bukan saja dapat menunjukkan rasa simpatik dan santunan terhadap Nishufu; juga dapat membuat rakyat melihat kekejaman dan kesewenang-wenangan Helu serta mengagumi kaisar Tang Agung yang menyebar-luaskan kebajikan,” ujar Sie Jin Kwie yang spontan diterima oleh Gao Zong dari Tang.

Benar saja Nishufu sangat mengagumi dan berterima kasih atas kebajikan sang kaisar.  Ia bersumpah dan berjanji setia sampai mati pada dinasti Tang. Proposal Sie Jin Kwie bukan saja telah memperlemah kekuatan nyata etnis Turki, bahkan bersamaan itu telah membuat pasukan Tang menjadi pasukan keadilan.

Dalam medan perang, Su Dingfang dan kawan kawan tidak gentar dalam menghadapi batu ujian keras dari ratusan ribu tantara musuh dan badai salju setebal 0,7 meter. Mereka memperoleh kemenangan besar walau dengan prajurit sedikit melawan musuh dalam jumlah banyak dalam mempersatukan Turki Barat. Kemudian Nishufu menjadi orang pertama yang dianugerahi gelar “Khan” di Turki oleh Dinasti Tang, dan menjaga keamanan tapal batas bagi dinasti Tang.

Catatan berisi analisa yang dipersembahkan kepada kaisar ini tersimpan dalam berkas catatan sejarah, memiliki alasan yang kuat dan dilengkapi bukti, serta berstruktur jelas. Kecerdasan Sie Jin Kwie mampu menggambarkan keseluruhan situasi dengan hanya melihat sebagian.

Ternyata ia bukan saja seorang perwira dengan daya tempur yang amat sangat tinggi, tapi juga merupakan seorang ahli strategi militer dengan wawasan luas dalam bidang sastra dan kemiliteran.

Sedangkan tingkat pencapaiannya dalam bidang ilmu pengetahuan, lebih mengagumkan, dibuktikan dalam dua buah kitab dinasti Tang “Jing Ji Zhi” dan “Yi Wen Zhi”, semuanya mencatat adanya satu set kitab 14 jilid berjudul “Catatan Baru tentang Makna Zhou Yi (The Book of Change)”, pada kolom penulis dari 2 kitab tersebut, secara mengejutkan tercantum nama besar Sie Jin Kwie!

Sulit sekali dibayangkan ternyata bersamaan dengan giat berlatih silat dan melatih bala tantara, sang jenderal masih sempat juga menghasilkan karya ilmiah hasil penelitian.

Meskipun 1 set buku karangannya itu telah punah, namun catatan tersebut menunjukkan sisi lain bahwa Sie Jin Kwie sudah sejak muda melahap buku-buku kesusasteraan dan budaya. Bahkan tingkat wawasan sejati dari sang Jenderal besar itu mungkin sudah terlalu jauh untuk dikejar oleh kebanyakan kaum terpelajar di zamannya.

Tidak mengherankan bahwa di dalam karya seni tentang legenda Sie Jin Kwie, sering kali disinggung tentang kecakapan dan wawasannya. Misalnya dalam opera tradisional, Sie Jin Kwie menyebut dirinya sebagai, “Di masa lampau Jin Kwie banyak membaca kitab-kitab zaman kuno maupun kini.” Meski ia pandai, nyonya Liu sang istri juga menghibur dan menasihatinya: ”Di dalam dadamu terkandung puluhan ribu jilid kitab, buat apa begitu gelisah?” Hal ini bukanlah angan angan generasi berikut yang hendak mengkultuskan Sie Jin Kwie, ternyata merupakan fakta sejarah yang akurat.”

Sosok Pemanah Handal

Sie Jin Kwie yang di atas kuda terlebih lagi nampak perkasa dan gagah berani, ketika menyerbu musuh di medan laga wilayah provinsi Liaoning Timur, dan bagian Utara gurun Gobi (Mongolia).

Keahliannya memanah dari atas kuda telah sepenuhnya terekspresikan. Pada 659, sekali lagi Sie Jin Kwie menggempur Korea, terlebih dahulu menyerang 3 ribu musuh di kota Gui Duan. Tahun berikutnya terlibat perang besar melawan para jenderal musuh di gunung Heng.

Dalam kitab sejarah tertulis bahwa ia “menaiki kuda memimpin penyerbuan, setiap kali busurnya membidik, pasti ada yang jatuh terkena panah.” Sie Jin Kwie yang dulunya pernah menjadi serdadu biasa, ternyata merupakan pemanah jitu dari atas kuda. Sesampainya di kota Sosong, Sie Jin Kwie menemui tandingannya, pihak lawan juga menerjunkan pemanah ahli yang secara beruntun memanah mati belasan prajurit Tang.  Sie Jin Kwie lantas menyongsongnya, memanah jatuh busurnya, membuat sepasang tangannya tidak berdaya dan berhasil menangkapnya hidup-hidup.

Dalam peperangan dinasti Tang menghancurkan Koguryo (kini sebagian wilayah Korea) pada Tahun 666 Masehi, Sie Jin Kwie maju berperang bersama jendral besar Li Ji, merupakan peristiwa “Perjalanan Perang Sie Jin Kwie ke Timur” yang beredar luas.

Dalam sejarah tercatat, pada awal peperangan, pasukan dinasti Tang berada dalam posisi tidak menguntungkan. Untunglah ada Sie Jin Kwie yang 2 kali membantu pada saat yang tepat, menghancurkan lebih dari 50.000 musuh, hal mana telah membalikkan situasi.

Menanggapi hal ini kaisar Gao Zhong dari Tang menulis surat pribadi yang memujinya sebagai “Jenderal yang mantan prajurit, tanpa hirau jiwa raga, menyerbu ke kiri menyerang ke kanan, tanpa tandingan”.

Dua tahun kemudian, Sie Jin Kwie memimpin pasukan berjumlah 2 – 3 ribu prajurit untuk menggempur Buyeo di Koguryo, dalam internal pasukannya, karena jumlah personel yang sedikit, ada yang menasihatinya untuk tidak gegabah melakukan penyerbuan.

Ketika itu, Sie Jin Kwie berpendapat: ”Kualitas pasukan lebih menentukan daripada kuantitasnya, yang penting adalah sang komandan piawai menggunakan prajuritnya.” Maka ia dengan teguh melakukan penyerbuan, dan berhasil membobol Buyeo dengan prestasi menghancurkan sepuluh ribu musuh, kota-kota lain mendengar ini langsung menyerah, reputasi dan wibawa pasukan Tang meningkat pesat.

Namun yang paling mengagumkan adalah perilaku Sie Jin Kwie setelah menang perang. Berkat jasanya dalam kemiliteran ia diangkat menjadi kepala daerah administrative. Ia memerintah dan tinggal di Koguryo, di sana ia menyantuni anak-anak yatim piatu dan para manula. Ia mempromosikan cendekiawan setempat, mendirikan monumen bagi orang-orang yang loyal dan berbakti pada oran tua. Dalam waktu singkat, segenap masyarakat Koguryo dengan suka cita menerima edukasi dari dinasti Tang.

Untuk menduduki sebuah kota mungkin hanya memerlukan siasat jitu dan keunggulan militer, namun untuk menundukkan hati manusia suatu negeri, justru membutuhkan kasih yang merakyat dan perilaku luhur.

Hal ini dapat dilakukan oleh Sie Jin Kwie, mungkin di dalam hatinya, benar-benar telah dapat memahami makna sejati dari “kebajikan dalam kemiliteran” (PUR/WHS/asr)

Waspada (Lagi) Kebakaran Hutan dan Lahan

Epcohtimes.id- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk tetap terus mewaspadai sebaran titik panas guna menghindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Berdasarkan hasil pemantauan selama dua minggu terakhir (25 Juli – 5 Agustus 2019) sedikitnya BMKG mengidentifikasi terdapat 18.895 titik panas di seluruh wilayah Asia Tenggara dan Papua Nugini.

Deputi Meteorologi BMKG, Prabowo, di Jakarta, Selasa (6/8) mengungkapkan, informasi titik panas tersebut dianalisis oleh BMKG berdasarkan citra Satelit Terra Aqua (LAPAN) dan Satelit Himawari (JMA Jepang).

“Peningkatan jumlah titik panas ini, diakibatkan kondisi atmosfer dan cuaca yang relatif kering sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mudah terbakar. Kondisi tersebut perlu diperhatikan, agar tidak diperparah dengan maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian dengan cara membakar,” katanya dalam siaran persnya.

Oleh karena itu, BMKG terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BNPB, Pemerintah Daerah (BPBD), Instansi terkait, dan masyarakat luas untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan, bahaya polusi udara dan asap, potensi kekeringan lahan dan kekurangan air bersih.

Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG, menunjukkan adanya trend titik panas meningkat di berbagai wilayah ASEAN, terpantau mulai 25 Juli 2019 sebanyak 1395 titik meningkat menjadi 2441 pada tanggal 28 juli 2019.

Kemudian titik panas mulai menurun pada tanggal 29 Juli 2019 menjadi sebanyak 1782 titik, dan menjadi 703 titik pada tanggal 1 Agustus 2019.

Jumlah titik panas meningkat kembali menjadi 3191 pada tanggal 4 Agustus 2019, titik panas tersebut terkonsentrasi di wilayah Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat, bahkan juga terdeteksi di Serawak (Malaysia), Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar, dan Filipina.

Pada musim kemarau, pola angin dominan berasal dari arah Tenggara, hal ini mendorong arah penyebaran (trayektori) asap melintasi perbatasan wilayah Indonesia (transboundary haze). Kondisi tersebut telah diantisipasi dalam bentuk informasi peringatan dini berupa monitoring sebaran asap dan prediksi zona kemudahan terbakar, dengan menggunakan Fire Danger Rating System (FDRS) sampai 7 hari ke depan untuk wilayah ASEAN.

Dalam sistem tersebut terdapat peta prakiraan tingkat kemudahan terjadinya kebakaran berdasarkan unsur cuaca untuk wilayah Asia Tenggara. Dalam seminggu kedepan (6 – 12 Agustus 2019) wilayah Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Filipina, Thailand, Malaysia, dan sebagian kecil Myanmar, Vietnam, Laos masuk kategori diprediksi “Sangat Mudah” terjadi kebakaran.

Menurut Prabowo, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa wilayah di ASEAN sedang mengalami musim kemarau (monsun Australia) dimana pola angin secara umum berasal dari arah Tenggara yang bersifat kering.

Selain itu, kondisi musim saat ini juga dipengaruhi oleh kondisi anomali suhu permukaan laut di perairan Indonesia yang negatif khususnya di selatan ekuator, El Nino dengan intensitas lemah yg berlangsung dari akhir 2018 saat ini menuju kondisi netral, serta Indian Ocean Dipole Mode yang saat ini bernilai positif.

Hal ini mengakibatkan musim kemarau tahun ini lebih kering dari tahun 2018, dan kondisi lahan khususnya gambut secara potensi menjadi mudah terbakar.

“Kondisi kering itu diikuti oleh kemunculan hotspot yang dapat berkembang menjadi kebakaran hutan dan lahan yang pada akhirnya menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara. Untuk itu diperlukan kewaspadaan dan langkah antisipatif untuk meminimalisir dampak,”pungkasnya. (asr)

Akankah Bencana Perang Finansial Menimpa Komunis Tiongkok ?

0

oleh Chen Simin

Untuk mengurangi sebagian dampak dari kenaikan tarif impor AS, pihak Komunis Tiongkok pada 5 Agustus membiarkan mata uangnya tersungkur sampai menembus angka 7. Kementerian Keuangan AS secara resmi, langsung mengumumkan bahwa komunis Tiongkok dalam daftar manipulator mata uang.

Menurut hukum AS, Kementerian Keuangan AS akan mengundang pihak Komunis Tiongkok untuk berunding. Lalu meminta Komunis Tiongkok mengubah kebijakannya. Jika Komunis Tiongkok dalam waktu 1 tahun gagal mengambil kebijakan yang tepat untuk memperbaiki situasi, maka Kementerian Keuangan AS akan meminta Presiden untuk mengambil salah satu atau sejumlah tindakan berikut : 

Pertama, Melarang proyek apapun dari Tiongkok untuk memperoleh pendanaan dari perusahaan investasi swasta luar negeri AS. 

Kedua, Menolak partisipasi Tiongkok dalam penawaran pengadaan pemerintah AS. 

Ketiga, Investigasi ekstra tentang Kebijakan Nilai Tukar Makro yang diprakarsai oleh IMF. 

Keempat, Memasukkan manipulasi nilai tukar ke dalam pertimbangan Kantor Perwakilan Departemen Perdagangan AS atau United State Trade Representative -USTR- untuk dipertimbangkan dalam menilai perjanjian perdagangan atau negosiasi.

Ada opini publik yang berpendapat bahwa langkah-langkah ini tampaknya tidak keliru. Setidaknya poin ketiga dan keempat termasuk dalam implementasi saat ini. 

Faktanya, perlu dicatat bahwa setelah resmi “dicap” sebagai negara manipulator nilai tukar, Amerika Serikat dapat menerapkan sanksi keuangan lebih lanjut, apakah itu terhadap individu, badan hukum, sistem keuangan atau partai politik Tiongkok, terlepas dari aset properti atau operasi bisnisnya di Amerika Serikat. Dapat menjadi objek sanksi keuangan AS.

Sebelum mengambil contoh, mari kita lihat berita ini : The Financial Times mengutip informasi dari sumber terpercaya dan didukung foto satelit Planet Labs yang disediakan oleh situs web ‘Tanker Trackers’ pada 5 Agustus memberitakan, Kunlun Bank dalam beberapa bulan terakhir menyewa armada tanker untuk mengangkut minyak dari Iran ke daratan Tiongkok. Sejak bulan Mei tahun ini, setidaknya 3 unit kapal tanker yang terkait dengan Kunlun Bank telah ditemukan berinteraksi dengan kapal-kapal Iran.

Kunlun Bank adalah anak perusahaan dari China National Petroleum Corporation -CNPC- dan telah menjadi saluran utama bagi Tiongkok untuk membeli minyak Iran dalam 12 tahun terakhir. 

Oleh karena itu, ia pernah terlibat perdagangan dengan bank-bank Iran pada tahun 2012, sehingga dijatuhi sanksi keuangan oleh Amerika Serikat. Operasi bisnis tidak dapat berjalan normal, bahkan transaksi besar dan pembayaran berkala tidak dapat dilakukan. 

Pada waktu itu, bisnis impor dan ekspor letter of credit antara Tiongkok dengan Iran nyaris diborong oleh Bank Kunlun. Pedagang dan investor Tiongkok yang bekerja sama dengan pihak Iran, tidak dapat melakukan pembayaran normal ke Iran melalui Bank Kunlun. Hingga kemudian menyebabkan, kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Tiongkok dengan Iran terhambat  secara signifikan.

Hanya satu bank Kunlun saja yang tersingkir dari sistem keuangan AS, hampir memutus saluran kerja sama ekonomi dan perdagangan antara pihak Tiongkok dengan Iran. 

Jika lebih banyak lembaga keuangan Tiongkok atau bahkan seluruh sistem keuangan yang terkena sanksi keuangan Amerika Serikat, maka konsekuensinya tidak sulit dibayangkan.

Inti dari sistem sanksi keuangan AS termasuk Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication- SWIFT – dan Clearing House Interbank Payment System -CHIPS. 

Untuk diketahui, SWIFT adalah kerjasama nirlaba dari anggota perbankan yang melayani jaringan telekomunikasi antar bank. Kantor pusatnya di Brussels, Belgia. SWIFT hanya menyediakan layanan instruksi untuk melakukan pemindahan dana. Pada dasarnya, SWIFT tidak memiliki mekanisme penyerahan dana atau settlement. 

Adapun, CHIPS adalah jaringan pemindahan dana yang dimiliki dan dioperasikan oleh New York City Housing Authority untuk mengirim dan menerima pembayaran dalam bentuk dolar AS antara bank-bank, baik bank domestik maupun bank asing. 

Kembali ke topik, menurut informasi publik, setelah Bank of China sebagai bank devisa nasional dan profesional perdagangan luar negeri membuka saluran komunikasi dengan SWIFT pada tahun 1985, lembaga perbankan lainnya seperti ICBC, China Construction Bank, Agricultural Bank of China, perusahaan asuransi, perusahaan sekuritas, perusahaan dana, dan lembaga keuangan lainnya juga ikut membuka saluran komunikasi dengan SWIFT. 

Transaksi modal lintas batas antara Tiongkok dan dunia luar, sebagian besar dilakukan melalui SWIFT. 

Inilah yang kemudian menyulitkan lembaga keuangan Tiongkok untuk secara efektif menghindari dampak dari risiko sanksi keuangan Amerika Serikat.

Sebagai contoh, artikel yang diposting blog Caixin pada tahun 2018, menunjukkan bahwa begitu sebuah lembaga keuangan terkena pemutusan saluran pembayaran oleh CHIPS, maka bisnis dolar lintas batasnya akan menghadapi  jalan buntu. 

Bahkan yang lebih mengerikan adalah begitu sebuah lembaga keuangan terkena pemutusan saluran konversi pesan oleh SWIFT, maka lembaga keuangan tersebut selain tidak dapat melakukan transaksi lintas batas dana melalui Amerika Serikat, tetapi juga tidak dapat melakukan transaksi lintas batas melalui mata uang lain seperti euro, yen, renminbi, pound sterling dan lain sebagainya. 

Jadi, bisnis transaksi lintas batas lembaga keuangan tersebut pada dasarnya lumpuh. Memutuskan saluran pembayaran akan berakibat fatal bagi lembaga keuangan. 

Setidaknya sekarang sudah dapat dibayangkan bahwa, jika Amerika Serikat meluncurkan sanksi keuangan terhadap komunis Tiongkok, saham-A akan mengalami bear market. 

Kegiatan ekonomi dan perdagangan yang berhubungan dengan asing, terutama antara Tiongkok dengan Korea Utara, Iran dan bisnis di proyek OBOR, sangat mungkin terkena dampak akibat terputusnya saluran pembayaran kliring lembaga keuangan. (Sin/asr)

Mengapa Komunis Tiongkok Menggelar Konfrensi Pers yang Langka untuk Membela Polisi Hong Kong?

0

LIANG ZHEN dan LUO YA

Sekretaris Utama Hong Kong, Matthew Cheung Kin-chung, meminta maaf pada 26 Juli lalu atas respon polisi yang lambat terkait mengatasi insiden kekerasan di stasiun kereta Yuen Long beberapa waktu lalu.   

Ketika itu, para pria yang mengenakan kaus putih menyerang penumpang dengan tongkat dan batang logam hingga melukai puluhan orang. 

Polisi  tiba di tempat kejadian 40 menit kemudian. Ini setelah panggilan darurat. Akan tetapi, pada saat itu, para penyerang sudah pergi.

Warga Hong Kong menyambut permintaan maaf itu. Meski demikian, beberapa asosiasi polisi segera mengeluarkan pernyataan yang meminta Cheung untuk menarik kembali permintaan maaf publik itu. Bahkan, sebaliknya diserukan meminta maaf kepada polisi.

Setelah Kantor Urusan Hong Kong dan Makau, sebuah Badan dari pemerintahan di Beijing, memuji polisi pada konferensi pers yang tidak biasa pada 29 Juli lalu. Komisaris Polisi Hong Kong, Stephen Lo Wai-chung dan perwakilan empat asosiasi polisi bertemu dengan Cheung pada hari berikutnya.

Ronny Chan Man-tak, presiden Asosiasi Pengawas Polisi Hong Kong, menyatakan, setelah pertemuan, bahwa kedua pihak “berbagi secara terbuka” dan asosiasi polisi memahami Cheung. 

Dia juga mengklaim, Cheung mendukung polisi serta memahami kerja keras para petugas polisi. Dia mengatakan, polisi tidak akan meminta maaf atas bagaimana serangan Yuen Long ditangani. Polisi mengharapkan Cheung untuk menjelaskan kepada publik, apa yang sebenarnya dia maksudkan pada 26 Juli lalu.

Mengenai mengapa polisi marah dengan permintaan maaf Cheung, lalu mengapa dukungan Cheung terhadap polisi diumumkan oleh asosiasi kepolisian?  

Wartawan senior Hong Kong, Fong Tak Ho dilaporkan oleh Epochtimes mengatakan, fakta itu sangat jelas bahwa pemimpin Hong Kong, Carrie Lam dan Matthew Cheung telah dikuasai oleh polisi. 

Matthew Cheung mengadakan pertemuan penting dengan polisi dan diinterogasi oleh polisi. Hingga kemudian, polisi secara terbuka menyatakan harapan mereka bahwa Cheung akan mengklarifikasi kata-katanya. Pendekatan semi-koersif seperti itu menunjukkan, bahwa polisi lebih kuat secara politis daripada administrasi pemerintahan Hong Kong.

Menurut Fong, alasan utama untuk pendekatan berani polisi adalah konferensi pers 29 Juli, di mana pusat pemerintahan Beijing menyatakan dukungannya terhadap polisi. 

Fong menjelaskan, Hong Kong adalah pemerintahan yang dipimpin eksekutif. Sedangkan Pemimpin utama polisi adalah Carrie Lam. 

Namun demikian, Kantor Urusan Hong Kong dan Makau, tidak memberikan Carrie Lam tingkat penghormatan yang sama dengan pemimpin pasukan polisi. Yang mana, polisi mendapat banyak pujian di konferensi pers. Hal demikian dinilai sangat aneh. 

Alasan untuk Konferensi Pers

Sekelompok petugas kepolisian yang mengidentifikasi diri sebagai “petugas kepolisian yang mencintai Hong Kong” menerbitkan surat terbuka pada 30 Juli. 

Surat itu menyatakan, bahwa kepemimpinan puncak mendorong pasukan polisi yang semula netral, ke dalam badai politik. Hingga menyebabkan, polisi terjepit antara pemerintah dan warga Hongkong.

Surat terbuka lainnya dari anggota keluarga polisi kepada Carrie Lam mengatakan, “Petugas kepolisian harus mematuhi beberapa perintah yang tidak masuk akal dari puncak pimpinan dan terjebak ke dalam situasi hidup dan mati.” 

Petugas kepolisian di garis depan dipaksa untuk menanggung konsekuensi dari kebijakan yang salah oleh administrasi. Hingga membuat memburuknya hubungan polisi dengan warga Hong Kong. 

Kolumnis Liao Shiming mengatakan, pada keadaan saat ini, Komunis Tiongkok perlu mendukung kepolisian Hong Kong untuk menyelesaikan keretakan di tubuh kepolisian. 

Ia mengatakan, Carrie Lam telah kehilangan kreadibilitasnya. Jika Lam berbicara mendukung polisi, maka kepolisian akan menghadapi lebih banyak kemarahan dari masyarakat.

Menurut Liao, tanda-tanda pada konferensi pers menunjukkan, bahwa intervensi militer untuk saat ini tidak mungkin dilakukan oleh Komunis Tiongkok. Karena itu, dukungan polisi adalah kunci utama untuk menjaga stabilitas.

Apakah Polisi Hong Kong “Memerah”?

Polisi sejak itu mengkonfirmasi bahwa penyerang di Yuen Long memiliki latar belakang triad. Beberapa jam sebelum serangan itu, banyak pria berkostum putih-putih terlihat di kawasan yang membawa bendera bintang lima merah darah Komunis Tiongkok. Mereka juga mengenakan pita lengan merah.

Ketika video online mengungkapkan, bahwa polisi tiba terlambat di stasiun kereta bawah tanah Yuen Long. Ketika itu, polisi mengizinkan preman kaus putih untuk meninggalkan tempat kejadian tanpa memeriksa ID mereka. 

Anehnya, prosedur ini biasanya diberlakukan ketika polisi berurusan dengan pengunjuk rasa. Masyarakat mulai mempertanyakan, apakah polisi bekerja sama dengan triad pro-komunis Tiongkok.

Fong Tak Ho mengungkapkan, ketika Kepala Eksekutif Carrie Lam berkata di depan umum: “Saya bersekutu dengan polisi, Saya tidak akan mengkhianati pasukan polisi Hong Kong.” Pernyataan ini disampaikannya, setelah polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet kepada pengunjuk rasa pada 12 Juni. 

Fong menilai, kata-kata seperti itu mendorong masyarakat lagi-lagi untuk mempertanyakan, apakah Carrie Lam masih memegang kekuasaan untuk mengendalikan polisi Hong Kong?

Surat terbuka baru-baru ini dari petugas kepolisian, meminta para pemimpin puncak mengundurkan diri untuk menyelamatkan reputasi kepolisian. 

Surat itu menyebutkan, beberapa perwira tinggi yang bekerjasama dengan mafia setempat dan menyebut Chris Tang Ping-keung, wakil direktur kepolisian Hong Kong, dan menuduhnya polisi yang korup. 

“Kekerasan baru-baru ini di Yuen Long, kolusi antara mafia dan polisi bukanlah suatu kebetulan. Semua ini mengungkapkan bahwa desa setempat, polisi, mafia sangat terkoneksi, ” demikian surat itu berbunyi. 

Desa-desa lokal di wilayah New Territories Hong Kong memiliki sejarah panjang bekerjasama dengan mafia lokal.

Surat atas nama Yau Nai-keung, asisten komandan polisi distrik Yuen Long, saat bekerja dengan mafia lokal dan menutup mata pada mobilisasi gerombolan berkostum putih. Turut dituduh, wakil direktur Tang yang ditenggarai secara teratur menerima suap dari mafia setempat.

Pertanyaan apakah polisi Hong Kong “memerah” —atau menjadi sejajar dengan Komunis Tiongkok?  pertanyaan ini sebenarnya telah diajukan sejak bertahun-tahun lalu. 

Mantan Komisaris Polisi Hong Kong, Andy Tsang Wai-hung pernah diundang untuk mempelajari hubungan Komunis Tiongkok di Universitas Tsinghua, Beijing. Ini terjadi selama jabatannya sebagai Komandan Distrik di Wan Chai pada tahun 1998.  

Tsang mempelajari urusan nasional tingkat lanjut di Akademi Pemerintahan Tiongkok pada tahun 2004. Kursus semacam ini menanamkan ideologi dan kebijakan Partai Komunis Tiongkok kepada mahasiswa.

Li Jiangzhou, mantan direktur Biro No. 1 di Kementerian Keamanan Publik, mengambil alih Departemen Penghubung Polisi dari Kantor Penghubung Hong Kong pada 2016. Biro No. 1 adalah Biro Keamanan Nasional. Li dikirim ke Hong Kong setelah gerakan payung.

Wartawan senior Hong Kong, Fong Tak Ho mengungkapkan, dikarenakan Biro No. 1 selama ini telah terlibat dalam urusan Hong Kong dan Makau, maka Li akrab dengan cara kerja polisi di Hong Kong. 

Fong Tak Ho memaparkan kecurigaannya. Ia bertanya-tanya, Apakah Li Jiangzhou hanya berfungsi sebagai penghubung? Atau apakah dia sekretaris Partai Komunis Tiongkok yang sebenarnya di Hong Kong? 

44 Orang Dituntut karena Kerusuhan

Sehari setelah konferensi pers, polisi mengumumkan bahwa sebanyak 44 orang dari 49 pengunjuk rasa yang ditangkap pada hari Minggu, akan didakwa dengan tuduhan kerusuhan – sebuah pelanggaran yang dapat dihukum hingga 10 tahun penjara. 

Menyusul berita itu, sekitar 700 orang berkumpul di luar Kantor Polisi Kwai Chung. Massa menuntut pembebasan para demonstran yang ditangkap. 

Menurut Fong, Kerusuhan adalah tuntuan “ambang rendah” tetapi hukuman dengan jangka waktu minimum yang lama.  

Edward Leung, seorang aktivis Hong Kong yang mengadvokasi kota itu untuk mendeklarasikan kemerdekaan secara resmi, dijatuhi hukuman pada tahun 2018, hingga enam tahun penjara berdasarkan pelanggaran yang sama. 

Fong menilai, polisi telah meningkatkan penuntutan para demonstran. Mungkin dikarenakan, dukungan vokal dari kantor Urusan Hong Kong dan Makau. 

Komentator dan wartawan kawakan Hong Kong, Johnny Lau Yui-siu, yang pernah ekerja untuk koran pro-Beijing, Wen Wei Po dari tahun 1972 hingga 1989 dan baru-baru ini pensiun sebagai Kepala Biro, menyatakan, Beijing tidak mungkin menggunakan intervensi militer untuk memadamkan aksi protes baru-baru ini. Akan tetapi, Beijing ingin meningkatkan kekuatan polisi dan menstabilkan polisi sebagai “mesin kediktatoran.” (asr)

Kesaksian Mengungkap Kuda Troya : Bagaimana WeChat Menyusup ke Politik Dunia Barat

0

Lin Yan

Aplikasi perpesanan buatan Tiongkok, WeChat telah menjadi platform utama untuk diskusi politik di antara diaspora Tionghoa. Bahkan menjadi alat bagi politikus Barat. Berkaitan keterlibatan mereka dalam membangun wacana dengan komunitas Tionghoa setempat.

Tren ini telah berlangsung sejak pemilihan umum Amerika Serikat 2016 dan Australia, selama pemilihan Federal Australia 2019.

Lembaga think tank AS dan pakar Tiongkok khawatir, WeChat adalah sejenis Kuda Troya bagi Barat. Ini dikarenakan aplikasinya — yang disensor menurut standar Beijing — dapat digunakan untuk memengaruhi politik Barat di luar negeri.

WeChat, dikembangkan oleh raksasa teknologi Tencent Holdings Limited. Layanan ini telah berkembang pesat di luar negeri karena lebih banyak ekspatriat Tiongkok menggunakan aplikasi untuk komunikasi. 

Secara khusus, WeChat adalah kendaraan komunikasi antara pejabat terpilih di Barat, kandidat politik dan pemilih keturunan Tionghoa.

Tetapi prevalensinya jauh lebih dari sekadar pesaing lain di pasar media sosial. Lebih tepatnya, Komunisisasi masyarakat lokal. Lebih jauh lagi, dapat mendorong politik lokal menuju satu suara dengan tujuan Komunis Tiongkok. 

Komunis Tiongkok mengendalikan pandangan politik, arus berita, dan wacana yang diizinkan dalam WeChat. Tak lain, untuk menguntungkan partai politik dan politikus pro Komunis Tiongkok. 

Di sisi lain, beberapa politikus Barat memilih untuk menyensor diri sendiri dengan menggunakan kriteria Komunis Tiongkok di WeChat. Langkah mereka untuk menjangkau dan menarik pada pemilih Tionghoa.

Yang lebih buruk lagi, para politikus yang menentang kebijakan Komunis Tiongkok dibungkam di WeChat. Pada beberapa kasus, postingan mereka dihapus atau akun mereka ditutup. Dengan cara ini, WeChat terpisah dari semua aplikasi media sosial lainnya di Barat.

Penindasan Terhadap Kandidat Anggota Kongres di North Carolina, AS

“Saya telah melihat WeChat menghapus artikel dari akun WeChat publik saya lalu menguncinya. Kemudian membuka kunci akun pribadi saya,” demikian ungkap kandidat Kongres di wilayah North Carolina 2016, Sue Googe kepada Epoch Times.

Ia lahir di Provinsi Hainan, Tiongkok selatan. Googe berimigrasi ke Amerika Serikat. Ia menjadi warga negara AS pada tahun 2010. Ia adalah seorang programmer, agen real estat, dan tidak pernah bekerja dalam politik.

Sebagai seorang Republikan, Googe mencalonkan diri untuk jabatan di Distrik 4 North Carolina. Di wilayah ini di mana orang Asia-Amerika menyumbang 5 persen dari populasi. 1 persen dari mereka merupakan keturunan Tionghoa. Googe mengatakan, perlu upaya luar biasa untuk memenangkan 1 persen. 

Googe mengungkapkan, di komunitas etnis lain dirinya, dirinya hanya perlu mengungkapkan idenya dan akan mendapatkan persetujuan. Akan tetapi, ia  mengalami kesulitan berarti dengan komunitas Tionghoa. 

Googe mulai menggunakan WeChat pada tahun 2014 silam. Ia memanfaatkannya untuk memperkenalkan sudut pandang politiknya kepada orang Tionghoa di komunitasnya. Dia pernah memiliki beberapa kelompok pendukung WeChat yang berisi lebih dari seribu orang.

Apa yang tidak dia duga adalah bahwa WeChat “membawa musuh-musuhnya bersama teman-temannya.” 

Titik balik bagi Googe adalah pada bulan Maret 2016. Ini setelah dia mempertanyakan infiltrasi kedutaan Tiongkok tentang perdagangan orang Tionghoa lokal. Ia juga mempertanyakan infiltrasi kedutaan dalam asosiasi sosial lokal di unggahan akun WeChat-nya. 

Beberapa anggota WeChat mulai menyebarkan jabatannya. Googe kemudian distempel dan dituduh sebagai “anti-Tiongkok” oleh pengguna Tionghoa lainnya. Dalam beberapa kasus, dia bahkan diserang secara verbal.

Dia mengatakan kepada media berbahasa mandarin Amerika Serikat, ACLiving pada tahun 2016, “Saya berterus terang, dan selalu berbicara dalam pikiran saya tanpa retorika yang fasih. Jadi saya menyebabkan beberapa perdebatan, dan diusir dari beberapa grup WeChat. “

Ia menambahkan : “Begitu dirinya di WeChat, ia mendapat masalah. Ketika ia keluar dari WeChat, semuanya lancar dan baik-baik saja. Ketika ia di WeChat, hal-hal memalukan terjadi.”

Googe mengungkapkan, dirinya memang menentang sentimen anti-Amerika Serikat di Tiongkok, atau label ‘anti-Tiongkok’ untuk mempengaruhi orang Amerika. Bagi Googe, Anti-Tiongkok’ terlalu berat untuk dibawa dalam label. 

Googe kepada Epoch Times mengungkapkan, selama pemilu 2016, beberapa artikelnya telah dihapus dari akun publiknya. Akhirnya, akun pribadinya ditutup sementara oleh WeChat.

WeChat menggunakan inspeksi orang-orang. Ini terkait laporan pengguna, dan metode lain untuk menyensor konten sensitif. Hingga menutup akun seseorang. Sensor seperti itu tidak transparan ketika mengikuti prinsip-prinsip yang konsisten.

Tencent, perusahaan induk WeChat, menyatakan dalam tanggapan resminya,bahwa pihaknya membuat kebijakan konten untuk individu dan organisasi yang menggunakan platform mereka. 

Menurut Tencent, sebagai bagian dari inspeksi, pihaknya akan menutup atau menangguhkan akun yang memposting konten dengan dalih adanya kebencian, informasi yang salah, konten yang tidak pantas, atau konten lain yang dilarang di platform mereka. 

Dikatakan, akun dapat diaktifkan kembali secara otomatis setelah poster menghapus konten yang WeChat anggap tidak pantas. Namun, akun yang secara teratur memposting konten sensitif, akan dibekukan atau dihapus secara permanen.

Di antara 40 kandidat Asia dalam pemilihan kongres tahun 2016, sebanyak 33 orang mencalonkan diri untuk Kongres AS, dan 7 untuk Senat AS. 

Sebagai politikus pemula, Googe menjadi yang terjauh. Ketika ditanya apakah dia akan melakukan sesuatu yang berbeda jika dia bertarung lagi, Googe mengatakan, dirinya benar-benar akan berpegang pada prinsipnya dan tidak akan pernah mundur.

Menurutu Googe, perubahan lingkungan politik di Tiongkok pada tahun silam telah sepenuhnya membenarkan komentarnya. Ini terkait bahwa Komunis Tiongkok adalah kediktatoran yang tidak bermoral. 

WeChat Membantu Politikus yang Didukung Komunis Tiongkok untuk memenangkan Pemilu

Untuk politikus Amerika Serikat yang didukung oleh Komunis Tiongkok, WeChat adalah alat kampanye yang ampuh.

The Washington Post melaporkan pada November 2018, bagaimana imigran Tiongkok, Lily Qi menggunakan WeChat untuk membantu pemilihannya sebagai delegasi negara bagian Distrik ke-15 Maryland. Qi adalah imigran Tiongkok generasi pertama di badan legislatif negara bagian.

Sebelumnya Qi adalah kepala eksekutif Montgomery County Isiah Leggett yang mengawasi pengembangan ekonomi dan tenaga kerja. Tanpa banyak dukungan dari Partai Demokrat setempat, dia mengalihkan pandangannya ke komunitas besar Asia di distrik itu. 

Selain menulis tentang sistem politik Amerika untuk surat kabar lokal Tionghoa, dia juga mengkomunikasikan agenda politiknya dengan ratusan pemilih Tionghoa lokal di WeChat.

Dalam wawancara tahun 2019 dengan media Tiongkok, The Paper, Qi mengatakan, dia menghubungi pemilih yang tidak terdaftar dan non-partisan melalui WeChat. Ia melakukan upaya untuk mengubah pendapat politik mereka. 

Dia juga mengatakan, kampanyenya menggandakan pendukung Demokrat Tionghoa selama pemilihan. Ia mendorong banyak orang Tionghoa untuk memberikan sumbangan pertama mereka untuk pemilihan politik.

Para pemilih Tionghoa baru ini tiba-tiba tidak menjadi patriotik. Kenyataannya adalah i: gelombang pemilih Tionghoa sebagian besar didorong oleh hubungan dekat antara kedutaan Tiongkok dan kelompok-kelompok Tionghoa pro-komunis setempat. 

Selama pertemuan akhir tahun Coordination Council of Chinese American Associations atau CCCAA Washington, Menteri Konselor dan Konsul Jenderal Tiongkok, Tang Li mengatakan dalam pidato publik, ia berharap orang Tionghoa perantauan akan berkontribusi dalam kampanye pemilihan Qi.

Qi juga berbicara pada pertemuan yang sama. Setelah pidatonya, para hadirin meneriakkan “Lily! Lily!” untuk menunjukkan dukungan mereka.

Coordination Council of Chinese American Associations atau CCCAA Washington adalah salah satu kelompok kepentingan Tiongkok paling aktif di daerah tersebut. 

Mereka telah menyelenggarakan pelatihan untuk pemilih Tionghoa. Mereka telah mendirikan stan pendaftaran pemilih di banyak acara komunitas Tiongkok. Mereka mendorong ekspatriat Tiongkok untuk memilih.

Coordination Council of Chinese American Associations mengatakan dalam siaran pers yang diterbitkan pada tanggal 26 Juni 2018, Lily Qi mendapat dukungan penuh dari kelompok dan asosiasi industri Tiongkok. Dia memiliki 500 sukarelawan untuk mengumpulkan, memotivasi. Bahkan memobilisasi komunitas Tionghoa di WeChat, untuk mengamankan suara. 

Organisasi ini dikenal sebagai organisasi awal Komunis Tiongkok. Menjadi alat penting untuk “garis depan persatuan” Komunis Tiongkok di luar negeri. 

Dalam dokumen yang sama, organisasi ini mengatakan, apa yang paling penting tentang kemenangan Qi adalah bahwa “semua media Tiongkok dan media sosial berkolaborasi untuk membantah pendapat yang mereka tolak. Serta membangun citra publik yang positif tentang kandidat.

Kelompok Tionghoa di Maryland berada di dua kubu berbeda terhadap kampanye Qi: Satu kubu percaya pemilih Tionghoa harus mendukung kandidat Tionghoa. Sementara itu, kubu lainnya ingin melihat lebih dari warna kulit untuk fokus pada advokasi politik.

Suara kelompok yang terakhir, bagaimanapun, telah tertahan di seluruh proses ketika postingan WeCha. dengan sudut pandang seperti itu. Hingga ditenggelamkan oleh orang-orang yang tak menyukainya. Mereka dituduh secara internal melemahkan komunitas Tionghoa. Kampanye terkait hal ini adalah “solidaritas memimpin kemenangan.”

Kemenangan Qi dilaporkan oleh hampir semua media Tionghoa di luar negeri dan media resmi Komunis Tiongkok. Tapi itu bukan penampilan pertamanya dalam propaganda Komunis Tiongkok. Pada awal 2012, media luar negeri milik pemerintah Tiongkok, China Press mewawancarai Qi. Bahkan transkrip lengkapnya diterbitkan di corong Komunis Tiongkok, People’s Daily. (asr)

Analis Industri : Menghadapi Pasar yang Terus Menyusut, Ford dan Groupe PSA Bisa Kabur dari Tiongkok

0


Nicole Hao

Situs berita industri otomotif Tiongkok memperkirakan, bahwa produsen otomotif asing, Ford dan Groupe PSA akan segera meninggalkan pasar Tiongkok. Dikarenakan, data yang baru-baru ini dirilis menunjukkan, bahwa penjualan mereka merosot dari tahun lalu.

Data itu mencerminkan penurunan yang lebih luas di pasar mobil Tiongkok, sejak tahun lalu. Ketika itu, penjualan menurun untuk pertama kalinya dalam hampir tiga dekade. 

Tahun ini, pasar diprediksi akan semakin buruk. Produsen mobil di Tiongkok, memproduksi 27,8 juta mobil dan menjual 28,1 juta mobil pada Tahun 2018. Angka tersebut masing-masing 4,2 persen dan 2,8 persen kurang dari  tahun 2017. Laporan ini menurut pemasok data pasar mobil Tiongkok, Marklines.

Penjualan otomotif merek AS turun sekitar 18 persen. Sementara itu, otomotif merek Prancis turun sekitar 33 persen.

Ford

Pada 1995, Ford mendirikan Ford Tiongkok di Shanghai. Peraturan investasi Tiongkok saat ini, mengharuskan pabrik mobil asing dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan patungan dengan mitra lokal.

Ford Tiongkok telah mendirikan pabrik patungan di Provinsi Jiangxi, Kota Chongqing, Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, dan Shanghai.

Menurut laporan kuartal kedua Tahun 2019 Ford yang dirilis pada 24 Juli, Ford menderita kerugia 155 juta dolar AS.  

Ford Tiongkok kehilangan 128 juta pada kuartal pertama. Ford juga merilis laporan penjualan pasar Tiongkok pada 5 Juli. 

Pada kuartal kedua, Ford menjual 154.042 unit kendaraan. Yang mana hampir 22 persen lebih sedikit dari kuartal tahun sebelumnya.

Angka tahun lalu mengecewakan. Media pemerintah Beijing Business melaporkan pada 30 Juli bahwa Ford Changan, perusahaan patungan Ford yang berbasis di Chongqing, memiliki lima pabrik yang dapat memproduksi 1,6 juta mobil per tahun. Tetapi pada tahun 2018, Ford Chang hanya menjual 377.800 unit kendaraan. Jumlah ini kurang dari 25 persen kemampuan produksinya.

Laporan itu mengutip dealer Beijing Ford, yang mengatakan perusahaan telah mengurangi inventarisnya. Dikarenakan berkurangnya permintaan. Ditambah dengan tidak melihat adanya keuntungan dari penjualan.

Groupe PSA

Produsen mobil asal prancis Groupe PSA, memiliki lima merek yakni Peugeot, Citroen, DS, Opel, dan Vauxhall. 

Perusahaan ini memasuki pasar Tiongkok pada tahun 1985. Groupe PSA memiliki pabrik di kota-kota Wuhan, Chengdu, Xiangyang, dan Shenzhen. 

Hanya pabrik-pabriknya di Shenzhen yang memiliki kemampuan untuk memproduksi 200.000 mobil per tahun.

Gasgoo, situs berita online Tiongkok yang membahas industri otomotif, melaporkan pada bulan Mei, bahwa pangsa pasar Groupe PSA turun menjadi 0,8 persen dari 1,7 persen. Penurunan ini terjadi dalam empat bulan pertama tahun 2019. 

Selain itu, penjualan kurang dari setengah dari apa yang sudah terjual selama periode yang sama tahun 2018.

“Merek-merek Groupe PSA sedang dipinggirkan dengan cepat,” demikian bunyi laporan itu.

Selain itu, pabrik-pabrik PSA di Shenzhen hanya menjual 813 mobil dalam empat bulan pertama tahun ini. Yang mana hanya 1,2 persen dari kemampuan manufakturnya, menurut Gasgoo, yang mengutip data dari Asosiasi Produsen Otomotif Tiongkok.

Media online Tiongkok lainnya, Great Daily, berspekulasi dalam analisis baru-baru ini menyebutkan : “Berapa lama lagi Groupe PSA dan Ford bisa bertahan di pasar Tiongkok?” 

Great Daily meramalkan bahwa kedua perusahaan akan segera meninggalkan Tiongkok. Sebagaimana yang dilakukan oleh produsen mobil Jepang Suzuki tahun lalu. 

Pada bulan Mei 2018, Suzuki menjual semua saham perusahaan patungannya yang berbasis di Provinsi Jiangxi, Suzuki Changhe, kepada mitranya, Changhe Automobile.

Kemudian, pada bulan September 2018, produsen mobil Tiongkok, Chang Automobile, mengumumkan bahwa mereka membeli 40 persen saham Suzuki Chang’an dari perusahaan induk Jepang. Mereka juga membeli 10 persen saham dari Suzuki Motor Tiongkok hanya dengan satu yuan atau 0,15 dolar AS.  

Setelah kesepakatan itu, Chang’an Automobile akan memiliki 100 persen saham di Suzuki Chang’an.

Suzuki Chang menjual 86.000 mobil pada tahun 2017, yang mana 25 persen lebih rendah dari tahun 2016. 

Media corong Komunis Tiongkok, Xinhua, melaporkan pada bulan September 2018, bahwa penjualan yang melambat adalah alasan Suzuki meninggalkan Tiongkok.

Ekonom Tiongkok menghubungkan kesengsaraan pasar otomotif dengan penurunan keseluruhan dalam pertumbuhan ekonomi Tiongkok.  Penyebabnya, konsumen cenderung berinvestasi dalam barang-barang konsumen yang mahal.

Selain itu, pemerintahan Komunis Tiongkok meluncurkan peraturan emisi yang lebih ketat untuk kendaraan tahun ini. Aturan sebagai bagian dari upayanya untuk memerangi polusi udara. Mobil yang tidak mematuhi standar baru, tidak akan memenuhi syarat untuk mendapatkan plat kenderaan.

Diluncurkan dalam dua fase, mobil non-komersial akan diharuskan memiliki emisi karbon dioksida tidak lebih dari 500 miligram per kilometer  dan 700 mg per km pada Juli 2023. 

Aturan ini sudah berlaku  di Shanghai dan akhirnya akan diperluas ke semua kota Tiongkok. Karena standarnya lebih ketat daripada standar emisi Eropa dan AS saat ini, produsen mobil Eropa dan AS cenderung menghadapi tantangan manufaktur untuk pasar Tiongkok. (asr)

FOTO : Robot transformator mengiklankan dealer mobil Ford di Hangzhou, Provinsi Zhejiang pada 17 Februari 2014. (MARK RALSTON / AFP / Getty Images)

Memaknai Upacara Pemakaman ber-Skala Tinggi untuk Li Peng

0

Zhou Xiaohui

Mantan Perdana Menteri Tiongkok, Li Peng meninggal dunia pada 22 Juli 2019 lalu. Meninggalnya Li Peng mendapat perlakuan berskala tinggi sedemikian rupa, seharusnya memang sudah menjadi tradisi internal partai komunis. Hal itu selain untuk memperlihatkannya keluarga mendiang dan luar dalam Komunis Tiongkok, juga untuk diperlihatkan pada rakyat Tiongkok.

Pujian Komunis Tiongkok terhadap Li Peng secara terbuka, termasuk memujinya telah meredam “peristiwa Tiananmen 4 Juni 1989” dan tindakannya dalam policy proyek Dam Tiga Ngarai. Di samping itu juga telah menonjolkan Komunis Tiongkok yang membabi buta menuju jalan sesat yang mutlak tidak akan berbalik arah.

Dalam pernyataan berkabung dari kantor berita corong Komunis Tiongkok, Xinhua terhadap dua hal yang oleh Li Peng diupayakan pelepasan pertanggungjawabannya itu, ditulis demikian oleh Xinhua: “Keputusannya yang demokratis ilmiah terhadap proyek Dam Tiga Ngarai telah menimbulkan dampak yang sangat penting. Pada pergolakan politik di pergantian musim semi dan panas pada 1989, berkat dukungan penuh para revolusioner proletariat yang lebih senior yang diwakili oleh kamerad Deng Xiaoping, kamerad Li Peng bersikap tegas, sejalan dengan mayoritas kamerad dari Biro Politik Pusat, telah mengambil kebijakan tegas menghentikan kekacauan, dan meredam kerusuhan kaum reaksioner.”

Jelas, definisi pemerintah Komunis Tiongkok bertolak belakang dengan harapan Li Peng semasa hidupnya. Atas “peristiwa Tiananmen” yang telah menindas banyak pelajar, Li Peng beranggapan dirinya hanya menaati perintah dari Deng Xiaoping. Li Peng berharap dapat memperjelas siapa yang paling bertanggung jawab dan paling mendapat manfaatnya. Dia juga berharap entah semasa hidup atau setelah kematiannya ada suatu kesimpulan sejarah yang sesuai dengan fakta.

Untuk itu, dalam “Buku Harian Tragedi Tiananmen Li Peng” terungkap beberapa hal yang tidak diketahui pihak luar.

Pertama, sejak awal Deng Xiaoping telah memutuskan melengserkan Zhao Ziyang, yakni Perdana Menteri kala itu.

Kedua, setelah Deng Xiaoping mengerahkan 200.000 pasukan memasuki Beijing, baru digelar rapat pemekaran Biro Politik, lalu mengumumkan lengsernya Zhao Ziyang. Lalu Jiang Zemin menjabat sebagai Sekjen, sekaligus memberikan perintah pembantaian seisi kota.

Ketiga, Deng Xiaoping telah mengijinkan aksi pembersihan lapangan pada malam hari 3 Juni. Dari “lantai empat menara polisi pengawal, dari jendela Jiang Zemin dapat melihat langsung semua pergerakan di Lapangan Tiananmen”.

Keempat, Jiang Zemin bertanggung jawab membuat rancangan naskah “surat kepada seluruh rakyat”.

Dengan kata lain, yang memerintahkan penembakan dan penindasan terhadap para pelajar pada “peristiwa Tiananmen” adalah Deng Xiaoping. Sedangkan Jiang Zemin adalah komandan di lokasi kejadian “peristiwa Tiananmen” sekaligus sebagai orang yang paling diuntungkan. Kedua hal tersebut adalah fakta, namun Li Peng tidak dapat terlepas dari tanggung jawab itu, yang sepertinya juga menjadi momok baginya.

Sedangkan tentang siapa pembuat kebijakan yang paling bertanggung jawab terhadap proyek Dam Tiga Ngarai yang telah mengalami deformasi dan mencemarkan Sungai Yangtze maupun merugikan rakyat di sekitarnya, adalah momok lain di hati Li Peng.

Pada Januari 1985 di saat keputusan melaksanakan proyek Dam Tiga Ngarai dibuat, waktu itu Li Peng adalah Wakil Perdana Menteri sekaligus ketua tim persiapan proyek Dam Tiga Ngarai, yang  ditetapkan sendiri oleh Deng Xiaoping yang memegang kekuasaan riil.

Pada 2003, dalam buku Li Peng disebutkan, pasca 1989, keseluruhan policy penting dalam rapat mengenai proyek Dam Tiga Ngarai, semuanya diselenggarakan oleh Jiang Zemin, yang telah memainkan peran kepemimpinan penting dalam proyek pembangunan Dam Tiga Ngarai sesudahnya.

Sejak 2004-2006, Li Peng kembali menerbitkan 4 karya buku harian yang berisi ingatannya, yang kembali menuding penanggung jawab proyek Dam Tiga Ngarai adalah Jiang Zemin.

Pakar irigasi Tiongkok yang kini tinggal di Jerman yakni Wang Weiluo mengatakan, Jiang Zemin yang baru menjabat kala itu, untuk mendapatkan dukungan dari Li Peng, Jiang melakukan transaksi politik dengan Li Peng. Transaksi itu yakni tidak mempedulikan suara yang menentang, proyek Dam Tiga Ngarai harus dipaksakan pelaksanaannya.

Oleh sebab itu, walaupun Jiang Zemin yang tidak kompeten, mengemban tanggung jawab utama. Namun Li Peng mengabaikan suara yang menentang dan telah mendukung proyek itu. Peran pentingnya di sini juga tidak bisa diabaikan.

Mungkin bagi Li Peng, kedua kasus besar yang dihujat oleh jutaan orang itu, peran yang dimainkannya bukanlah peran yang menentukan. Namun tidak sedikit contoh kasus di dalam sejarah membuktikan, usulan orang-orang yang mendampingi sang pembuat keputusan juga berdampak sangat penting. Tanggung jawab yang harus mereka emban juga tidak kecil.

Walau demikian, pemerintahan tertinggi Komunis Tiongkok sangat positif dalam menilai tindakan Li Peng. Sesungguhnya juga menilai positif kedua keputusan yakni peristiwa Tiananmen dan Pembangunan Dam Tiga Ngarai yang dibuat oleh Deng Xiaoping dan juga Jiang Zemin yang dikecam sepanjang masa ini.

Pada awal bulan Juni Menteri Pertahanan Tiongkok, Wei Feng saat menghadiri dialog di hotel Shangri-La, Singapura, telah secara terbuka menyatakan bahwa “penindasan 4 Juni Tiananmen” adalah benar. Pernyataan itu mengejutkan dunia. Kali ini perlakuan tingkat tinggi dalam menilai kinerja Li Peng, juga menimbulkan efek yang sama.

Sinyal seperti itu sangat berbahaya dan merupakan pertanda buruk. Hal itu tidak hanya mengindikasikan Komunis Tiongkok yang tidak bisa mengubah karakternya yang hanya akan menghadapi jalan buntu, juga mengindikasikan para petinggi Komunis Tiongkok hingga sekarang tetap tidak mau meninggalkan “jalan lama” dan “jalan sesat.” Demi kekuasaan, Petinggi Komunis Tiongkok  tidak ingin melepaskan perlindungan mereka terhadap partai. (SUD)

FOTO : Pada 24 Juli 2019, di sebuah kios koran di Beijing, halaman depan kematian mantan Perdana Menteri Li Peng dilaporkan. (WANG ZHAO / AFP)


Trump Naikkan Tarif, Pecahkan Permainan Maut Beijing

0

Zhou Xiaohui

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada 1 Agustus lalu  tiba-tiba mengumumkan akan memberlakukan tambahan tarif 10% terhadap produk impor dari Tiongkok senilai USD 300 milyar atau setara 4.283 triliun rupiah. Menyusul berita itu  tiga indeks saham besar anjlok, nilai tukar RMB anjlok, harga emas pun melonjak tajam.

Tiongkok terguncang, karena bagi warga Tiongkok dan penguasa Beijing, perwakilan dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat baru saja menyelesaikan perundingan putaran terakhir di Shanghai. Terlihat dari permukaan sepertinya terlihat tidak ada yang aneh.

Semua pihak juga menantikan perundingan lanjutan pada September mendatang. Para petinggi Beijing sepertinya juga beranggapan taktik mengulur waktu mereka telah membuahkan hasil, setidaknya krisis dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat dapat ditunda hingga bulan September.

Akan tetapi, keputusan baru Trump itu telah membuat para pejabat tinggi di Beijing sampai Departemen Perdagangan tidak bisa tidur nyenyak. Kekhawatiran pun semakin memuncak.

Pihak Departemen Perdagangan Tiongkok menanggapi dengan reaksi seperti biasanya yakni, “Sangat tidak bisa menerima dan menolak keras,” disertai, “Akan menempuh tindakan balasan.” Namun juga mengatakan bahwa pihaknya tidak mau bertarung dan tidak takut bertarung, tapi terpaksa akan bertarung jika dianggap perlu. Nampaknya Tiongkok masih berharap, pihak Amerika Serikat segera meralat kesalahannya.

Lalu mengapa Trump tiba-tiba memberlakukan tambahan tarif?

Akun Twitter Trump mengungkap sejumlah pertanda. Pertama, akun twitter Trump menuliskan kalimat berbunti, “Awalnya kami mengira tiga bulan lalu kami sudah bisa mencapai kesepakatan dengan pihak Tiongkok, namun yang sangat disayangkan adalah, Komunis Tiongkok memutuskan untuk mengulangi perundingan dari awal sebelum menandatangani kesepakatan. “

Kedua, “Baru-baru ini, pihak Tiongkok setuju membeli banyak produk pertanian Amerika Serikat, tapi tidak dilakukannya.”

Ketiga, Xi Jinping tadinya ingin menghentikan masuknya Fentanyl ke Amerika, tapi tidak melakukannya, banyak warga Amerika Serikat yang berlanjut dicelakakan karenanya. Jelas, Beijing yang tidak bisa dipercaya itu telah membuat Trump murka.

Selain itu menurut kantor berita Bloomberg yang mengutip pernyataan narasumber, sebelum menulis di akun Twitter-nya, Trump telah lebih dulu mendengarkan hasil pembicaraan Shanghai di Gedung Putih. Kedua pejabat Amerika Serikat sebenarnya tidak meraih apa pun.

Hal itu jelas menyatakan Beijing masih menggunakan taktik mengulur waktu, menghindari tercapainya kesepakatan. Itu membuat Trump yang telah berulang kali memperingatkan Komunis Tiongkok agar tidak main-main menjadi semakin muak. Oleh karena itu ada tambahan tarif pun diangkat tinggi-tinggi, selain berniat mendobrak permainan maut Komunis Tiongkok, juga sekali lagi memberikan peringatan bagi Zhongnanhai.

Tentang apakah tarif terhadap USD 300 milyar produk impor dari Tiongkok akan dinaikkan lagi hingga mencapai 25%, Trump secara terbuka menyatakan, tarif 10% hanya untuk jangka pendek. Setelah itu akan diberlakukan tarif yang lebih tinggi lagi, atau mengurangi tarif impor. Semua itu sepenuhnya tergantung pada progres kesepakatan perdagangan.

Tidak diragukan, sejak Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Argentina sampai G20 di Jepang, Komunis Tiongkok terus mempermainkan Amerika. Sekarang dunia telah melihat dengan jelas, bagaimana Beijing menyangkal, lantas bagaimana melemparkan semua kesalahan kepada Amerika Serikat.

Selain itu konglomerat Tiongkok yang hengkang ke luar negeri yakni Guo Wengui mengungkapkan, di tengah perundingan Tiongkok dengan Amerika di Xijiao State Guest Hotel Shanghai, Komisi Tetap Politbiro Komunis Tiongkok yang berafiliasi dengan geng Shanghai telah membuat taktik “memukul macan asing.” Taktik yang  terus mempermainkan Amerika di perundingan perdagangan. Selain itu, Guo Wengui juga mengungkap empat “senjata” yang telah dipersiapkan Komunis Tiongkok untuk menggagalkan terpilihnya kembali Trump menjadi presiden pada 2020 mendatang.

Baik dari informasi yang terungkap atau dari tindakan nyata Komunis Tiongkok, telah memastikan pihak Beijing tidak berniat tulus mencapai kesepakatan dagang yang sesungguhnya dengan Amerika.

Penyebabnya adalah tuntutan Amerika adalah menuntut reformasi struktural, dan sama sekali tidak ada kompromi. Sedangkan batas bawah Komunis Tiongkok adalah yang tidak bisa dirombak dan yang tidak seharusnya dirombak akan tetap dipertahankan agar tidak dirombak. Walau membahayakan rezim Komunis Tiongkok pun mutlak tidak akan dirombak.

Sebuah contoh yang paling sederhana adalah beranikah Komunis Tiongkok membuka internet dan bidang moneter? Begitu dibuka, berapa lama lagi rezim Komunis Tiongkok masih akan eksis?

Bisa dikatakan, inti dari kesulitan perundingan dagang Amerika dengan Tiongkok adalah konflik pada dua macam sistem dan nilai universal yang berbeda. Atas dasar itu pula, tidak bisa berharap banyak dari negosiasi di bulan September mendatang.

Terhadap perselisihan inti antara Tiongkok dengan Amerika, pemerintahan Trump sangat memahaminya. Selain pada masalah perdagangan, pemerintah Amerika bersikap keras terhadap Komunis Tiongkok. Dalam hal politik juga militer, masalah Laut China Selatan dan Taiwan, serta internet, teknologi, HAM dan lain sebagainya, telah diperlakukan dengan sikap keras yang tidak pernah ada selama belasan tahun terakhir.

Mulai dari pidato Trump sampai Pence, Pompeo, Bolton dan lain-lain, semua mengarahkan tombak ke arah Komunis Tiongkok. Kedua partai Amerika baik Republik maupun Demokrat juga di luar kebiasaan, memiliki sikap yang sama dalam menghadapi Komunis Tiongkok.

Tidak diragukan Amerika tengah mengerahkan seluruh negeri, mengumpulkan kekuatan sendiri dan sekutu Barat dalam menghadapi ancaman Komunis Tiongkok bagi dunia.

Lalu kenapa pemerintah Trump masih meladeni berperang sembari berunding dengan Beijing?

Ada analisa yang berpendapat, itu dikarenakan terperangkap dalam batasan sistem pemerintahan, juga karena kebutuhan akan waktu. Memutus kepentingan antara Amerika dengan Komunis Tiongkok juga membutuhkan suatu proses.

Di satu sisi, Amerika telah melakukan sejumlah transaksi, telah mengubah defisit perdagangan, menambah pendapatan bea masuk. Presiden Trump pun meraih prestasi cukup baik. Di sisi lain, sebelum penambahan tarif baru itu, di Tiongkok telah terjadi kemerosotan.

Kemerosotan itu seperti hengkangnya perusahaan asing dari Tiongkok semakin cepat, dana investasi asing berkurang, konglomerat dan kaum menengah di Tiongkok juga berbondong-bondong mengalihkan aset dan bermigrasi ke luar negeri, perusahaan swasta banyak yang gulung tikar, tingkat pengangguran melonjak, nilai tukar RMB semakin melemah, ekonominya telah kehilangan tenaga pendorongnya. Dengan segera tibanya pemberlakukan tarif baru itu hanya akan membuat fenomena semakin memburuk berkali-kali lipat.

Betapa pun pejabat tinggi Zhongnanhai mengakuinya atau tidak, dan betapa menguras otak berusaha mengakali Trump, apa pun cara yang dikerahkan, bahkan mengulur waktu tanpa mempedulikan harga diri sekalipun, hasilnya tidak akan berubah.

Apa yang disebut “tindakan balasan” juga akan berakibat mencelakakan diri sendiri menjadi lebih parah. Akhir dari permainan maut itu hanya ada satu: “Bermain api akan membakar diri sendiri.” (Sud)

FOTO : Presiden Donald Trump berbicara kepada media sebelum berangkat di Marine One dalam perjalanan ke Ohio dan Texas, dari Gedung Putih South House di Washington pada 7 Agustus 2019. (Charlotte Cuthbertson / The Epoch Times)