Home Blog Page 1822

Petir Sambar Pesawat Rusia Sebelum Mendarat Darurat

0

ETIndonesia — Petir menyambar sebuah pesawat Sukhoi Superjet 100 Rusia yang merusak sistem pilot otomatis sesaat sebelum kecelakaan. Pesawat itu mendarat di Moskow bulan lalu, menewaskan 41 penumpang dan awak, menurut para penyelidik Rusia pada Jumat (14/6/2019).

Penyelidik keselamatan transportasi Rusia mengatakan bahwa pesawat itu mendekat dan mendarat terlalu cepat dan terlalu kasar. Pendaratan darurat yang tidak maksimal karena rusaknya sistem operasional pilot.

Pesawat penumpang Aeroflot Rusia, yang dijadwalkan terbang dari Moskow ke kota Murmansk di Rusia utara, terbakar ketika melakukan pendaratan darurat yang bergelombang di bandara Sheremtyevo, Moskow pada 5 Mei 2019.

Pesawat itu, yang mengangkut 73 penumpang dan lima anggota awak, menghantam landasan pacu dengan keras dan memantul di sepanjang landasan, dengan badan pesawat segera dilalap bola api.

Sejumlah penumpang dan kru berhasil melarikan diri dengan menggunakan peluncur darurat dari pintu dan jendela darurat. Akan tetapi, para penumpang dan awak yang lain tidak dapat segera keluar dari pesawat, meskipun ada kru pemadam kebakaran di lokasi kejadian.

Investigasi kecelakaan itu diawasi dengan ketat karena Superjet adalah jet penumpang baru pertama yang dikembangkan di Rusia sejak Uni Soviet runtuh. Reputasinya sekarang dipertanyakan, dengan tanda-tanda seruan evaluasi sistem keselamatan yang muncul setelah kecelakaan, baik dari penumpang dan operator.

Penyelidik pada hari Jumat tidak menyebutkan satu penyebab kecelakaan, kecelakaan mematikan kedua yang melibatkan Superjet dalam sembilan tahun pelayanan, mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan percobaan dan akan mengeluarkan laporan akhir di kemudian hari.

Namun laporan pendahuluan, dari Komite Penerbangan Antar Negara yang menyelidiki kecelakaan pesawat di Rusia, untuk pertama kalinya menyajikan rekonstruksi terperinci tentang apa yang terjadi, menyoroti beberapa momen penting.

“Ya Tuhan!” Salah satu anggota awak berseru setelah petir menghantam pesawat, dan mematikan sistem alarm dan mematikan sistem pilot otomatis pesawat, menurut laporan investigasi.

Tidak lama kemudian, sistem komunikasi mati. Sehingga memaksa kru untuk beralih ke frekuensi darurat untuk berkomunikasi dengan petugas menara kontrol lalu lintas udara.

Awalnya dan meskipun ada masalah-masalah itu, para penyelidik mengatakan para kru kelihatannya yakin bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, mereka mengatakan kepada pengawas lalu lintas udara bahwa mereka akan kembali ke bandara.

Namun, ketika pesawat itu mendarat, pesawat itu nampaknya kelebihan berat, dan laju pesawat terlalu cepat, sehingga proses pendaratannya menjadi tidak stabil.

Terlepas dari pengamatan itu, para penyelidik tidak menyebutkan kesalahan pilot sebagai penyebab kecelakaan. Mereka mengatakan bahwa cara pesawat itu diterbangkan dan didaratkan, mirip dengan bagaimana pilot lain menerbangkannya secara rutin dan sewajarnya.

Penyelidik Rusia juga telah membuka investigasi kriminal atau pidana, dalam insiden kecelakaan itu. Mereka turut mencari berbagai versi penyebab kecelakaan, termasuk kegagalan teknis, kesalahan manusia, dan kondisi cuaca buruk.

Tidak jelas kapan laporan akhir mengenai kecelakaan itu akan dikeluarkan. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Juni Bergejolak, Menanti Bagaimana Xi Jinping Menentukan Pilihan yang Tepat

0

Zhou Xiaohui

Bagi Komunis Tiongkok, bulan Juni ditakdirkan merupakan bulan yang tidak tenang. Tanggal 10 Juni, untuk menentang RUU Ekstradisi’ yang akan diloloskan oleh Dewan Legislatif Hongkong, lebih dari 1 juta warga Hongkong turun ke jalan pada 9 Juni. Warga mengatakan ‘tidak’ kepada penguasa Komunis Tiongkok dan pemerintah Hongkong dengan tindakan nyata. Pawai akbar itu menggemparkan dunia, juga sangat mengejutkan petinggi di Beijing.

Tidak diragukan, waktu yang tersisa bagi Xi Jinping untuk membuat keputusan tidak banyak. Karena anggota legislatif yang pro-Komunis Tiongkok lebih mayoritas, jika petinggi Komunis Tiongkok memaksa diloloskan, kecuali jika ada sejumlah anggota legislatif memboikot, jika tidak maka kemungkinan diloloskan sangat besar.

Jika diloloskan itu berarti Komunis Tiongkok bersedia menanggung segala konsekuensi yang akan terjadi di kemudian hari, seperti sejumlah investasi di Hongkong akan mengalir keluar, konglomerat dan kalangan atas Hongkong akan bermigrasi ke luar negeri. Dampak lainnya mata uang Hongkong akan anjlok, negara Barat akan mengucilkan Hongkong, dan bahkan akan mengubah posisi Hongkong.

Pada 26 April lalu, hedge fund AS Hayman Capital’s Kyle Bass menulis sepucuk surat kepada para investornya yang berjudul “The Quiet Panic in Hong Kong”.

Di dalam surat itu ditulis, bunga mengambang pada kredit beragunan meningkat tajam, selisih bunga jangka pendek di Hongkong dan AS, serta ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok yang terus memburuk, telah mengakibatkan sistem nilai tukar di Hongkong dalam keadaan bahaya, ia mendeskripsikan “Hongkong tengah berada di atas bom waktu finansial yang terbesar sepanjang sejarah”.

Hongkong seperti ini jelas sudah bukan Pelabuhan dalam arti bahasa Kantonis yakni Kong dan ‘Harum dalam Bahasa Kantonis yang disebut Hong. Hongkong tengah berada di persimpangan antara hidup dan mati.

Di sisi lain, berdasarkan pertimbangan akibat yang tidak mampu ditanggung, Komunis Tiongkok akan memerintahkan pemerintah Hongkong menunda diloloskannya peraturan tersebut. Walaupun harus menanggung malu, tapi setidaknya bisa bernafas lega sesaat, mengurangi dampak kaburnya kaum talenta Hongkong, merosotnya ekonomi, dan hancurnya mata uang Hongkong. Bagaimana Xi Jinping memutuskan, akan berkaitan dengan masa depan Komunis Tiongkok dan nasib dirinya sendiri.

Yang juga menyangkut nasib Komunis Tiongkok dan individu, Xi Jinping pada KTT G20 di Jepang akhir bulan Juni mendatang, apakah akan meredakan perselisihan masalah perdagangan AS-Tiongkok lewat “pertemuan Trump dan Xi”. Pada 7 Juni, saat berpidato di Rusia, Xi Jinping secara terbuka menyebut Trump adalah ‘temannya’, yang berarti melontarkan sinyal positif kepada pihak AS.

Pada 9 Juni, Menteri Keuangan AS Mnuchin kepada CNBC juga menyatakan, pertemuan Trump dan Xi kali ini akan berupaya memastikan apakah Xi Jinping bersedia menuju “ke arah yang benar” dalam suatu kesepakatan, untuk membangun kembali hubungan dagang dan ekonomi AS dan Tiongkok. Jika pihak Tiongkok tidak mau maju terus, maka Presiden Trump akan sangat senang memberlakukan bea masuk, demi menyeimbangkan ulang hubungan dagang AS-Tiongkok.

Akan tetapi, pada 10 Juni, juru bicara Kemenlu Tiongkok pada konferensi pers tidak secara jelas memastikan akan digelarnya “pertemuan Trump dan Xi”, hanya menyatakan “pihak AS berkali-kali menyatakan berharap dapat mengatur pertemuan ini”.

Pernyataan ini sepertinya menunjukkan, petinggi Komunis Tiongkok sampai Xi Jinping, mungkin karena tekanan dari AS, atau karena konflik internal yang sengit, belum bisa memastikan pengaturan untuk pertemuan tersebut.

Bisa dikatakan, jika Xi Jinping menghadiri KTT G20, interaksi dengan Trump hanya ada dua kemungkinan. Pertama adalah pertemuan tidak resmi sepintas, tidak membicarakan masalah perdagangan, dan sikap seperti ini akan menyampaikan pesan apa terhadap AS, sudah bisa ditebak. Maka diberlakukannya bea masuk bagi produk dari Tiongkok senilai USD 300 milyar akan segera diwujudkan.

Kemungkinan kedua adalah pertemuan resmi, kedua belah pihak akan mengusung masalah dagang ke meja perundingan. Janji apa pun yang diucapkan Xi Jinping akan dipublikasikan. Jika Beijing tidak mampu memenuhi tuntutan AS berupa larangan memaksakan pengalihan teknologi, larangan men-subsidi BUMN, membebaskan penggunaan internet di Tiongkok dan lain-lain, maka pertemuan kedua belah pihak akan berakhir buruk. Pemberlakuan bea masuk AS terhadap produk Tiongkok senilai USD 300 milyar akan segera terjadi, ekonomi Tiongkok yang sudah tidak begitu menggembirakan akan semakin terpuruk.

Data menunjukkan, di tahun 2018, perusahaan swasta yang menopang perekonomian Tiongkok dengan laba total 1,71 triliun, tapi asset bersihnya justru menyusut 1,7 triliun, laba yang diinvestasikan kembali mencapai -199,5%.

Ini berarti di tahun 2018 perusahaan swasta tidak hanya tidak menempatkan sepeser pun laba untuk diinvestasikan pada produksi kembali. Melainkan memilih untuk menghentikan perusahaan atau membiarkan penyusutan asset. Januari hingga April tahun ini, laba perusahaan swasta yang diinvestasikan kembali terus menurun hingga mencapai taraf -258,3%.

Sedangkan perusahaan investasi asing yang banyak berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, di tahun 2018 juga mencatat laba 1,68 trilyun tapi asset bersih justru menyusut 26,7 milyar dan laba yang diinvestasikan kembali adalah -101.6%.

Januari hingga April tahun ini, terus menurun hingga -103%. Ini persis merefleksikan kondisi terkini percepatan hengkangnya perusahaan asing.

Tanpa adanya investasi ulang dari perusahaan swasta dan perusahaan asing pada perekonomian Tiongkok, dan hanya mengandalkan kebutuhan dalam negeri saja untuk menggairahkan ekonomi maka hanya akan menjadi cerita dongeng semata, karena akibat deraan terus menerus oleh Komunis Tiongkok.  Uang milik rakyat banyak telah tertahan di sektor properti, sama sekali tidak ada lagi uang untuk berkonsumsi. Perkembangan pesat dari belanja produk murah Pinduoduo e-commerce Platform di dalam negeri adalah refleksinya.

Dampak dengan memaksakan meloloskan peraturan  dan menolak tuntutan Trump pada KTT G20 di akhir Juni, Komunis Tiongkok dan Xi Jinping tidak akan mampu menanggungnya, apalagi jika di masa mendatang Xi Jinping terus mengarah pada jalan ini, maka hanya akan menuju jalan buntu.

Oleh karena itu, dua peristiwa besar di bulan Juni ini akan memberikan kesempatan pada Xi Jinping untuk menentukan pilihan yang tepat, mungkin dengan demikian akan memperoleh peluang eksis. (SUD/WHS/asr)

Pada 9 Juni 2019, lebih dari satu juta orang di Hong Kong turun ke jalan mereka menentang keinginan Pemerintah Hong Kong meloloskan RUU Ekstradisi. (FOTO : Anthony Kwan/Getty Images)

Inggris Gelar Sidang Lanjutan Ekstradisi Assange ke Amerika Tahun Depan

0

ETIndonesia – Sidang ekstradisi penuh untuk memutuskan apakah pendiri Wikileaks, Julian Assange, harus dikirim ke Amerika Serikat untuk menghadapi dakwaan peanggaran hukum spionase dan dakwaan lainnya akan dilakukan pada Februari tahun depan. Pengadilan London memutuskan jadwal tersebut pada sidang perdana, Jumat (14/6/2019) kemarin.

Assange, 47 tahun, dituduh oleh otoritas AS atas 18 dakwaan. Diantaranya termasuk berkonspirasi untuk meretas komputer pemerintah AS dan melanggar hukum spionase Amerika.

Dia saat ini berada di penjara London untuk menjalani 50 minggu kurungan karena melewatkan wajib lapor bebas dengan jaminan. Dia melarikan diri ke kedutaan Ekuador tujuh tahun lalu, untuk menghindari ekstradisi ke Swedia untuk diinterogasi dalam penyelidikan kasus dugaan kekerasan seksual.

Assange, mengenakan T-shirt abu-abu dan mengenakan kacamata hitam berbingkai, tampil dalam videolink (streaming) untuk audiensi singkat di Pengadilan Westminster Magistrates.

Ben Brandon, pengacara yang mewakili Amerika Serikat, membacakan ringkasan dakwaan terhadap Assange, termasuk bahwa Dia telah memecahkan kata sandi jaringan komputer departemen pertahanan AS. Assange melalui video streaming itu membantah tuduhan itu.

“Saya tidak memecahkan kata sandi apa pun,” kata Assange.

Permintaan Ekstradisi Formal
Departemen Kehakiman AS secara resmi meminta Inggris untuk mengekstradisi pendiri WikiLeaks, Julian Assange ke Amerika Serikat untuk menghadapi dakwaan bahwa berkonspirasi untuk meretas komputer pemerintah AS dan melanggar undang-undang spionase, yang telah dikonfirmasi oleh AS.

“Assange ditangkap sehubungan dengan permintaan ekstradisi sementara dari Amerika Serikat. Dia dituduh melakukan pelanggaran termasuk penyalahgunaan komputer dan pengungkapan informasi pertahanan nasional yang tidak sah,” juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri Inggris mengatakan.

Sumber-sumber dari pihak keamanan AS dan Inggris mengatakan, jaksa AS mengirimkan permintaan ekstradisi resmi kepada pihak berwenang Inggris pekan lalu. Tidak lama sebelum berakhirnya batas waktu konfirmasi resmi.

Pada 11 April 2019, polisi secara paksa mengevakuasi pendiri WikiLeaks dari Kedutaan Besar Ekuador di dekat department store Harrods di London pusat.

Sumber yang mengetahui permintaan ekstradisi AS mengatakan bahwa penangkapan itu didasarkan pada dakwaan jaksa federal di Alexandria, Virginia yang diajukan terhadap Assange pada bulan Mei. Dakwaan itu menambahkan 17 tuntutan pidana ke dakwaan sebelumnya yang sudah diajukan tahun lalu, pada Maret 2018.

Tuduhan baru termasuk pelanggaran undang-undang spionase AS. Dakwaan sebelumnya menuduh bahwa Assange berkonspirasi dengan mantan tentara AS, Chelsea Manning untuk meretas ke dalam sistem komputer pemerintah AS.

Manning ditangkap dan dihukum oleh pengadilan militer karena membocorkan ratusan ribu laporan pemerintah AS ke WikiLeaks. (REUTERS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Suku Amazon Menang Gugatan dan Menyelamatkan 200.000 Hektar Hutan Tropis

0

Epochtimes.id– Beberapa tahun yang lalu, pemerintah Ekuador mengirim sekelompok orang dengan pesawat mengunjungi suku Waorani di hutan hujan Amazon di provinsi Pastaza. Orang-orang tersebut ingin bernegosiasi dengan suku Waorani. Mereka melakukan beberapa percakapan dan juga merekam serta pergi dengan tergesa-gesa setelah beberapa jam tinggal disana.

Namun, orang-orang Waorani itu pada dasarnya tidak mengetahui tujuan orang-orang itu kesana dan juga tidak menyadari bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi ketika mereka bertukar pendapat: mereka baru saja menandatangani dokumen yang menyatakan penyerahan tanah mereka. Kisah ini terdengar mengerikan, ternyata akhirnya memiliki happy ending.

Setelah orang-orang Waorani itu memahami apa yang terjadi, mereka tidak tinggal diam dan pasrah pada nasib, melainkan melangkah maju serta mengajukan gugatan terhadap tindakan penipuan oleh pemerintah.

Pada bulan April tahun ini, suku tersebut menuntut pemerintah dan perusahaan minyak raksasa dan telah memenangkan tuntutan hukum tersebut. Kemenangan ini telah menjadi preseden yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk hak-hak tanah suku asli di daerah aliran sungai Amazon.

Orang-orang Waorani adalah orang-orang yang tinggal di hutan hujan Amazon selama beberapa generasi, disitulah kampung halaman mereka. Tetapi ketika perusahaan minyak internasional besar ingin mengeksploitasi minyak bawah tanah di wilayah itu, hak-hak mereka terancam yang diikuti oleh perselisihan hukum jangka panjang.

Pada bulan April tahun ini, Kolegial Tribunal yang terdiri dari 3 orang hakim dari Pengadilan Provinsi Pastaza memutuskan bahwa orang-orang Waorani telah memenangkan kasus gugatan ini dan membatalkan proses konsultasi yang diprakarsai oleh pemerintah Ekuador pada tahun 2012, yang pada gilirannya telah membatalkan transaksi penjualan tanah tersebut.

Suku ini menuduh pemerintah terlibat dalam penipuan, dan mereka melangkahi batas limit yang mereka tetapkan sendiri, secara berat sebelah mendukung perusahaan minyak dan melanggar hak-hak hukum penghuni di daerah itu.

Bahkan sejumlah orang percaya bahwa (walaupun tidak dilampiri bukti) oknum pejabat pemerintah telah menerima suap secara pribadi, dan tindakan korup pemerintahan telah memainkan peran penting dalam transaksi ini.

Hakim memerintahkan pemerintah untuk bernegosiasi ulang dan sebelum menjual transaksi apa pun yang terkait dengan eksploitasi sumber daya bawah tanah ini, hendaknya menerapkan standar yang ditetapkan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Inter-Amerika.

Ini berarti bahwa semua tindakan eksploitasi harus mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi pada lingkungan dan budaya suku.

Preseden hukum semacam itu tidak hanya sangat penting bagi masyarakat adat lainnya di hutan hujan Ekuador, bahkan juga teramat penting bagi suku-suku di luar Ekuador.

Putusan ini tidak hanya melindungi hak penambangan atau pengeboran dari tanah seluas 2.000 Km² (200.000 hektar) yang dihuni oleh orang-orang Waorani secara turun temurun, tetapi juga telah memblokir 16 daerah penghasil minyak lainnya, dengan luas tanah total 28.000 Km² kemungkinan mengalami potensi krisis dalam prosedur pelelangan.

Putusan ini menggemakan hak konstitusi Ekuador untuk menjamin tanah leluhur masyarakat adat dari perampasan, penyitaan dan pencaplokan, bersamaan itu juga telah menjamin hak mereka untuk memperoleh putusan independensi dari pengadilan.

“Pemerintah berusaha menjual tanah kami kepada perusahaan minyak tanpa seizin dari kami. Hutan hujan tropis adalah jiwa/kehidupan kami”, kata Nemonte Nenquimo, sebagai penggugat dan ketua “Organisasi Waorani di Provinsi Pastaza.

“Kami berhak sepenuhnya atas tanah milik kami. Kami selamanya tidak akan pernah menjual hutan hujan kami kepada perusahaan-perusahaan minyak. Hari ini, pengadilan mengakui hak-hak kepemilikan suku Waorani dan semua masyarakat adat atas tanah mereka yang harus dihormati. Kepentingan pemerintah atas minyak, tidak lebih berharga dari hak, hutan dan kehidupan kami,” katanya. (HUI/WHS/asr)

Pada April 2019, suku Waorani bersuka-ria di Sungai Kuraray pasca memenangi gugatan terhadap perusahaan minyak yang hendak mengangkangi hutan hujan mereka. (RODRIGO BUENDIA / AFP / Getty Images)

Kapal Perang Iran Kepung Kapal Penyelamat Kru Tanker Yang Dirudal

0

ETIndonesia – Kapal-kapal perang Iran mengepung sebuah kapal penyelamat yang membawa awak kapal tanker yang rusak diduga terkena rudal di Teluk Persia. Kapal perang Iran memerintahkan kapten kapal penyelamat untuk menyerahkan para pelaut, seperti dilansir dari Fox News yang mengutip pernyataan para pejabat Amerika.

Hyundai Dubai mengevakuasi para pelaut dari kapal tanker Front Altair. Akan tetapi, kapal-kapal perang Iran mengepung kapal penyelamat dan meminta agar awak kapal tanker itu menyerah, menurut para pejabat AS. Kapten Hyundai Dubai akhirnya mematuhi perintah itu.

Sebanyak 23 anggota kru sekarang berada di Iran. Menurut kantor berita Iran, 11 kru tersebut adalah warga Rusia, 11 Filipina dan seorang warga Georgia.

Penahanan paksa para kru menurut Amerika menjadi bukti terbaru yang menunjukkan keterlibatan Iran dalam serangan terhadap kapal tanker. Amerika Serikat menuduh Iran pada 13 Mei 2019, mengatur serangan terhadap kapal tanker. Militer AS kemudian merilis rekaman video yang katanya menunjukkan militer Iran mengeluarkan bahan tambang yang tidak meledak dari salah satu kapal tanker. Presiden Donald Trump menyalahkan Iran pada 14 Juni atas serangan itu.

Iran membantah terlibat. Rezim Iran sebelumnya telah mengancam untuk melawan sanksi terhadap ekspor minyaknya dengan memblokir Selat Hormuz, bagian strategis maritim di mana seperlima dari aliran minyak konsumen dunia melintas.

Perusak berpeluru kendali Amerika Bainbridge menyelamatkan 21 pelaut dari Kokuka Courageous, kapal lain yang diserang pada 13 Juni 2019, menurut pejabat AS. Para pelaut telah dirawat dan kembali ke kapal tanker, yang sekarang akan mereka tarik kembali ke pelabuhan.

Ledakan pada 13 Juni mengikuti serangan serupa sebulan sebelumnya pada empat kapal tanker. Washington juga menyalahkan Teheran atas serangan tersebut. Amerika Serikat juga menyalahkan Iran atas dua serangan pesawat tak berawak di stasiun pompa minyak Saudi. Teheran kembali membantah tuduhan itu.

Ditanya bagaimana AS akan mengatasi Teheran dan mencegah insiden lebih lanjut, Trump mengatakan kepada Fox News, “Kita akan lihat.”

Dia juga mengatakan bahwa setiap langkah untuk menutup Selat Hormuz, yang dilalui eksportir minyak terbesar dunia Arab Saudi dan produsen Teluk lainnya untuk mengirimkan minyak mentah, tidak akan bertahan lama.

Teheran dan Washington sama-sama mengatakan mereka tidak tertarik memulai perang.

Harga minyak melonjak pada 13 Juni 2019, mencerminkan kegelisahan kedua negara dan pasar minyak dunia.

Kapal tanker milik Jepang, ditinggalkan oleh krunya, dan kini sedang ditarik ke pelabuhan di Uni Emirat Arab pada 14 Juni, setelah sebuah perusahaan Belanda mengatakan telah ditunjuk untuk menyelamatkan kapal-kapal tersebut.

Kapal tanker kedua, Front Altair milik Norwegia, yang terbakar oleh ledakan, masih terapung di laut, meskipun api yang membakar lambung telah padam.

Tahun lalu, Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir multi-nasional dengan Iran dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap rezim Islam Iran. Pada saat menjelang serangan ke enam kapal tanker, Washington mengakhiri izin untuk membeli minyak yang berasal dari Iran, dari sejumlah perusahaan pelanggan terbesar minyak Iran. Amerika Serikat juga menyatakan cabang militer rezim Iran sebagai organisasi teroris.

Ekspor minyak mentah Iran turun menjadi sekitar 400.000 barel per hari di bulan Mei 2019, dari sebelumnya mencapai 2,5 juta barel per hari di bulan April 2018. Situasi yang membuat ekonomi Iran kehilangan sumber pendapatan utama.

Penyebab ledakan pada 13 Juni 2019 masih belum jelas. Sebuah laporan awal menyebut bahwa kapal Kokuka Courageous dihantam oleh torpedo, menurut seorang narasumber yang mengetahui masalah ini. Pemilik kapal tanker yang membawa metanol kemudian mengatakan bahwa kapal itu dihantam oleh dua ‘benda terbang’.

Sebuah sumber mengatakan sebuah benda magnetik diduga mennjadi penyebab ledakan di kapal Front Altair, yang memiliki muatan nafta. (IVAN PENTCHOUKOV dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Dua Mobil Klasik Jerman Kawan Sekaligus Lawan

Yu Ping

Selama 13 tahun setelah memimpin Mercedes-Benz, CEO Daimler, Presiden Global Mercedes-Benz Dieter Zetsche secara resmi pensiun. Video humor perpisahan yang dibuat oleh pesaing Mercedes-Benz yakni: BMW membuat tertawa dan menarik perhatian publik.

Si Kumis paling terkenal di Jerman telah pensiun

Daimler mengadakan rapat umum pemegang saham pada 23 Mei lalu, dan Dieter Zetsche secara resmi pensiun dari perusahaan dan mengumumkan pengunduran dirinya.

Dieter Zetsche  telah 42 tahun bekerja di Mercedes-Benz. Ia telah memimpin perusahaan selama 13 tahun dan berhasil menyelamatkan Mercedes-Benz dari kesulitan.

Dalam beberapa tahun terakhir, profitabilitas Mercedes-Benz terus ditingkatkan, dan sekali lagi menduduki puncak daftar perusahaan mobil mewah secara global.

Sejak tahun 1976, Dieter Zetsche telah bekerja di Mercedes-Benz, dari staf R&D memasuki dewan direksi perusahaan sejak tahun 1998. Dia memulai karirnya sebagai CEO Mercedes pada 2006 hingga pensiun pada 22 Mei tahun ini.

Menurut laporan, ia menerima gaji pensiun hingga 4.250 Euro per hari, mencetak rekor gaji pensiun tertinggi Jerman. Dan kumis putihnya yang unik dan panjang telah menjadi iconnya, dan sekarang dia yang berusia 66 tahun dapat “menikmati kebebasannya.”

“Menemukan diri sendiri ” dengan mengendarai BMW?

BMW yang sebagai pesaing utama jangka panjang Daimler, pada saat perayaan perpisahan Dieter Zetsche di hari terakhirnya mengirim video.

Dalam video itu, Dieter Zetsche duduk didalam Mercedes Benz meninggalkan gedung markas besar dibawah tepuk tangan para anggota staf Mercedes Benz. Ketika sopir mengantarnya sampai di rumah, dengan sedikit gamang ia memandangi kepergian mobil Mercedes itu.

Di saat gambar berubah, sederet kata terpampang pada subtitle: “Akhirnya telah bebas.” Pintu besar garasi terbuka, sebuah logo bintang mobil Mercedes-Benz tua nampak berkilauan, tetapi Dieter Zetsche malah pergi ngebut dengan mengendarai BMW i8.

Bos Mercedes-Benz menyimpan mobil BMW dirumah mewahnya, setelah pensiun, akhirnya tidak perlu menutup-nutupi, mengendarai mobil kesayangannya pergi berjalan-jalan, melihat sampai akhir video tersebut, penonton tak kuasa menahan senyum. BMW juga memberi tahu teman lamanya dengan sungguh hati bahwa “disaat semuanya telah berjalan lancar, juga harus dapat menikmati kesenangan murni berkendaraan” dan mengambil kesempatan untuk membuat iklan yang indah untuk dirinya sendiri.

Dengan video perpisahan penuh kreatifitas dan mengundang senyum ini, BMW memberikan penghormatan kepada rival lama, sekaligus respek kepada Dr. Zetsche atas kontribusinya yang luar biasa terhadap pengembangan Mercedes-Benz. Tentu saja, Dieter Zetsche dalam video itu diperankan oleh seorang aktor.

Tidak begitu penting selama hidup mengabdi pada Benz setelah pensiun ditemani BMW atau sebaliknya.

Sebagai perusahaan mobil berusia seabad, Mercedes-Benz dan BMW selalu menjadi tolak ukur, bersaing satu sama lain dan terus berkembang, keduanya juga musuh sekaligus teman.

Di akhir video, BMW menulis kalimat: “Terima kasih Zetsche setelah sekian tahun  kompetisi yang menginspirasi.” (Hui)

Gara-gara RUU Ekstradisi Pro Komunis Tiongkok, Taipan Hong Kong Mulai Selamatkan Aset Pribadi

Reuters

Sejumlah taipan Hong Kong telah mulai memindahkan kekayaan pribadi mereka ke luar negeri ketika kekhawatiran semakin mendalam atas rencana pemerintah setempat untuk memungkinkan ekstradisi tersangka diadili di Tiongkok. Laporan ini diungkap oleh Reuters, menurut penasihat keuangan, bankir dan pengacara yang akrab dengan transaksi semacam itu.

Seorang taipan, yang menganggap dirinya berpotensi terpapar secara politis, telah mulai memindahkan lebih dari 100 juta dolar AS dari rekening Citibank lokal ke rekening Citibank di Singapura, menurut penasihat yang terlibat dalam transaksi.

“Sudah dimulai. Kami mendengar orang lain juga melakukannya, tetapi tidak ada yang akan berparade bahwa mereka akan pergi, Yang dikhawatirkan adalah jaksa akan segera turun dengan kemampuan Beijing untuk mendapatkan aset Anda di Hong Kong. Singapura adalah tujuan yang disukai,” kata sumber itu kepada Reuters.

Hong Kong dan Singapura bersaing keras untuk dianggap sebagai pusat keuangan utama Asia.

Kekayaan yang dipegang oleh para taipan Hong Kong sampai sekarang menjadikan kota ini basis yang lebih besar untuk kekayaan pribadi, sebanyak 853 individu memiliki kekayaan bernilai lebih dari 100 juta dolar AS— lebih dari dua kali lipat jumlah di Singapura — sesuai dengan laporan 2018 dari Credit Suisse.

RUU ekstradisi, yang akan mencakup penduduk Hong Kong dan warga negara asing dan Tiongkok yang tinggal atau bepergian melalui kota, telah memicu kekhawatiran yang luar biasa luas akan mengancam supremasi hukum yang menopang status keuangan internasional Hong Kong.

Pemimpin Hong Kong yang didukung Komunis Tiongkok, Carrie Lam, telah mendukung undang-undang tersebut, mengatakan bahwa perlu untuk menyumbat celah yang memungkinkan para penjahat yang dicari di daratan menggunakan kota itu sebagai surga. Dia mengklaim pengadilan akan melindungi hak asasi manusia.

Protes dan kekerasan memaksa debat legislatif tahap pertama dibatalkan pada 13 Juni dan tidak jelas kapan mereka akan meneruskan RUU tersebut.

Profesor Simon Young, dari sekolah hukum Universitas Hong Kong, kepada Reuters mengatakan bahwa dapat dimengerti bahwa beberapa penduduk Hong Kong mungkin mempertimbangkan untuk memindahkan aset ke luar kota karena jangkauan finansial yang sedikit diketahui dari RUU tersebut.

Jika RUU tersebut menjadi undang-undang, pengadilan Tiongkok daratan mungkin akan meminta pengadilan Hong Kong untuk membekukan dan menyita aset yang terkait dengan kejahatan yang dilakukan di daratan, di luar ketentuan yang ada yang mencakup hasil dari pelanggaran narkoba.

“Ini sebagian besar telah diabaikan dalam debat publik tetapi itu benar-benar merupakan bagian penting dari amandemen yang diusulkan,Itu mungkin tidak diabaikan bagi para taipan dan mereka yang memberikan nasihat hukum,” kata Young.

Kepala operasi perbankan swasta sebuah bank internasional di Hong Kong, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan kliennya telah memindahkan uang dari Hong Kong ke Singapura.

Menurut Bankir itu, mereke yang memindahkan aset pribadi bukan klien dari Tiongkok daratan yang mungkin terpapar secara politis, tetapi klien kaya raya Hong Kong. 

“Situasi di Hong Kong tidak terkendali. Mereka tidak dapat percaya bahwa Carrie Lam atau pemimpin Beijing begitu bodoh sehingga mereka tidak menyadari kerusakan ekonomi akibat hal ini,” demikian pernyataan bankir itu.

Seorang juru bicara pemerintah Hong Kong tidak secara langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan Reuters mengenai pelarian modal, tetapi mengklaim “infrastruktur keuangan kelas dunia” Hong Kong dan terbuka, pasar internasional memiliki rezim regulasi “yang sepenuhnya kompatibel dengan pasar luar negeri.”

Amandemen berusaha menyederhanakan ekstradisi kasus per kasus ke yurisdiksi, termasuk Tiongkok daratan, di luar dari 20 perjanjian dengan Hong Kong yang sudah memiliki perjanjian ekstradisi.

Selain menghapus blok eksplisit tentang ekstradisi ke daratan tiongkok dalam  UU Fugitive Offenders Ordinance saat ini, amandemen juga menghapus pembatasan di daratan dari Mutual Legal Assistance in Criminal Matters Ordinance, yang dikenal sebagai MLAO.

Menurut sebuah studi Asosiasi Advokat Hong Kong baru-baru ini, MLAO memungkinkan yurisdiksi asing  meminta otoritas Hong Kong untuk mengumpulkan bukti digunakan di luar kota “dan untuk memberikan bentuk bantuan lainnya, seperti membekukan dan menyita aset orang yang dicari untuk kejahatan di negara lain.

Pencarian, penyitaan dan pengambilalihan dapat melibatkan kasus-kasus dengan hukuman dua tahun penjara atau lebih, dibandingkan dengan ambang batas tujuh tahun untuk ekstradisi di bawah Undang-undang Fugitive Offenders Ordinance. Permintaan juga dapat diajukan pada tahap investigasi daripada penuntutan.

Asosiasi advokat mencatat bahwa amandemen bantuan hukum timbal balik akan “secara signifikan memperkuat dampak Ordonansi Pelanggar yang diubah sehubungan dengan penuntutan pidana di daratan.”

Juru bicara pemerintah Hong Kong mencatat bahwa perintah penyitaan eksternal harus didaftarkan di pengadilan Hong Kong dan dapat ditentang. Itu harus memenuhi standar “kriminalitas ganda”, dimana itu harus didasarkan pada perilaku yang juga merupakan kejahatan di Hong Kong.

“Hak dan kebebasan orang Hong Kong dan orang asing di Hong Kong, termasuk aset mereka, sepenuhnya dilindungi oleh Undang-Undang Dasar,” tambah juru bicara itu, merujuk pada mini-konstitusi Hong Kong.

Pengacara komersial terkemuka Kevin Yam mengatakan dia mengetahui angka-angka Hong Kong yang bernilai tinggi mengambil langkah-langkah untuk memindahkan aset ke Singapura ketika aset tersebut jatuh tempo atau kondisi pasar terbukti menguntungkan.

“Pada titik ini saya akan mengatakan itu adalah tetesan yang mantap daripada menyerbu tetapi  paling pasti terjadi,” katanya.

Tiga bankir swasta lainnya mengatakan mereka telah menerima pertanyaan dari klien mereka tentang dampak dari RUU tersebut, tetapi belum melihat dana bergerak.

Yam mengatakan sedikit yang memperkirakan RUU itu akan dieksploitasi secara luas oleh Beijing dalam semalam jika disahkan, tetapi itu menciptakan iklim kegelisahan yang mendalam, dengan rasa takut RUU itu dapat digunakan secara lebih bebas di tahun-tahun mendatang. (asr)

Sebuah plakat ditampilkan selama protes setelah satu hari kekerasan atas usulan RUU ekstradisi, di dekat gedung Dewan Legislatif di Hong Kong, Cina pada 13 Juni 2019. (Jorge Silva / Reuters)

Pemimpin Hong Kong Sebut Demonstran Hong Kong Sebagai ‘Anak-anak Berandalan’ Mengingatkan Ciri Khas Propaganda Komunis

Olivia Li – The Epochtimes

Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam kini mencoba membela mati-matian pemerintahnya ketika menghadapi kecaman publik atas tindakan brutal terhadap demonstran damai yang menentang amandemen terhadap undang-undang ekstradisi.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, ia membandingkan dirinya dengan seorang ibu yang pengasih dan satu juta pengunjuk rasa dengan “anak-anak berandalan.”

Pernyataan ini mengingatkan pada sebuah tipe propaganda komunis untuk menggambarkan hubungan antara negara dan rakyatnya.

Dalam wawancara pagi pada 12 Juni dengan TVB, stasiun TV pro-Komunis Tiongkok yang berbasis di Hong Kong, Lam bersikeras bahwa pemerintah Hong Kong telah melakukan hal yang benar sejak awal.

Dia membandingkan dirinya dengan seorang ibu yang pengasih dan satu juta pengunjuk rasa dengan anak-anak nakal yang hanya menangis dan berteriak untuk menuntut apa yang mereka inginkan.

“Seorang ibu yang baik tidak akan memanjakan anak yang bandel. Demikian pula, pemerintah Hong Kong bersikeras untuk meloloskan RUU ekstradisi karena anak-anak yang bandel tidak boleh dimanjakan,” katanya sambil menangis. Entahlah apakah ini benar-benar sebagai tangisan atau sandiwara belaka.

Lam pada wawancara itu menuduh protes sebagai “kerusuhan” yang tidak akan ditolerir oleh masyarakat beradab mana pun. Namun, dia tidak menyebutkan polisi menyerang demonstran yang tidak bersenjata dengan gas air mata, peluru karet dan kantong kacang yakni kantong kain kecil yang berisi pellet serta peluru karet.

Pada hari yang sama, sebuah petisi online untuk menentang pernyataan “ibu” Lam diluncurkan oleh lebih dari sepuluh cendekiawan wanita, termasuk Susanne Choi, seorang profesor Sosiologi di  Chinese University of Hong Kong , pengacara Linda Wong dan Debora Poon, dan Eva Chan, dosen senior di Sekolah Jurnalisme dan Komunikasi  Chinese University of Hong Kong. 

Surat petisi itu berbunyi, “Kami adalah sekelompok ibu dari Hong Kong, tetapi kami sama sekali tidak akan menggunakan senjata mematikan seperti gas air mata, peluru karet, atau  kantong kacang untuk menyerang anak-anak kami. Kami juga merasa sulit untuk melihat bagaimana seseorang dapat acuh tak acuh dan apatis terhadap gambar-gambar orang muda yang dipukuli dengan tongkat, dan menderita luka serius dan berdarah.”

Petisi itu melanjutkan “Lagipula, warga Hong Kong bukan anak-anakmu — yang dibutuhkan orang bukanlah bantuanmu, tetapi, sebaliknya, yang mereka butuhkan adalah untukmu, kepala kota ini dan seorang pegawai negeri, untuk mendengarkan pandangan dari semua sisi masyarakat, dan untuk membuat tanggapan yang tepat dan tepat waktu.”

Kelompok itu menyatakan bahwa sebagai ibu, mereka berusaha membangun masa depan yang lebih baik untuk anak-anak mereka, masa depan di mana anak-anak mereka dapat tinggal di tanah air mereka “bebas dari rasa takut.”

Mereka menyerukan kepada Lam: “Berhentilah bersembunyi di balik kisah isak tangis politis palsu Anda untuk mendapatkan simpati kami — kami ingin Anda mengambil tindakan untuk menunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli dengan generasi muda kita.”

Para pembuat petisi juga menentang pernyataan Lam dengan bertanya padanya, “Bagaimana egoisnya seseorang, untuk mengatakan bahwa suara 1,03 juta orang adalah ‘berandalan’? Betapa egoisnya seseorang, untuk mengatakan bahwa dalam mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap RUU tersebut, bahwa 3.000 anggota sektor hukum ‘berandalan?’

Hampir 30.000 orang menandatangani petisi itu dalam rentang waktu 16 jam.

Propaganda Ciri Khas Komunis Tiongkok

Analogi yang membandingkan pemerintah atau politisi papan atas dengan orangtua dari rakyat adalah propaganda khas di negara-negara komunis.

Pada 1980-an, seorang intelektual paruh baya bernama Qu Xiao dengan cepat menjadi nama rumah tangga dan agitator lisan di Tiongkok.

Otoritas Komunis Tiongkok benar-benar senang dengan karisma dan bakat khususnya dalam membujuk pendengarnya untuk terus mencintai Partai Komunis Tiongkok, bahkan jika mereka adalah korban Revolusi Kebudayaan yang berlangsung pada 1966 – 1976.

Qu sendiri adalah korban Revolusi Kebudayaan — ia “dididik ulang” sebagai buruh tani selama masa mudanya dan secara keliru dicap sebagai kontra-revolusioner. Dalam pidatonya di depan umum, ia memberikan kisah emosional tentang pengalaman tragisnya, tetapi selalu membela Partai Komunis Tiongkok dengan mengatakan : “Tapi, Partai adalah ibu kami. Seorang anak tidak akan dan tidak seharusnya menaruh dendam terhadap ibunya, bahkan jika dia telah memukulnya dengan salah!”

Qu menemui ajalnya sendiri ketika otoritas Komunis Tiongkok mengirimnya ke Amerika Serikat pada tahun 1991 untuk melakukan khotbah politik yang sama kepada siswa-siswa Tiongkok yang belajar di sana.

Di antara hadirin dalam ceramah pertamanya, ada seorang profesor Taiwan pro-Komunis tiongkok, yang biasa membenci Kuomintang karena ia menganggap laporan media Kuomintang tentang kekejaman Partai Komunis Tiongkok adalah berita palsu karena mereka tampaknya terlalu sulit untuk dibenarkan.

Di akhir ceramah Qu, profesor Taiwan itu berdiri dan memberi tahu hadirin bahwa dia menyadari betapa salahnya dia di masa lalu.

“Pidato Profesor Qu seperti pengakuan yang memberatkan, dengan darah dan tragedi di setiap baris. Seorang sarjana muda dijebloskan ke penjara selama 22 tahun tanpa alasan sama sekali. Saya telah melihat laporan serupa ketika saya berada di Taiwan, tetapi tidak ada yang jahat dan keterlaluan seperti ini!” katanya emosional.

Dia kemudian mengkritik Qu: “Kamu bilang Partai itu ibumu. Tetapi bagaimana Anda masih bisa memanggilnya seorang ibu setelah ia melecehkan anak-anaknya seperti ini untuk waktu yang lama? Bahkan ibu tiri pun tidak akan begitu kejam. Apakah dia masih memiliki hak untuk menuntut kesetiaan dari seorang anak yang dianiaya olehnya? Di negara mana pun yang beradab, seorang ibu yang melecehkan anaknya seperti ini akan dihukum oleh hukum. ”

Pada kesempatan ini, Qu dan seorang pejabat Komunis tiongkok dari Kementerian Luar Negeri yang menemaninya dalam tur, memutuskan untuk membatalkan pembicaraan di luar negeri selanjutnya. Mereka segera kembali ke Tiongkok.

Setelah kembali, Qu jarang muncul di depan umum. Di tengah pidatonya di Kota Nantong pada tahun 1991, ia terserang stroke dan jatuh dari podium. Setengah dari tubuhnya lumpuh, dan dia kehilangan kemampuan untuk berbicara selama sisa masa hidupnya. (asr)

Tanggapi Surat Menkes, Kominfo Langsung Take Down Iklan Rokok di Internet

0

Erabaru.net. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan langsung melakukan take down setelah menerima surat dari Menkes terkait pemblokiran iklan rokok di internet.

Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu dalam siaran persnya menyatakan surat Menteri Kesehatan RI kepada Menteri Kominfo RI No TM.04.01/Menkes/314/2019 perihal Pemblokiran Iklan Rokok di Internet diterima oleh Kementerian Kominfo pada Kamis (13/6) pukul 13.30 WIB. 

“Segera setelah menerima surat dimaksud, Menteri Kominfo Rudiantara langsung memberikan arahan kepada Ditjen Aplikasi Informatika untuk melakukan crawling atau pengaisan terhadap konten iklan rokok di internet,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/6/2019).

Tim AIS Kementerian Kominfo langsung melakukan “crawling” dan ditemu kenali sejumlah 114 kanal di Facebook, Instagram & YouTube yang jelas melanggar UU 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 46, ayat (3) butir c tentang “promosi rokok yang memperagakan wujud rokok”.’

Saat ini Tim AIS Kemkominfo sedang melakukan proses take down atas akun/konten pada platformplatform di atas.

Menkominfo Rudiantara juga sudah menelpon Menkes sebagai regulator kesehatan untuk menggelar rapat koordinasi teknis secepatnya, membahas kemungkinan pelanggaran atas pasal-pasal lainnya. Karena regulator yakni Kemenkes yang bisa meng-interpretasi-kan legislasi/regulasi dengan lebih baik.

Terkait surat Menkes kepada Menteri Kominfo untuk memblokir iklan rokok di internet, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan Menkes layak diberikan apresiasi dan didukung. Oleh karena itu YLKI meminta Menteri Kominfo untuk memblokir iklan rokok di internet.

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan keberadaan iklan rokok di internet sangat mengkhawatirkan, karena bisa dibuka oleh siapapun dan kapapun, tanpa kontrol dan batas waktu. termasuk di buka oleh anak anak dan remaja. Apalagi, saat ini lebih dari 142 juta pengguna internet di Infonesia, termasuk diantaranya anak anak.

“Oleh karena itu, iklan rokok di internet layak diblokir guna melindungi anak anak dari paparan iklan rokok dan mencegah meningkatnya prevalensi merokok pada anak anak dan remaja,” demikian keterangan tertulis YLKI.

YLKI menyatalam Indonesia merupakan negara yang masih menjadi syurga iklan dan promosi rokok. padahal di seluruh dunia iklan dan promosi rokok telah dilarang. Sebagai contoh, di Eropa iklan rokok telah dilarang sejak tahun 1960 dan di Amerika telah dilarang sejak 1973. (asr)

Pelaku Penembakan Massal Masjid Selandia Baru Mengaku Tidak Bersalah

0

ETIndonesia – Pria Australia yang didakwa membunuh 51 jemaah di dua masjid di Selandia Baru, pada bulan Maret 2019 menyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan di pengadilan pada hari Jumat, 14 Juni 2019, waktu setempat.

Dalam serangan yang disiarkan langsung di Facebook, pria itu bersenjatakan senjata semi-otomatis yang menargetkan umat Islam yang menghadiri sholat Jumat di Christchurch pada 15 Maret 2019. Ini adalah penembakan massal dalam situasi ‘masa damai’ terburuk di Selandia Baru.

Brenton Tarrant, 29 tahun, muncul melalui tautan video dan memasukkan permohonan dalam pembelaan melalui pengacaranya.

Hakim Pengadilan Tinggi, Cameron Mander mengatakan persidangan akan dimulai pada 4 Mei tahun depan.

Hakim Mander mengatakan bahwa pengadilan biasanya berusaha untuk membawa kasus ke pengadilan dalam waktu satu tahun setelah kejadian. Akan tetapi, melihat skala dan kompleksitas membuat kasus ini lebih menantang.

Tarrant telah dikembalikan ke tahanan hingga 16 Agustus, ketika sidang pemeriksaan kasus dijadwalkan.

Tarrant menghadapi total 92 dakwaan setelah jaksa Selandia Baru mengajukan dua dakwaan percobaan pembunuhan tambahan, satu dakwaan pembunuhan dan satu dakwaan terorisme. Ini adalah pertama kalinya tuduhan terorisme diajukan di Selandia Baru.

Tarrant berdiri menghadap kamera dari fasilitas keamanan tingkat tinggi di Auckland. Sebagian besar wajahnya tanpa menampilkan ekspresi. Akan tetapi, dia sering menyeringai termasuk ketika pengacaranya memasukkan pembelaan tidak bersalah atas namanya.

Sekitar 80 anggota komunitas Muslim Christchurch duduk di belakang pengadilan, khidmat dan sunyi sepanjang penampilan terdakwa. Ada beberapa orang terlihat mengeluh ketika permohonan tidak bersalah dibacakan oleh pengacara Tarrant.

Pada sidang terakhir pada tanggal 5 April 2019, pengadilan telah memerintahkan Tarrant untuk menjalani penilaian mental terlebih dahulu untuk menentukan apakah Dia layak untuk diadili. Hakim mengatakan pada hari Jumat, bahwa tidak ada masalah yang terdeteksi dari penilaian kesehatan mental dan terdakwa dinyatakan layak untuk diadili. (REUTERS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Di Balik Kekerasan Brutal Terhadap Demonstran di Hong Kong, Carrie Lam Adalah Penguasa “Wayang”

Olivia Li – The Epochtimes

Pada 12 Juni polisi Hong Kong mulai menyerang demonstran dengan tongkat, peluru karet, dan beanbags. Banyak yang bertanya-tanya mengapa pemerintah Hong Kong begitu terburu-buru untuk mendorong RUU Ekstradisi hingga akhirnya menggunakan kekerasan untuk menekan pengunjuk rasa? semua pihak bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya di Hong Kong?

Simon Lau, seorang profesional media senior dan mantan konsultan Unit Kebijakan Pusat Hong Kong, menerima wawancara dengan Epoch Times Hong Kong dan memberikan analisis mendalam.

Lau, yang akrab dengan kebijakan peraturan pemerintah, menunjukkan bahwa penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi Hong Kong jauh lebih jelas sekarang daripada selama Gerakan Pendudukan lima tahun lalu.

Taktik kekuatan senjata terkait langsung dengan perubahan dalam cara Komunis Tiongkok memerintah dan mengendalikan Hong Kong. Hong Kong Sekarang Langsung Di Bawah Pemerintahan Komunis Tiongkok.

Menurut Lau, mulai pada masa kolonial Inggris hingga era Tung Chee-hwa, Hong Kong selalu memiliki seperangkat mekanisme penasihat yang efektif dan komprehensif, yang disebut sebagai “sistem dominan eksekutif.”

Namun, setelah Carrie Lam menjabat sebagai Kepala eksekutif Hong Kong, sistem digantikan oleh kepala diktator eksekutif. Misalnya, di masa lalu, ketika RUU hukum perlu diamandemen, RUU tersebut melewati beberapa prosedur termasuk tinjauan oleh Komite Hukum Hong Kong, Asosiasi Pengacara Hong Kong, dan Lembaga Hukum Hong Kong sebelum dapat diperkenalkan. Tetapi saat ini, itu tidak terjadi sama sekali.

Pemerintah Hong Kong secara langsung mengumumkan RUU kepada publik. Meskipun Hong Kong tidak memiliki demokrasi nyata di masa lalu, ada serangkaian prosedur untuk audit dan konsultasi internal.

Sikap Pemerintah Hong Kong saat ini menyampaikan pesan kepada publik bahwa mekanisme sebelumnya telah sepenuhnya berubah. Saat ini publik tidak tahu sama sekali dari mana kebijakan pemerintah berasal.

Menurut Lau, diyakini rezim komunis Tiongkok sebenarnya secara langsung memerintah Hong Kong, dan Carrie Lam adalah seorang eksekutor yang harus mematuhi setiap kata dari pemerintahan pusat Komunis Tiongkok. Kantor Penghubung Beijing di Hong Kong juga mengontrol prosedur parlementer. Perintah untuk menekan para demonstran dengan kekerasan harus berasal dari kantor yang sama.

“Selain RUU ekstradisi, proyek Metropolis Lantau Timur adalah contoh lain. Kami tidak tahu dari mana asalnya. Setelah pengumuman pemerintah, bahkan direktur Biro Pengembangan tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan wartawan, seperti pengaturan keuangan atau rincian perencanaan kota. Jelas, kebijakan tersebut tidak berasal dari Hong Kong berdasarkan kehendak masyarakat setempat, tetapi dipaksakan secara paksa dari pemerintah pusat Beijing,” kata Lau.

Penyebabnya Adalah Krisis Politik Komunis Tiongkok

Meskipun Carrie Lam selalu mengklaim bahwa usulan amandemen undang-undang ekstradisi itu diprakarsai oleh warga Hong Kong dan membantah dia mengikuti instruksi dari Komunis Tiongkok, Lau mengatakan jelas bahwa Lam mengikuti perintah yang tidak dapat dibantah bahwa berasal dari  Komunis Tiongkok.

Fakta ini juga melibatkan hubungan Komunis Tiongkok-Taiwan serta hubungan Tiongkok dengan komunitas internasional. Tanpa otorisasi dari pemerintah pusat Komunis tiongkok, maka sama sekali tidak memiliki wewenang untuk melakukannya.

Lau percaya bahwa dorongan Komunis Tiongkok untuk RUU ekstradisi berasal dari ketakutannya akan krisis keuangan yang membayanginya. Pasalnya, banyak pejabat yang korup melarikan diri dari Tiongkok dengan sejumlah besar uang, Beijing bertujuan untuk memblokir celah ini dengan undang-undang baru. Dari perspektif yang lebih besar, Komunis Tiongkok ingin mengambil kebebasan Hong Kong untuk memudahkan Komunis tiongkok memulai pertempuran dengan negara-negara demokrasi Barat.

Selama ini, Hong Kong selalu menikmati hubungan dekat dengan Barat, termasuk sistem politik, supremasi hukum, dan posisi Hong Kong sebagai pusat internasional. Tapi itulah yang tidak disukai oleh rezim komunis Tiongkok. Terkait hal ini, komunis Tiongkok tidak benar-benar ingin menghancurkan Hong Kong, ia ingin memutuskan hubungan antara Hong Kong dan komunitas internasional dan merampas Hong Kong dari kebebasan persnya.

Saat ini polisi Hong Kong Kemungkinan Langsung Di Bawah Komando Komunis Tiongkok. Lau mencurigai bahwa pihak berwenang memutuskan sebelum demonstrasi digelar, kekuatan berlebihan akan digunakan untuk menekan para demonstran bila perlu.

Dia menunjukkan bahwa polisi mulai memukuli pemrotes dengan pentungan pada malam hari tanggal 9 Juni ketika lebih dari satu juta orang menggelar pawai di jalan untuk memprotes RUU ekstradisi.

Menurut SOP polisi di Hong Kong, mereka harus menggunakan semprotan merica dan gas air mata sebelum mereka dapat menyerang demonstran dengan tongkat. Meskipun kepala polisi Stephen Lo mengklaim bahwa polisi melemparkan galah ke kerumunan massa pertama, tidak ada yang melihat ini saat video yang diambil selama pawai digelar.

Tayangan TV hanya menunjukkan bahwa polisi menembak para demonstran yang tidak bersenjata di kepala dengan peluru karet dari jarak dekat, dan terus memukuli para pemrotes dengan tongkat.

Seringkali, sekitar sepuluh polisi memukuli seorang pemrotes tidak bersenjata yang sudah mundur. Polisi mengambil tindakan paling kejam dalam waktu sesingkat itu. Itulah mengapa diyakini bahwa Komunis Tiongkok telah memberikan perintah yang tidak dapat disangkal bahwa demonstrasi harus dihentikan sejak awal. Artinya, polisi harus menggunakan kekerasan terburuk yang mungkin terjadi untuk mencegah Gerakan  lainnya.

Lau menambahkan bahwa banyak kediktatoran secara rutin menggunakan metode ini — kekerasan hebat selama penindasan dalam jangka waktu yang sangat singkat dan kemudian menuduh demonstrasi sebagai dalang kerusuhan. Ini kemudian memungkinkan polisi untuk menggunakan kekerasan untuk membubarkan para demonstran.

Banyak demonstran dan saksi mata curiga bahwa polisi bersenjata Tiongkok atau tentara dikerahkan ke Hong Kong untuk menekan para demonstran karena polisi Hong Kong jarang bertindak dengan kejam. Oleh karena itu, komandan polisi saat ini bukanlah seorang perwira polisi Hong Kong.

Lau menilai ini dikarenakan kepolisian di Hong Kong sangat berpengalaman dalam menangani gerakan massa, mustahil seorang petugas kepolisian Hong Kong melanggar pedoman internal, atau bahkan konvensi internasional, dan menembak para demonstran di kepala. Bahkan jika menggunakan peluru karet, menembak kepala dapat menyebabkan kematian.

Lau menyerukan kalangan pebisnis Hong Kong diserukan  menggunakan suara mereka untuk menentang undang-undang ekstradisi itu.

“Kini Kaum muda Hong Kong mempertaruhkan hidup mereka untuk menolak RUU ini. Saat ini masalah terakhir adalah menggunakan suara pebisnis dengan bulat untuk menyelesaikan konflik ini dan memveto RUU baru ini. Kalau tidak, di masa depan, untuk setiap konflik politik, rakyat Hong Kong harus menghadapi situasi yang sama dengan sesama orang Tionghoa di daratan yakni penangkapan, lebih banyak darah, dan bahkan kematian, karena pemerintah Tiongkok akan selalu menggunakan mesin negara untuk menekan suara yang berbeda,” ujarnya. (asr)

FOTO : Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata ke para pengunjuk rasa di Admiralty Center di Hong Kong, pada 12 Juni 2019. (Li Yi / The Epoch Times)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=J5mA82Ql6oQ

Gedung Putih Salahkan Iran atas Serangan Rudal Tanker Minyak di Teluk Oman

0

ETIndonesia – Gedung Putih menyalahkan Iran atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di dekat Selat Hormuz yang strategis. Pernyataan Gedung Putih dikeluarkan pada 13 Juni 2019.

“Iran melawan, karena rezim ingin agar kampanye tekanan maksimum kami berhasil dicabut. Tidak ada sanksi ekonomi yang memberi hak Republik Islam (Iran) untuk menyerang warga sipil tak berdosa, mengganggu pasar minyak global, dan terlibat dalam pemerasan nuklir,” Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan kepada wartawan.

“Penilaian ini didasarkan pada intelijen, senjata yang digunakan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan operasi, serangan Iran baru-baru ini yang serupa pada pengiriman, dan fakta bahwa tidak ada kelompok proksi yang beroperasi di daerah tersebut memiliki sumber daya dan kemampuan untuk bertindak dengan tingkat kecanggihan yang tinggi,” sambung Pompeo.

Dia melanjutkan bahwa masyarakat internasional mengutuk serangan Iran pada kebebasan navigasi dan penargetan warga sipil yang tidak bersalah. Amerika Serikat, lanjutnya, akan membela kepentingan mereka dan mitra-mitranya.

Pompeo, dalam sebuah tweet, juga mengeluarkan pernyataan serupa.

“Ini adalah penilaian pemerintah AS bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan hari ini di Teluk Oman. Serangan-serangan ini adalah ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional, serangan terang-terangan pada kebebasan navigasi, dan eskalasi ketegangan oleh Iran,” tulis Pompeo.

Pompeo tidak mengatakan apakah AS akan menggunakan tekanan ‘ekonomi’ dan ‘diplomatik’ untuk berurusan dengan Iran. Sebelumnya, sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Sanders mengatakan Presiden Donald Trump diberi penjelasan tentang masalah ini.

Iran belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Beberapa laporan menunjukkan bahwa sebuah torpedo menembak setidaknya satu dari sejumlah kapal yang tengah berlayar. Akan tetapi laporan lain mengatakan bahwa itu bukan rudal, melainkan ranjau atau jenis senjata lain. (JACK PHILLIPS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Rusia Bebaskan Wartawan Investigasi Pasca Kemarahan Publik

0

ETIndonesia — Polisi Rusia secara tiba-tiba membatalkan dakwaan terlibat kasus narkoba terhadap jurnalis investigasi, Ivan Golunov, pada 11 Juni 2019. Rusia sangat jarang berbalik arah walau menghadapi kemarahan rakyat.

Kali ini, para pendukung sang wartawab menuduh Dia dijebak dengan barang bukti kasus tersangka lain. Mereka bahkan mengancam akan segera melakukan protes massal di Moskow.

Golunov, seorang jurnalis berusia 36 tahun dikenal karena mengekspos kasus korupsi di kalangan pejabat kota Moskow. Dia ditahan oleh polisi Rusia, Kamis pekan lalu dan dituduh menjual narkoba. Tuduhan itu, yang dengan tegas Dia bantah.

Wartawan Rusia Ivan Golunov (tengah), yang dibebaskan dari tahanan rumah setelah polisi secara mendadak membatalkan penyidikasn kasus narkoba. Dia bertemu dengan media dan para pendukung di luar kantor investigasi kriminal di Moskow, Rusia pada 11 Juni 2019. (Foto : Shamil Zhumatov/Reuters/The Epoch Times)

Wartawan Rusia yang berani mengkritik otoritas, seringkali mengalami situasi yang berbahaya sejak 1990-an. Mereka sering diancam, diserang secara fisik, dan bahkan dibunuh akibat pekerjaan (tulisan) mereka.

Akan tetapi, para pendukungnya melawan dengan menggunakan ‘cara kasar dan keras’, mereka mengungkap dan memberitakan bahwa Golunov diperlakukan secara kasar dan disiksa selama ditahan. Mereka bahkan memantik pemberitaan media yang tidak wajar, dan mendapat tanggapan cepat yang tidak biasa dari pihak berwenang. Sebab, otoritas ‘penguasa’ sedang gelisah dengan ancaman kerusuhan sosial, karena Presiden Vladimir Putin menghadapi keresahan warga mengenai standar hidup.

Menteri Dalam Negeri Vladimir Kolokoltsev mengatakan kasus pidana terhadap Golunov dibatalkan karena kurangnya bukti yang dapat menunjukkan kesalahan tersangka di pihak polisi.

Golunov dibebaskan dari tahanan rumah beberapa jam kemudian. Gelang elektronik di pergelangan kakinya dilepas, Dia berjalan keluar dari kantor polisi di pusat kota Moskow untuk bertemu dengan ratusan wartawan yang bertepuk tangan untuknya.

Sementara menyambut rilis Golunov, juru bicara Uni Eropa untuk urusan luar negeri mengatakan tren di Rusia sehubungan dengan kebebasan media masih tetap mengkhawatirkan.

“Suara independen dan kritis adalah bagian penting dari masyarakat yang dinamis,” kata Maja Kocijancic di Twitter.

Rusia berada di peringkat 149 dari 180 negara di dunia berdasarkan indeks kebebasan media yang disusun oleh Reporters Without Borders, sebuah kelompok advokasi.

Investigasi Dilanjutkan
Tampak emosional, Golunov berterima kasih kepada semua orang atas dukungan mereka dan mengatakan dia akan melanjutkan pekerjaannya.

“Saya akan melanjutkan pekerjaan yang saya lakukan dan melakukan penyelidikan karena saya perlu menjawab kepercayaan yang diberikan pada saya, bahwa orang-orang yang telah mendukung saya telah menunjukkan dukungannya,” katanya.

Sambil menahan air mata, dia berkata dia berharap wartawan lain tidak harus menjalani cobaan serupa dan bahwa penyelidikan terhadap petugas polisi dan orang lain yang menjebaknya akan terus berlanjut.

Kolokoltsev, menteri dalam negeri, mengatakan beberapa petugas polisi yang terlibat dalam kasus ini untuk sementara dipindahkan dari tugas. Sambil menunggu penyelidikan, Kolokoltsev berencana meminta Putin untuk memberhentikan personil polisi yang lebih senior.

“Saya yakin bahwa hak setiap warga negara, terlepas dari profesinya, harus dilindungi,” kata Kolokoltsev.

Galina Timchenko, direktur umum portal berita online Meduza tempat Golunov bekerja, dan wartawan senior Rusia lainnya mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama.

“Ini adalah hasil dari kampanye jurnalistik internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya dan solidaritas warga. Kami senang bahwa pihak berwenang mendengarkan masyarakat. Begitulah seharusnya ketika ketidakadilan terjadi.”

Sebuah tim wartawan investigasi akan terus berusaha menentukan siapa yang berada di balik penganiayaannya, tambah mereka.

Sebelum polisi mundur, hampir 25.000 orang telah mendaftar ke halaman Facebook yang menyatakan niat mereka untuk mengambil bagian dalam pawai aksi protes pada hari Rabu dalam solidaritas dengan Golunov.

Pihak berwenang mengatakan para pengunjuk rasa tidak memiliki persetujuan dari otoritas keamanan, dan bahwa protes mereka dapat mengancam keselamatan publik.

Aksi pawai itu menimbulkan kebingungan bagi Kremlin: apakah menggunakan kekuatan untuk membubarkan protes, dan berisiko memicu kemarahan lebih besar, atau berdiri di samping dan membiarkan demonstrasi berlangsung, yang berisiko mengungkapkan kelemahan untuk semakin mudah bagi lawan-lawan politik menyerang Kremlin.

Tuduhan terhadap Golunov memicu opini di kalangan profesional perkotaan, sebuah kelompok yang merupakan minoritas di seluruh negeri, tetapi yang memiliki pengaruh lebih besar di Moskow.

Tiga surat kabar harian terkemuka, Vedomosti, Kommersant, dan RBK, semuanya memuat berita utama yang sama pada hari Senin dalam sebuah pertunjukan solidaritas yang langka dengan tajuk, “Saya/Kami adalah Ivan Golunov.”

Para jurnalis telah memprotes di luar markas besar polisi Moskow setiap hari menuntut kasus itu dibatalkan. Para selebriti dan bahkan beberapa pembawa acara TV terkenal telah menyatakan bahwa mereka mendukung Golunov.

Golunov dan Timchenko menyarankan para pendukung untuk tidak turun ke jalan pada hari Rabu. Mereka mengatakan lebih baik mengadakan acara protes beberapa hari kemudian. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Amerika Resmi Minta Inggris Extradisi Pendiri Wikileaks

0

ETIndonesia — Departemen Kehakiman AS secara resmi mengajukan permintaan agar Inggris mengekstradisi pendiri WikiLeaks, Julian Assange, ke Amerika Serikat. Assange akan menghadapi dakwaan berkonspirasi untuk meretas komputer pemerintah AS dan melanggar undang-undang spionase, yang telah dikonfirmasi oleh UK.

“Assange ditangkap sehubungan dengan permintaan ekstradisi sementara dari Amerika Serikat. Dia dituduh melakukan pelanggaran termasuk penyalahgunaan komputer dan pengungkapan informasi pertahanan nasional yang tidak sah,” juru bicara departemen keamanan dalam negeri Inggris mengatakan.

“Kami sekarang telah menerima permintaan ekstradisi penuh,” kata rilis lembaga itu, seperti dikutip The Epoch Times dari Reuters.

Pengacara Assange tidak mengeluarkan pernyataan atau komentar langsung atas hal ini.

Sumber-sumber keamanan AS dan Inggris mengatakan jaksa AS mengirimkan permintaan ekstradisi resmi kepada pihak berwenang Inggris pekan lalu, tidak lama sebelum berakhirnya tenggat waktu yang ditentukan. Pengajuan resmi permintaan tersebut pertama kali dilaporkan pada hari Selasa (11/6/2019) waktu AS, oleh Washington Post.

Pada 11 April 2019, polisi secara paksa memindahkan pendiri WikiLeaks dari Kedutaan Besar Ekuador di dekat department store Harrods di London pusat. Assange mengungsi di gedung kedutaan itu, sejak tahun 2012 ketika sedang dicari oleh otoritas Swedia untuk diinterogasi dalam penyelidikan kasus kekerasan seksual.

Julian Assange berbicara kepada media dari balkon Kedutaan Besar Ekuador pada 19 Mei 2017 di London, Inggris. (Jack Taylor / Getty Images)

Sumber yang mengetahui permintaan ekstradisi AS itu mengatakan bahwa permintaan didasarkan pada dakwaan jaksa federal di Alexandria, Virginia yang diajukan terhadap Assange pada bulan Mei 2019. Dakwaan itu berisikan 17 tuntutan pidana dari dakwaan sebelumnya, yang sempat diajukan pada Maret 2018.

Tuduhan baru dalam dakwaan termasuk pelanggaran undang-undang spionase AS. Dakwaan sebelumnya menuduh bahwa Assange berkonspirasi dengan mantan tentara AS, Chelsea Manning untuk meretas ke dalam sistem komputer pemerintah AS.

Manning ditangkap dan dihukum oleh pengadilan militer karena membocorkan ratusan ribu laporan pemerintah AS, dan menyerahkannya kepada WikiLeaks.

Setelah kepindahannya dari Kedutaan Besar Ekuador, Assange dipenjara oleh pengadilan Inggris selama 50 minggu karena kasus pelanggaran atas hukum bebas dengan jaminan, ketika sedang dicari oleh otoritas Swedia dalam kasus kekerasan seksual.

Inggris kini sedang mempertimbangkan permintaan ekstradisi AS tersebut, termasuk segala kemungkinan permintaan baru dari Swedia. Sebuah sumber pemerintah Eropa yang akrab dengan prosedur ekstradisi Inggris mengatakan bahwa penyelesaian permintaan AS dapat memakan waktu antara dua hingga lima tahun. (REUTERS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Pawai Akbar Hong Kong Isyaratkan 3 Hal Kepada Komunis Tiongkok dan Dunia

Zhou Xiaohui

Warga Hong Kong telah benar-benar murka. Banyak orang mungkin tidak terpikirkan, demi menentang Dewan Legislatif Hongkong meloloskan RUU “Fugitive Offenders Ordinane” atau disebut juga Undang-Undang Ekstradisi, rakyat  Hong Kong dari berbagai latar belakang berbeda, profesi berbeda, dan usia berbeda berbondong-bondong merespon seruan untuk melakukan pawai akbar dari Front Hak Sipil Hong Kong untuk turun ke jalan pada tanggal 9 Juni.

Video streaming menunjukkan, warga Hong Kong memadati ruas jalan yang dilalui pawai, di sepanjang perjalanan juga banyak warga kota yang kemudian juga ikut bergabung.

Di antara mereka membawa spanduk dan pesan-pesan yang berisikan, seperti ‘anti peraturan jahat’, ‘tidak ada warga yang baik, yang ada hanya napi terselubung’, “Saya  ingin bebas dari rasa takut’, “Jaga keadilan, jaga generasi penerus,” ‘ekstradisi Lin Zheng Yue-e (Kepala eksekutif Hong Kong)’ dan lain sebagainya.

 Hingga pukul 22.00 waktu setempat, panitia Front Hak Sipil Hong Kong mengumumkan jumlah peserta demonstrasi mencapai 1,03 juta orang.  Sementara pihak kepolisian menyebutkan pada masa puncak hanya terdapat 240.000 peserta, juga ada warga kota yang menyebutkan jumlah peserta jauh melampaui aksi unjuk rasa tahun 2003 silam yang menentang undang-undang nomor 23 yang berjumlah sekitar 500.000 orang.

Pawai berskala besar ini sungguh mengejutkan, tidak diragukan menyampaikan isyarat tentang tiga hal bagi Beijing maupun seluruh dunia:

Pertama. Walaupun Hongkong telah terkikis sangat parah oleh infiltrasi Komunis Tiongkok, namun tekad warga Hongkong untuk memperjuangkan kebebasan dan penegakan hukum masih eksis.

Setelah 22 tahun kembalinya Hongkong sejak tahun 1997 silam, wilayah eksekutif ini telah mengalami banyak kemerosotan dalam hal politik, hukum, ekonomi dan banyak aspek lainnya. Kepercayaan warga terhadap pemerintah Hongkong maupun pemerintah pusat terus menurun. Kondisi ini telah membuktikan kebenaran pandangan mantan PM Inggris Margaret Thatcher.

Tahun 1982 setelah berkunjung ke Beijing dalam rangka perundingan, saat Margaret Thatcher terbang ke Hongkong menemui pejabat penting pemerintah Hongkong dan para perwakilan dagang menyatakan, para pemimpin Komunis Tiongkok “mereka semua berbicara konsep hukum. Namun mereka tidak memahami atau menerima akan hak asasi manusia yang bukan berasal dari negara. Mereka beranggapan mereka dapat menjalankan suatu masyarakat kapitalisme, namun mereka tidak tahu apa makna semua itu.”

Thatcher juga meminta raja kapal Hongkong yakni Sir Yue-kong Pao, agar menyampaikan pernyataan kepada pihak Komunis Tiongkok, tanpa ada pengelolan oleh Inggris, Hongkong akan sulit untuk dijalankan, jika pihak Komunis Tiongkok  tidak menghiraukan himbauan ini, maka akan menuai aib di mata internasional.

Nyatanya, setelah dua dekade berlalu, Hongkong di bawah kekuasaan Komunis Tiongkok  telah berubah total, “satu negara dua sistem” hanyalah kulit luarnya saja, kesenjangan kaya miskin semakin melebar, harga properti terus melonjak, satu demi satu kepala eksekutif tidak menghiraukan aspirasi warga Hongkong, hanya memandang pada kepentingan pusat  saja.

Selain itu, pondasi hukum di Hong Kong telah goyah. Independensi hukum dan legislatif di Hongkong adalah batu pondasi dan jaminan dasar keberhasilan Hongkong di masa lalu, namun setelah kembali ke pangkuan Tiongkok telah bergeser dan goyah akibat Komunis Tiongkok.

Selain interpretasi hukum dari pusat dan menolak pemilu langsung, Komunis Tiongkok  juga hendak merombak Pengadilan Tinggi Hongkong. Semua contoh kasus mengabaikan undang-undang dasar Hongkong dan melanggar janji ‘satu negara dua sistem’ ini telah membuat Komunis Tiongkok dirundung aib di mata internasional.

Bisa dikatakan, Hongkong tengah kehilangan daya tariknya sebagai pelabuhan bebas, rasa tidak puas warga telah terakumulasi sejak lama. Hukum ekstradisi” ini telah menyentil urat syaraf setiap warga Hongkong, yaitu begitu hukum jahat ini diloloskan, maka setiap warga Hongkong maupun warga asing, jika mengkritisi atau menyinggung Komunis Tiongkok, akan dapat diekstradisi ke Tiongkok untuk diadili. Ini menandakan kebebasan dan hukum yang sangat dijunjung tinggi oleh warga Hongkong akan digerogoti sampai ke tingkat paling mengerikan.

Demi memperjuangkan kebebasan, memperjuangkan HAM, walaupun tidak tahu apakah Komunis Tiongkok dan pemerintah Hongkong akan memaksakan diloloskannya peraturan sesat ini. Namun warga Hongkong mengerti: jika saat ini tidak maju ke depan, maka di masa mendatang tidak akan ada lagi kesempatan, maka mereka bertekad untuk mengadu nasib untuk terakhir kalinya dengan tindakan nyata.

Jika menang, maka Beijing akan terpukul, dan untuk suatu kurun waktu tertentu Hongkong akan tetap menikmati hukum dan kebebasan yang tidak pernah bisa dinikmati oleh warga Tiongkok lainnya.

Kedua. Warga Hong Kong menyerukan rasa tidak puasnya terhadap rezim Komunis Tiongkok yang terakumulasi selama ini kepada seluruh dunia.

Warga Hongkong turun ke jalanan, tampaknya yang ditentang adalah amandemen ‘hukum ekstradisi’ dan menyampaikan rasa tidak puas terhadap Carrie Lam. Namun sesungguhnya yang disampaikan disini adalah rasa tidak puas terhadap rezim Komunis Tiongkok pusat yang telah mencelakakan Hong Kong selama ini.

Sejak dulu sudah ada warga Hong Kong yang turun berunjuk rasa ke jalan dengan mengibarkan panji Hongkong sebagai kolonial Inggris, dan secara terbuka mengatakan, “Kami merindukan segala sesuatu yang ada sebelum tahun 1997, mengibarkan bendera Hongkong, adalah agar pemerintah tahu, segala sesuatu di masa sebelum 97 jauh lebih baik daripada sekarang!” Kini, begitu banyak warga Hong Kong turun ke jalan menuntut, membuat rezim Komunis Tiongkok malu di mata seluruh dunia. Bagaimana Komunis Tiongkok menanggapinya juga akan menjadi sorotan dunia.

Ketiga. Warga Hong Kong melindungi hukum dan kebebasan Hongkong dengan tindakan nyata, sekaligus juga memberitahu dunia. Saat ini Hongkong tengah dilanda bencana, Hong Kong sangat membutuhkan dunia, khususnya dukungan nyata dan keadilan dari masyarakat bebas.

Yang bisa dipastikan dari pawai akbar di Hongkong kali ini adalah, pasti akan mengguncang masyarakat bebas, Amerika dan Eropa akan mendukung warga Hongkong. Begitu pemerintah Hongkong menerapkan amandemen ‘hukum ekstradisi’ itu, sulit menjamin bahwa AS dan Eropa akan berdiam diri tanpa tindakan, seperti AS mungkin akan meninjau kembali “undang-undang hubungan dengan Hongkong”.

Sementara penguasa Beijing jika mengabaikan aspirasi rakyat Hong Kong, dan terus bertindak sekehendak hati, maka pelabuhan harum makna kata: Hong Kong dalam bahasa mandarin: Xiang Kang itu akan menjadi pelabuhan busuk.

Selanjutnya, banyak dana investasi akan keluar dari Hong Kong, konglomerat dan kalangan menengah akan migrasi keluar negeri, mata uang Hong Kong akan tergerus, ekonomi akan merosot, dan negara Barat akan mengucilkan Hongkong.

Pada saat itu kerugian akan sangat besar. Dan, berubahnya pelabuhan harum menjadi pelabuhan busuk, siapa tahu kalau itu adalah sebuah intro hilangnya kekuasaan rezim Komunis Tiongkok atas negeri Tiongkok?! (SUD/WHS/asr)