EpochTimesId – Beijing memang mengadakan upacara penyambutan ‘sekelas kaisar’ untuk menerima kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini. Namun perlakuan tersebut belum tentu akan mempengaruhi kebijakan perdagangan Trump terhadap Tiongkok.
Lingkaran perdagangan AS memprediksikan bahwa, kecuali pemerintah Tiongkok bersedia mengambil tindakan dramatis terhadap isu Korea Utara, jika tidak, Trump bisa saja melakukan aksi banting setir dalam menangani kebijakan perdagangan dengan Tiongkok.
Xi Jinping dan Donald Trump telah menyaksikan penandatangan perjanjian komersial yang bernilai total $US 250 miliar. Beberapa jam setelah Trump meninggalkan Beijing, pihak berwenang Tiongkok telah mengumumkan sebuah kebijakan baru yang terkait pelonggaran pembatasan kepemilikan saham asing di sektor keuangan Tiongkok.
Langkah ini sudah lama ditunggu perusahaan keuangan asing. Pejabat berwenang Tiongkok mengatakan, Beijing sudah melakukan upaya maksimal untuk memenuhi aspirasi Washington, bahkan mengorbankan hubungan dengan Korea Utara. Namun, mereka berharap mudah-mudahan Trump tidak meminta lebih banyak.
Reuters melaporkan, Beijing secara keliru percaya bahwa mereka sudah melakukan upaya maksimal dalam merespon kekhawatiran pemerintah AS. Namun, para pendukung Trump mungkin tidak akan puas dengan perkembangan dari pembukaan pasar Tiongkok dan tindakkan anti nuklir Korea Utara.
Direktur Kebijakan Global dari Carnegie – Tsinghua, Han Lei (Paul Haenle) mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah AS dapat beralih ke posisi yang jauh lebih ketat, yang akan mengejutkan Tiongkok.
Dalam akun Twiter Trump yang ditulis beberapa saat sebelum meninggalkan Beijing untuk menghadiri KTT APEC, dia kembali menegaskan bahwa ia tidak menyalahkan Tiongkok menyangkut difisit perdagangan AS-Tiongkok yang cukup besar.
“Saya tidak menyalahkan Tiongkok, karena itu terjadi atas ketidakmampuan pemerintah terdahulu yang memungkinkan Tiongkok berada di posisi yang lebih unggul dalam perdagangan dengan AS. Hal ini yang membuat Amerika Serikat kehilangan ratusan miliar dolar AS. Bagaimana Anda menyalahkan pihak Tiongkok yang berhasil mengungguli orang-orang bodoh itu? Dan saya pun demikian!” Tulis Trump.
Seorang sumber industri AS kepada Reuters mengatakan bahwa dari substansi ucapan Trump itu bisa disimpulkan bahwa dirinya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Sekaligus memperingati Tiongkok bahwa dia tidak akan menyerah kalah.
Sumber itu mengatakan, “Kecuali Tiongkok mengambil tindakan dramatis terhadap Korea Utara, jika tidak maka kebijakan perdagangan AS-Tiongkok bisa berbelok tajam, karena Amerika akan membanting setir”.
Selain itu, seorang sumber yang dekat dengan delegasi bisnis yang berkunjung ke Tiongkok mengatakan bahwa dalam beberapa minggu ke depan, Trump mungkin akan mengambil langkah lebih ketat dalam urusan perdagangan dengan Tiongkok.
Kekuatan para hawkish dalam pemerintah Trump menghadapi Tiongkok meningkat. The Washington Post melaporkan bahwa pemerintahan Trump secara perlahan tapi pasti akan membentuk posisi yang lebih militan sejalan dengan tradisi Partai Republik.
Selama kunjungan Trump ke Asia, ia akan melepaskan beberapa tanda perubahan, dan setelah kembali ke Washington nanti, ia akan melakukan tindakan nyata.
Para pejabat mengatakan bahwa melalui pemantauan selama berbulan-bulan, pemerintahan Trump sedang membentuk konsep diplomatik Indo-Pasifik untuk menanggapi ancaman Tiongkok.
Pejabat dan para ahli yang dekat dengan delegasi Trump mengatakan bahwa perubahan tersebut merupakan hasil dari peningkatan pengaruh hawkish dalam pemerintahan Trump untuk menghadapi Tiongkok. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kelompok tradisional dalam Partai Republik terus mengupayakan pengaruh mereka agar kebijakan Trump yang lebih tegas dan keras terhadap Tiongkok, terealisasi.
Beberapa kebijakan baru telah diintegrasikan Trump dalam pidatonya saat berkunjung di Asia. Di KTT APEC Da Nang, Vietnam, dalam menggambarkan visinya untuk mencapai wilayah Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka mengatakan, “Wilayah ini adalah wilayah dari beragam negara berdaulat dan independen dengan beragam budaya dan impian yang diharapkan dapat berkembang dalam situasi yang bebas dan damai”.
Pejabat Gedung Putih kepada Washington Post mengatakan, konsep diplomatik Indo-Pasifik itu menyatakan bahwa, “Kita baik dari Jepang sampai Samudera Hindia semuanya memiliki kepentingan yang sama, dan tidak pernah berubah”.
Tetapi konsep ini juga secara lebih eksplisit menjawab tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh Tiongkok.
AS akan melakukan pertemuan dengan Jepang, India dan Australia. Perdana Menteri Shinzo Abe menyebut aliansi keempat negara ini, adalah ‘Demokratik Berlian’.
Baru-baru ini, Trump banyak menempatkan para figur penyuka perang ke dalam tim kebijakan Asia-nya. Seperti Randall Schiriver, mantan pejabat pemerintahan Bush, kini dinominasikan sebagai pejabat puncak Pentagon untuk urusan Asia. Harry Harris dinobatkan sebagai duta besar untuk Australia.
Kemudian Mantan pejabat Gedung Putih Victor Cha bersiap untuk dinobatkan sebagai duta besar untuk Korea Selatan. Matthew Pottinger, direktur Dewan Keamanan Nasional Asia yang menganjurkan kebijakan yang lebih ketat terhadap Tiongkok, sedang memimpin peninjauan strategi Indo-Pasifik.
Rex Tillerson baru-baru ini juga telah mengambil sikap lebih keras terhadap Tiongkok. Ia dalam pidatonya di Pusat Studi Strategis Internasional bulan lalu mencerminkan pendirian yang lebih tegas daripada saat mengunjungi Beijing tahun ini.
Seorang peneliti dari Komite Hubungan Luar Negeri Urusan Tiongkok bernama Ely Ratner mengatakan, “Jangan tertipu oleh penampilan bahagia yang ditunjukkan Beijing. Administrasi Trump akhirnya berhasil merancang sebuah strategi Asia yang lebih komprehensif. Dan dilihat dari semua aspeknya, strategi ini memiliki sikap yang lebih keras dalam menghadapi Beijing”. (sin/waa)