Morbi libero lectus, laoreet elementum viverra vitae, sodales sit amet nisi. Vivamus dolor ipsum, ultrices in accumsan nec, viverra in nulla.
Donec ligula sem, dignissim quis purus a, ultricies lacinia lectus. Aenean scelerisque, justo ac varius viverra, nisl arcu accumsan elit, quis laoreet metus ipsum vitae sem. Phasellus luctus imperdiet.
Donec tortor ipsum
Pharetra ac malesuada in, sagittis ac nibh. Praesent mattis ullamcorper metus, imperdiet convallis eros bibendum nec. Praesent justo quam, sodales eu dui vel, iaculis feugiat nunc.
Pellentesque faucibus orci at lorem viverra, id venenatis justo pretium. Nullam congue, arcu a molestie bibendum, sem orci lacinia dolor, ut congue dolor justo a odio.
Duis odio neque, congue ut iaculis nec, pretium vitae libero. Cras eros ipsum, eleifend rhoncus quam at, euismod sollicitudin erat.
Fusce imperdiet, neque ut sodales dignissim, nulla dui. Nam vel tortor orci.
Epochtimes.id- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dinobatkan sebagai Menkeu Terbaik di Asia Pasifik Tahun 2018 versi majalah keuangan, FinanceAsia.
Penghargaan yang sama juga telah diterima Menkeu Sri Mulyani tahun lalu. Menurut FinanceAsia, Menkeu Sri Mulyani berhasil membawa perkonomian Indonesia ke arah yang lebih baik.
Menteri Sri Mulyani dianggap berhasil memanfaatkan kesempatan kemajuan ekonomi global untuk mereformasi struktur keuangan pada 2017 sehingga dapat bertahan saat terjadi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.
Mengutip dari Laman Kementerian Keuangan, atas penghargaan tersebut, Menkeu mengungkapkan bahwa apresiasi ini tak lepas dari peran Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla atas kepemimpinan mereka berdua yang selalu mendorong seluruh Menteri untuk senantiasa bekerja keras guna memperbaiki kehidupan rakyat Indonesia.
Hal ini juga merupakan pengakuan dan apresiasi atas kerja keras Pemerintah di bidang ekonomi, yang didukung oleh kerja sama yang baik antara Kementerian Keuangan dan seluruh pemangku kepentingan.
Ia menambahkan, Menkeu adalah jabatan publik dan abdi negara yang bertanggung jawab mengelola keuangan negara bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
“Keuangan negara adalah alat untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil makmur dan negara yang beradab dan bermartabat,” ungkap Sri Mulyani.
Selain menobatkan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menkeu Terbaik di Asia Pasifik Tahun 2018, FinanceAsia juga merilis peringkat untuk para menteri keuangan lain di kawasan ini.
Peringkat dua diberikan kepada Menkeu Singapura, Heng Swee Keat; peringkat tiga Menkeu Filipina, Carlos Dominguez; peringkat empat Menkeu India, Arun Jaitley; peringkat lima Menkeu Tiongkok, Xiao Jie.
Selanjutnya, peringkat enam diberikan kepada Menteri Strategi dan Keuangan Korea Selatan, Kim Dong Yeon; peringkat tujuh Menkeu Australia, Scott Morrison; peringkat delapan Menkeu Thailand, Apisak; peringkat sembilan Menkeu Jepang, Taro Aso; peringkat sepuluh Menkeu Hong Kong, Paul Chan.
Sementara, peringkat sebelas dan dua belas masing-masing diberikan kepada Menkeu Malaysia, Najib Razak dan Menkeu Taiwan, Sheu Yu-jer.
FinanceAsia juga menilai Menkeu Sri Mulyani berhasil menjaga stabilitas belanja negara yang terlihat terlihat dari defisit anggaran yang lebih rendah (2,5%) dibanding proyeksi semula (2,9%).
Selain itu, Pemerintah juga dinilai berhasil menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah. Pada tahun 2017 pula, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai angka US$ 1 triliun untuk pertama kalinya, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5%.
Menkeu Sri Mulyani persembahkan penghargaan ini untuk rakyat Indonesia yang pada bulan April ini akan memperingati Hari Kartini, sosok perempuan inspirasional yang tidak hanya memiliki intelektualitas hebat dan kepedulian tinggi pada masyarakat dan bangsanya, namun tidak segan untuk berjuang mendobrak halangan bagi perempuan untuk mendapat kesempatan menuntut pendidikan dan peranan yang setara di masyarakat. (asr)
Angkatan Laut Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) telah mengatakan dalam sebuah pengumuman yang sangat penting bahwa mereka akan mengadakan latihan perang militer di samping Selat Taiwan pada 18 April.
Sebagai tanggapan, Taiwan memberi tahu warganya bahwa latihan tersebut hanya latihan rutin dan mereka tidak perlu takut.
Latihan tanggal 18 April tersebut pertama kali dilaporkan oleh Global Times, outlet media negara yang dikenal memiliki bakat kebangsaan dan sering bertindak melayani sebagai platform untuk propaganda politik rezim komunis tersebut.
Administrasi Keselamatan Maritim Fujian, provinsi Tiongkok yang menghadap Taiwan di seberang Selat Taiwan tersebut, telah mengumumkan bahwa latihan tersebut akan berlangsung di area kecil perairan di sebelah pantai Fujian.
Latihan ini, meskipun hanya berjarak 12 mil laut dari pantai Tiongkok dan jarak jauh (100 mil laut) dari pulau utama Taiwan, telah secara sensasional dideskripsikan oleh Global Times dan media pemerintah Tiongkok lainnya sebagai yang akan berlangsung di “Selat Taiwan,” memperkuat ancaman yang dipersepsikan terhadap latihan tersebut. Media internasional juga dengan cepat mengambil istilah tersebut dan menggambarkan latihan itu sebagai sebuah unjuk rasa tentang keinginan Beijing untuk memprovokasi.
Pemerintah Taiwan meyakinkan rakyat dari negara kepulauan demokratis tersebut bahwa latihan Tiongkok adalah “latihan rutin”, dan mengatakan bahwa angkatan bersenjatanya mengawasi dengan seksama perkembangannya dan akan menanggapi setiap kemungkinan.
Beberapa pengamat mengatakan penggunaan “Selat Taiwan” oleh Tiongkok tersebut adalah langkah yang disengaja oleh gerai propaganda rezim tersebut untuk membangkitkan ketakutan di kalangan masyarakat Taiwan dan internasional.
“PLA menggunakan media untuk membangkitkan rasa tidak aman di dalam Taiwan. Ini adalah tindakan peperangan politik,” kata Ian Easton, seorang peneliti di Project 2049 Institute. “Pada titik ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan selain kapal-kapal Tiongkok atau pesawat yang menabrak satu sama lain dalam kabut jam 8 pagi di muara Teluk Quanzhou.”
Easton, yang juga menulis sebuah buku baru-baru ini “The Chinese Invasion Threat” (Ancaman Invasi Tiongkok), yang membahas pertahanan Taiwan dalam peristiwa invasi PLA tersebut, mengatakan bahwa area latihan yang direncanakan kecil dan tidak ada pergerakan pasukan besar telah dilaporkan.
“Intelijen militer AS dan Taiwan akan memantau latihan ini dengan seksama, kalau-kalau PLA mengambil kesempatan ini untuk melakukan sesuatu yang provokatif,”katanya.
Pengumuman Tiongkok tersebut juga datang hanya beberapa jam setelah Presiden Xi Jinping menginspeksi pawai angkatan laut besar yang diselenggarakan oleh PLA di sekitar provinsi pulau selatan Hainan, yang secara luas disiarkan ke seluruh dunia sebagai demonstrasi kekuatan laut PLA yang berkembang pesat.
Surat kabar South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong telah mengutip seorang analis yang mengatakan pelatihan Tiongkok itu dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan kepada mitra strategis Tiongkok, Rusia, dalam upaya mengalihkan perhatian dunia dari krisis yang sedang berlangsung di Suriah dimana serangan AS dalam waktu dekat mungkin terjadi.
Laporan tersebut, bagaimanapun, belum didukung oleh sumber lain, dan pengamat lain seperti Easton mengatakan bahwa rencana tentang latihan tersebut “hampir pasti telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya.”
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintahan Trump telah mengambil berbagai langkah untuk menegaskan dukungannya terhadap Taiwan terhadap agresi rezim Tiongkok. Baru minggu lalu, permintaan lama Taiwan untuk meminta bantuan dari perusahaan Amerika dalam membangun kapal selam buatan sendiri telah disetujui oleh pemerintah AS, sebuah langkah yang diprotes keras oleh rezim Tiongkok.
Trump juga telah menandatangani Undang-Undang Perjalanan Taiwan (Taiwan Travel Act), yang disahkan dengan suara bulat oleh Kongres AS, dan berusaha mendorong pertukaran resmi tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan Taiwan.
Tindakan itu juga diprotes keras oleh Beijing, yang bersikeras bahwa pemerintah AS harus menahan diri dari setiap keterlibatan resmi dengan Taiwan karena menganggap negara pulau tersebut adalah wilayah Tiongkok. (ran)
Epochtimes.id- Puluhan anggota Forum Anak Jatinegara, Jakarta Timur, menggelar aksi pengumpulan Kartu Komitmen Jatinegara Layak Anak Tanpa Iklan Rokok, di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (14/4/18).
Dalam acara yang dihadiri langsung Camat Jatinegara, Kepala Puskesmas Jatinegara, dan Ketua RW 012 Cipinang Besar, Forum Anak Jatinegara berkeliling rumah warga untuk mengumpulkan dukungan Jatinegara Layak Anak.
Bentuk dukungan itu adalah memberikan tanda tangan dan bersedia berkomitmen menjalankan 3 hal sebagai berikut.
Pertama, warga berkomitmen untuk tidak merokok di tempat umum dan di dekat anak-anak.
Kedua, warga menegur bila ada anak yang merokok.Dan ketiga, Jika warga tersebut adalah seorang anak berusia kurang dari 18 tahun, dia berkomitmen untuk tidak merokok seumur hidup dan mengajak teman-temannya untuk tidak merokok.
Menurut Fajar Purnama, anggota Forum Anak Jatinegara, kegiatan pengumpulan kartu komitmen ini didasari keprihatinan Forum Anak terhadap dampak rokok, khususnya terhadap anak.
Puluhan anggota Forum Anak Jatinegara, Jakarta Timur, menggelar aksi pengumpulan Kartu Komitmen Jatinegara Layak Anak Tanpa Iklan Rokok, di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (14/4/18).
Tingginya jumlah perokok anak, yang dipicu mudahnya anak membeli rokok dan mendapatkan rokok, mendorong mereka mencari solusi untuk menekan jumlah perokok anak.
Bergulirlah ide untuk merancang aksi Kecamatan Jatinegara Layak Anak dengan menggalang komitmen warga untuk tidak merokok dan menegur anak bila merokok.
“Kami di Forum Anak memiliki fungsi sebagai pelopor dan pelapor (2P).Kami berpikir, seharusnya kami melakukan inisiatif untuk mengurangi jumlah perokok anak di Jakarta. Sehingga, timbul ide menggalang dukungan warga ini,” jelas Fajar.
Menurut pelajar kelas 10 SMA Negeri 53 Jakarta Timur ini, Forum Anak Jatinegara lalu mendiskusikan ide tersebut dengan Ketua RW 012 Cipinang Besar dan mendapat dukungan penuh.
Dari hasil diskusi ini muncullah ide untuk menjadikan Kelurahan Cipinang Besar Utara sebagai pilot project untuk menggalang komitmen warga terkait perlindungan anak dari bahaya rokok.
“Akhirnya, kami dari Forum Anak merumuskan pembuatan kartu komitmen dan merencanakan aksi penggalangan dukungan warga ini,” kata Silviana, siswi SMK Muara Indonesia yang juga pegiat Forum Anak Jatinegara.
Dukungan untuk Jakarta Layak Anak
Setelah merumuskan ide penggalangan dukungan ini, Forum Anak pun beraudiensi dengan Camat Jatinegara.Ternyata Camat sangat mendukung ide kreatif mereka.
“Pak Camat menyatakan sangat mendukung dan bersedia datang ke lokasi pada saat pengumpulan kartu komitmen ini,” kata Fajar yang aktif di Forum Anak sejak kelas 7 SMP ini.
Sehingga, dengan dukungan penuh Camat Jatinegara, dan sosialisasi yang sudah dilakukan RW 012 Kelurahan Cipinang Besar Utara, aksi penggalangan ratusan komitmen untuk kecamatan Jatinegara Layak Anak pun dimulai sejak pagi hari (14/4).
“Di setiap rumah yang kami datangi, Forum Anak terlebih dahulu memberikan sosialisasi tentang bahaya rokok, lalu warga diajak menandatangani kartu komitmen untuk mendukung penurunan prevalensi perokok anak,” jelas Fajar.
Puluhan anggota Forum Anak Jatinegara, Jakarta Timur, menggelar aksi pengumpulan Kartu Komitmen Jatinegara Layak Anak Tanpa Iklan Rokok, di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (14/4/18).
Bila warga menandatangani kartu komitmen, mereka mendapat stiker komitmen untuk ditempel di rumah masing-masing.
“Kami tidak hanya mendatangi rumah warga, tetapi juga berkeliling di jalan di sekitar Kelurahan Cipinang Besar Utara ini,” kata Silviana.
“Dan total hari ini terkumpul 156 warga yang memberikan dukungan,” tambahnya.
Ia menyatakan sangat bersyukur atas dukungan warga dan pemerintah kota seperti Lurah dan Camat Jatinegara yang berkomitmen mengurangi perokok anak.
“Nantinya ke-156 kartu komitmen ini kami serahkan kepada Camat Jatinegara bulan Mei mendatang, sebagai wujud dukungan untuk melindungi anak-anak dari bahaya rokok.Nantinya pak Camat akan meneruskan dukungan warga ini kepada Walikota dan pejabat terkait,” kata Silviana.
Ia menambahkan, perjuangan untuk mengurangi perokok anak di Jakarta sudah dimulai hari ini, dari Kecamatan Jatinegara.
“Dan ini baru merupakan langkah awal dalam mendukung Jakarta Layak Anak,” tegas Silviana.
Ke depan, Forum Anak Jatinegara ingin berkolaborasi dengan Forum Anak lainnya di wilayah DKI Jakarta untuk terus menyuarakan dukungan mewujudkan kota Jakarta Layak Anak. (asr)
Epochtimes.id- Arab Saudi menyatakan dukungan untuk serangan udara yang dipimpin AS dan sekuturnya terhadap fasilitas senjata kimia Suriah.
“Kami sepenuhnya mendukung operasi militer terhadap sasaran militer di Suriah,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan, pada Sabtu (14/04/2018) dilansir dari al-Arabiya.net.
Menurut sebuah sumber di Kementerian, pejabat Saudi mengatakan operasi militer sebagai tanggapan terhadap penggunaan rezim Suriah secara terus-menerus terhadap senjata kimia yang dilarang secara internasional terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Korban yang menjadi sasaran senjata kimia ini termasuk anak-anak dan perempuan.
Senjata Kimia ini disebut untuk melanjutkan kejahatan keji yang dilakukan terhadap rakyat Suriah selama bertahun-tahun.
Sumber tersebut menyebut rezim Suriah bertanggung jawab atas paparan Suriah terhadap operasi militer ini, mengingat kegagalan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan tegas terhadap rezim.
The Syrian raid was so perfectly carried out, with such precision, that the only way the Fake News Media could demean was by my use of the term “Mission Accomplished.” I knew they would seize on this but felt it is such a great Military term, it should be brought back. Use often!
Pernyataan serupa disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Bahrain. Otoritas Bahrain menyatakan dukungan untuk serangan presisi pada target militer milik rezim Suriah.
Sebuah pernyataan kementerian mengatakan: “Operasi militer diperlukan untuk melindungi warga sipil dan menghentikan penggunaan bahan kimia.”
Presiden Donald Trump mengumumkan pada Jumat (13/04/2018) malam bahwa operasi gabungan AS-Inggris-Perancis telah digelar di Suriah, menargetkan rezim “kriminal” Bashar al-Assad. (asr)
Pada musim semi tahun ke-13 periode Tianbao (sekitar tahun 754) dari Dinasti Tang, Cheng Liu dan Hui Li sering membawa muatan ikan dan kepiting dalam jumlah besar untuk dijual antara negara Wu dan Yue. Suatu hari, perahu mereka penuh dengan ikan di Xinan dan sedang dalam perjalanan menuju daerah Danyang.
Hari sudah gelap ketika mereka tiba di Chapu, jadi mereka memutuskan untuk berhenti dan mencari tempat untuk tidur. Hui Li ingin pergi ke desa dan meninggalkan Cheng Liu sendirian di atas kapal.
Awan tebal menutupi langit, dan tenang, tanpa tanda-tanda siapa pun di sekitarnya. Tiba-tiba, Cheng Liu mendengar suara pria memanggil dengan sedih, “Amitabha!” Dia melompat dan memeriksa kabin perahu. Dia melihat seekor ikan besar, dengan janggut berwarna cerah, menggelengkan kepalanya dan memanggil dengan suara manusia, “Amitabha!”
Cheng sangat takut rambutnya hampir tegak lurus. Dia melompat dari perahu dan bersembunyi di alang-alang untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian, ribuan ikan di kabin semuanya melompat-lompat meneriakkan nama Buddha. Suaranya bergetar. Begitu suara riuh mereka selesai, lelaki yang ketakutan tersebut buru-buru melemparkan semua ikan kembali ke sungai.
Tidak lama setelah itu, Hui Li datang kembali, dan Cheng Liu menceritakan semuanya. Hui dengan marah berkata, “Dari mana kamu datang dengan cerita aneh seperti itu? Itu hanya omong kosong!” dan menyumpahinya untuk waktu yang lama. Cheng tidak tahu bagaimana meyakinkan Hui tentang kebenaran tersebut, maka dia menggunakan pakaian dan perak yang dia punya untuk membayar atas ikan-ikan yang telah dia buang ke sungai tadi.
Cheng hanya memiliki satu keping perak tersisa. Dengan itu, ia membeli lebih dari selusin jerami yang bisa ia beli dan jual di tempat lain. Dia menaruhnya di tepi sungai. Keesokan harinya, Cheng mencoba memindahkan jerami ke perahu tetapi merasakan jerami tersebut sangat berat. Jadi dia membuka ikatannya dan menemukan 15 bundel koin, yang merupakan sejumlah besar uang pada masa itu. Ada selembar kertas yang bertuliskan, “Ini adalah uang untuk ikan itu.” Cheng merasa lebih terkejut.
Pada hari yang sama, di Negara Gua, Cheng bertemu sekelompok biksu yang sedang makan dan memberikan uang tersebut kepada mereka. Seorang kepala pensiunan yang bernama Wan Zhuang kebetulan sedang melewati daerah itu pada saat itu. Dia mendengar hal ini secara rinci, mencatatnya, dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. (ran)
EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sangat gemar membaca berita yang disajikan surat kabar Epoch Times edisi bahasa Inggris, The Epoch Times.
Kandidat Partai Republik yang sedang bersaing untuk memperoleh kursi sebagai Senator California, Paul Taylor, mengatakan dia mengetahui bahwa Presiden Trump setiap hari membaca surat kabar Epoch Times berbahasa Inggris. Trump juga memuji media tersebut terpercaya karena menyajikan pelaporan yang otentik.
“Saya diperkenalkan dengan seorang wanita kawan dekat Donald Trump. Ketika saya bersamanya membincangkan berita dalam surat kabar Epoch Times (edisi bahasa Inggris), ia mengatakan bahwa Trump tiap hari membaca surat kabar tersebut. Dibandingkan dengan surat kabar lainnya, Trump lebih percaya dengan Epoch Times karena laporannya yang otentik dan akurat,” tutur Paul Taylor.
Paul Taylor, adalah seorang pengusaha sukses di Bay Area, San Francisco. Dia membangun tiga perusahaan bahan bangunan dan menciptakan lebih dari 1.000 lapangan kerja. Sebagai pendukung Presiden Trump, tahun ini, ia berkampanye sebagai kandidat Partai Republik untuk kursi Senat.
Taylor akan menantang anggota senior Senator Demokrat Dianne Feinstein. Paul juga mengaku bahwa dia adalah pembaca setia surat kabar Epoch Times.
“Saya memiliki latar belakang ilmu pengetahuan dan saya menghargai kenyataan. Tidak ada orang yang bisa mengubah pikiran saya tentang ideologi saya. Yang ingin saya ketahui adalah fakta yang sedang terjadi, dan saya pikir surat kabar Anda yang memiliki konten informasi jenis itu,” sambung Paul Taylor.
Sejak Trump menjabat, Epoch Times menyajikan halaman khusus tentang kegiatan pemerintahan Trump dengan menempatkan reporter berpengalaman di Gedung Putih untuk meliput kegiatan, kebijakan reformasi Trump serta memberitakannya secara komperhensif dan jujur kepada pembaca di seluruh dunia.
Paul mengatakan bahwa baru-baru ini ia memanfaatkan kesempatan hubungan dengan tim dari Presiden Trump untuk merekomendasikan Epoch Times kepada mereka. Tanpa disangka mereka menjelaskan bahwa Presiden Trump membaca laporan-laporan dari sejumlah media setiap hari tetapi memuji The Epoch Times, karena ia sebagai satu-satunya media yang memberikan laporan yang paling benar.
Paul Taylor saat menerima wawancara NTDTV pada 13 April 2018. (foto : Epoch Times)
“Menurut saya hal ini sangat penting, karena Anda memberikan laporan berdasarkan fakta, bukan berita palsu,” kata Paul.
Saat ini, media The Epoch Times didistribusikan di 35 negara di seluruh dunia, yang mencakup 21 bahasa. Surat kabar berbahasa Inggris pertama kali dirilis di Amerika Serikat pada awal tahun 2004.
Pembaca The Epoch Times banyak tersebar di kota-kota besar Amerika Serikat, seperti New York, Washington DC, Los Angeles, San Francisco. Selain itu, jumlah trafik atau lalu lintas online-nya bahkan tidak kalah dengan The Wall Street Journal. (Zhang Dehui dan Yao Yuan/NTDTV/Sinatra/waa)
Pejabat Amerika Serikat dan Korea Utara sedang berkomunikasi secara rahasia untuk mempersiapkan pertemuan puncak yang akan diadakan pada akhir bulan Mei atau awal bulan Juni.
Media Korea mengutip laporan Korea Utara mengungkapkan bahwa Kim Jong-un baru bersedia sepenuhnya meninggalkan senjata nuklirnya jika Amerika Serikat mau menyetujui lima permintaan mereka.
Media Korea Selatan ‘Hankyoreh’ mengutip sejumlah sumber asal Korea Utara yang terlibat persiapan KTT menyebutkan, persyaratan yang diminta Korea Utara adalah :
1, Menarik seluruh fasilitas dan peralatan terkait strategi nuklir dari Korea Selatan.
2, Menghentikan pengiriman senjata strategis ketika latihan militer bersama AS – Korea Selatan berlangsung.
3, Menjamin tidak menggunakan senjata konvensional dan senjata nuklir untuk menyerang Korea Utara.
4, Mengubah perjanjian gencatan senjata Korea Utara – Korea Selatan menjadi perjanjian perdamaian.
5, Menjalin hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Korea Utara.
Sumber mengatakan bahwa Korea Utara tidak meminta AS menarik militernya dari Korea Selatan, dan juga berjanji tidak akan mengusulkan penarikan militer AS dari Korea Selatan sepanjang Korea Utara mendapat jaminan bahwa tidak ada ancaman terhadap pemerintah Korea Utara.
Terhadap syarat yang diajukan Korea Utara, pihak Amerika Serikat mengatakan, jika Korea Utara benar memiliki niat untuk meninggalkan senjata nuklir, AS siap menanggapi secara positif terhadap permintaan mereka untuk menjalin hubungan diplomatik dan perjanjian damai. Tetapi Amerika Serikat pasti akan mendesak Korea Utara untuk segera mewujudkan denuklirisasi, tidak ingin memberikan waktu kepada Korea Utara untuk ‘bernapas’.
Sumber mengatakan, pertemuan puncak Trump – Kim Jong-un hanya akan mencapai kesepakatan kerangka besar, termasuk prinsip kompensasi atas ‘ganti-rugi’ akibat denuklirisasi dan batas waktu untuk itu, tetapi rincian spesifik akan dinegosiasikan pada pembicaraan lanjutan.
Sebelumnya media Korea pernah memberitakan bahwa Korea Utara menghendaki waktu 6 bulan hingan 1 tahun untuk denuklirisasi total. Tetapi itu juga tergantung pada berapa lama Korea Utara dapat menyelesaikan pengembangan rudal antarbenua. Gedung Putih sedang menganalisis informasi yang relevan.
Lima syarat yang diajukan Korea Utara itu tampaknya penuh dengan ketulusan. Namun, media Korea Selatan menyebutkan bahwa Korea Utara tidak mengutarakan soal tahapan pelaksanaan denuklirisasi dan AS pun belum memberikan tanggapannya.
Ketika kunjungan Kim Jong-un ke Beijing pada akhir bulan Maret lalu, Kim Jong-un telah secara tegas meminta AS dan Korea Selatan untuk menyepakati rencana denuklirisasi secara bertahap dengan memberian kompensasi atau jaminan keamanan setiap langkah pencapaian kemajuan. Selanjutnya, diplomat Korea Utara juga secara terbuka menyatakan hal yang sama.
Gagasan seperti ini sudah sering digunakan oleh rezim Korea Utara untuk membohongi masyarakat dunia, sehingga diperkirakan AS tidak akan menerimanya. Pemerintah Trump menegaskan “Apa yang AS inginkan adalah denuklirisasi secara sekaligus dan tidak dapat ditawar-tawar”
Menurut analisis eksternal, jika pembicaraan AS – Korea Utara mengalami kegagalan, kemungkinan terjadi pertempuran di Korea Utara lebih tinggi. Menurut media asing, pihak Tiongkok telah menempatkan sekitar 300.000 orang pasukan di perbatasan dengan Korea Utara.
Usai pulang dari Beijing, Kim Jong-un kembali mengaku hubungan dengan Tiongkok adalah persekutuan darah. Beijing di saat memberikan sanksi tambahan kepada Korea Utara, tetapi diam-diam melanggar resolusi PBB dengan membukakan pintu belakang untuk kembali berhubungan dengan negara itu. Semua ini telah menambah kesulitan internasional dalam menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara.
Trump menunjukkan sikap tegas dalam menyelesaikan isu nuklir Korea Utara. Media Korea Selatan mengutip laporan Washington mengabarkan bahwa Gedung Putih Trump saat ini sedang menyusun sebuah strategi besar yang belum dapat dipahami baik Korea Selatan dan Korea Utara, dengan Kim Jong-un ‘digambarkan berada di atas punggung harimau’. (Sinatra/asr)
Perang perdagangan hanyalah bagian kecil dari perang industri. Secara fisik, itu adalah jeritan sebelum pertarungan. Ada lebih banyak peperangan industri daripada yang terlihat.
Barat perlu memahami bahwa untuk melawan Tiongkok dalam perang industri, Anda sebaiknya tahu apa yang Anda lakukan. Ini adalah lawan yang sama sekali berbeda. Tidak ada aturan Queensberry (tingkah laku sopan, terutama dalam perselisihan) di sini. Itu berarti tidak ada sarung tangan, tidak ada wasit untuk menghentikan pertarungan, tidak menyerah, dan tidak ada staf medis yang merawat luka Anda.
Tujuan perang industri bukanlah untuk menang sesuai dengan seperangkat aturan, atau untuk memenangkan permainan sejenis. Ini dirancang khusus untuk satu hal: untuk menyingkirkan lawan dari bisnis. Dan itu telah bekerja dengan sangat baik selama tiga dekade terakhir bahwa Tiongkok telah menggunakannya, efek yang telah menghabiskan produksi Amerika, melemahkan sumber daya alam dari Australia, dan memungkinkan penjajahan ekonomi rezim Tiongkok di Amerika Latin dan Afrika.
Perang industri adalah perjuangan untuk manufaktur, dan ini meluas untuk memperjuangkan sumber daya alam, saluran pelayaran, kekayaan intelektual, karyawan yang cakap, dan daftar panjang aset lainnya.
Amerika Serikat sekarang memasuki pertarungan ini, setelah mengizinkan Partai Komunis Tiongkok (PKT) memiliki kekuasaan yang relatif bebas selama beberapa dekade. Presiden Donald Trump dapat menetapkan tarif $60 miliar untuk barang-barang Tiongkok, dan ini dapat membantu menetapkan seperangkat aturan yang dapat diberlakukan di wilayah kekuasaan ini. Tetapi PKT tidak mungkin setuju tanpa menguji batas-batas pengaturan tersebut.
Ketika Amerika Serikat memasuki bidang ini, pertama-tama harus dipahami bahwa dalam setiap konflik, kuncinya adalah persiapan. Mereka yang lebih siap, yang telah membuat lebih banyak perhitungan, yang memahami medan dimana mereka terlibat, yang memahami musuh, yang memahami gerakan yang akan dilakukan musuh dan melawannya, yang memahami sifat pertempuran, adalah orang-orang yang memahami memiliki kemungkinan yang lebih baik untuk menjadi pihak yang menang.
Kata kuncinya di sini adalah “probabilitas,” karena hal-hal dapat tidak pasti bahkan ketika pertempuran mungkin terlihat seolah-olah telah dimenangkan. Satu serangan tidak beruntung dapat membuat seluruh usaha Anda tidak berguna.
Dalam perang kinetik, jenis dimana sebagian besar negara sudah terbiasa bertempur, senjata utama terlihat seperti proyektil: peluru, rudal, bom, atau panah. Selama perang, Anda menembak sebanyak yang Anda bisa melawan musuh sampai Anda mengalahkan pasukan mereka, memaksa mereka menyerah pada syarat menyerah yang Anda buat.
Dalam peperangan industri, proyektil itu tampak seperti sebuah transaksi. Semakin banyak transaksi yang Anda lakukan, semakin baik peluang Anda memenangkan konflik tersebut.
Transaksi Adalah Kunci
Ada ratusan teknik penyerangan dan pertahanan dalam peperangan industri, dengan kombinasi yang tak terhitung banyaknya untuk membentuk aksi dan respons. Ini menciptakan potensi besar untuk membangun strategi-strategi yang kompleks.
Namun, dalam semua teknik-teknik ini, tujuan paling penting dalam peperangan industri adalah didasarkan pada satu hal: transaksi. Dan ini adalah tujuan yang diambil oleh pemerintahan Trump. Semakin banyak transaksi yang Anda miliki, semakin besar bisnis Anda. Semakin sedikit transaksi yang Anda miliki, semakin kecil bisnis Anda. Aturan ini berlaku untuk siapa saja dalam bisnis karena kebanyakan orang berada di dalam bisnis untuk menghasilkan uang. Tidak ada yang lain.
Sebuah transaksi lebih kompleks daripada ia muncul dengan segera, bagaimanapun, dan ini berlaku pada tujuh metode untuk mengamankan sebuah transaksi. Yaitu harga, pengiriman, kualitas, aftermarket (pasar sekunder), pelanggan, pemegang saham, dan karyawan.
Ketika semua dari tujuh elemen transaksi ini menembaki semua bidang, indra bisnisnya tajam, dan mesin-mesin yang menggerakkan diminyaki dengan baik, selaras, dan siap untuk pertumbuhan. Setelah pertumbuhan transaksional tercapai di rumah sendiri, pejuang perang industri tersebut akan mencari pertumbuhan di luar negeri, di negara lain dan di antara ekonomi negara lain. Saat itulah menjadi sangat serius.
Resolusi penuh klik di sini. Sistem 7Tao untuk peperangan industri. (Amar Manzoor)
Menyerang dan Mempertahankan Transaksi
Untuk mengamankan transaksi-transaksi, kita memerlukan dua arah sederhana: yang bergerak ke dalam wilayah pesaing, dan yang lain yang mempertahankan wilayah kita.
Sistem pertahanan dalam peperangan industri dirancang untuk menghemat uang dan menyimpannya di dalam garis pertempuran demarkasi, yang berarti di negara Anda sendiri, atau, dalam kasus Tiongkok, di Tiongkok.
Sistem penyerangan dirancang khusus untuk menyerang wilayah pesaing dan mengambil transaksi-transaksi mereka. Jika ini diambil secara ekstrem, seperti yang telah dilakukan rezim Tiongkok, seluruh geografi dapat terkuras untuk industri mereka, ekosistem-ekosistem menderita kelaparan untuk transaksi-transaksi, dan populasi lokal menderita kelaparan dari mata pencaharian mereka, meninggalkan kehancuran di belakangnya.
Keadaan medan perang saat ini adalah bagian besar dari mengapa Trump terpilih. Amerika Serikat telah menerima ujung peperangan industri Tiongkok selama lebih dari tiga dekade, dan hasilnya terlihat di kota-kota seperti Detroit di mana penipisan industri telah membuat populasi pekerja menjadi mubazir. Efek Detroit ini segera menyebar di seluruh bangsa tersebut saat persediaan modal menjadi lebih dangkal dan persaingan dalam segala hal menjadi begitu mewabah sehingga orang tidak bisa lagi mencari nafkah.
Di bawah pengaruh dari penipisan ekonomi yang dihabiskan oleh perang industri asing tersebut, seperti tubuh yang kelaparan, ekonomi lokal mulai mengkanibal sendiri, dan negara yang ditargetkan akan dipaksa untuk menjual sumber daya dan asetnya untuk bertahan hidup.
Tidak memahami bahwa peperangan industri memiliki dampak besar pada suatu populasi, akan membuat basis pemilih mengubah pendekatan mereka pada politik-politik, dan akan mencekik layanan sipil, yang dijalankan oleh para pembayar pajak. Jika efeknya tidak diatasi, ketidakstabilan yang dihasilkan dari penipisan ekonomi melalui peperangan industri tersebut bahkan dapat menyebabkan perang sipil.
Meskipun secara teknis tidak ada kekerasan, efek peperangan industri bisa sama menghancurkannya seperti pertempuran konvensional. Dengan demikian, sangat penting bahwa Amerika Serikat memahami sifat perang di mana ia telah terlibat, dan yang pemerintahan Trump telah mulai melawan. (ran)
Amar Manzoor adalah penulis buku “The Art of Industrial Warfare,” dan pendiri sistem peperangan industri 7Tao.
Epochtimes.id- Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Trump pada hari Kamis (12 April) memanggil tim keamanan nasional untuk membahas situasi di Suriah, tetapi belum mengeluarkan tanggapan apakah akan menggunakan serangan militer kepada negara itu.
Namun, media AS mengutip ucapan sumber memberitakan bahwa Amerika Serikat sedang mengevaluasi situasi untuk melakukan serangan udara terhadap delapan target potensial di Suriah.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan : “Kami masih terus memantau berita intelijen dan melakukan komunikasi dengan para mitra dan sekutu”.
Sarah mengatakan bahwa Presiden Trump pada kamis malam akan melakukan percakapan telepon dengan Presiden Prancis Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor PM. Theresa May menyebutkan bahwa, selama pembicaraan lewat telepon May dan Trump sepakat dengan suara bulat untuk terus bekerja sama secara erat dalam menangani masalah senjata kimia Suriah.
Seorang sumber yang tak bersedia disebutkan namanya memberitakan kepada CNBC News, AS sedang mengkaji untuk melakukan serangan udara terhadap 8 target potensial di Suriah, termasuk 2 buah bandar udara, sebuah pusat penelitian dan sebuah fasilitas senjata kimia.
Sumber juga mengatakan bahwa militer Suriah juga telah memindahkan sejumlah besar aset Angkatan Udara ke bandara yang dikuasai Rusia, berharap bahwa Washington tidak melakukan serangan ke sana.
Hari Kamis, kepada para wartawan yang meliput, Trump mengatakan : “Kita sedang mempelajari dengan sangat serius keseluruhan situasi di Suriah, lihat saja apa yang akan terjadi.”
Dalam lima hari terakhir, sebagai tanggapan terhadap serangan kimia mematikan yang dilakukan Suriah pada hari Sabtu lalu, Trump dengan keras menuduh rezim Assad dan pendukungnya Rusia dan Iran.
Pada bulan April tahun lalu, Suriah melakukan serangan dengan menggunakan senjata kimia, pemerintah Trump ketika itu meluncurkan 59 rudal Tomahawk untuk menghancurkan pangkalan angkatan udara Suriah.
Setelah serangan itu, Menteri Pertahanan AS Mattis mengatakan bahwa serangan berskala yang dilakukan Amerika Serikat sebagai tanggapan kepada rezim Assad Suriah telah berhasil menghancurkan tempat penyimpanan bahan bakar dan amunisi, melumpuhkan kemampuan pertahanan udara Suriah dan 20% kerusakan pesawat tempur negara itu.
Pentagon pada saat itu juga mengatakan bahwa, sebelum serangan udara dilakukan AS telah menginformasikan kepada pihak militer Rusia yang berada di Suriah.
Bukti adanya serangan senjata kimia
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 500 orang pasien korban serangan senjata kimia yang berada di Douma diketahui memiliki gejala yang konsisten dengan serangan senjata kimia.
Dua orang pejabat AS yang akrab dengan laporan intelijen mengatakan kepada NBC News bahwa AS sudah memiliki sampel darah dan urin dari korban serangan senjata kimia pada hari Sabtu lalu dan hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa mereka positif menjadi korban senjata kimia.
Sampel menunjukkan bahwa korban diserang oleh gas klorin dan agen saraf yang tidak disebutkan namanya. Biasanya, sampel ini diperoleh dari rumah sakit atau sumber intelijen Amerika Serikat atau intelijen negara asing.
Pejabat AS mengatakan bahwa meskipun mereka tidak dapat mengandalkan 100% kebenaran dari informasi yang mereka peroleh, tetapi mereka yakin telah terjadi serangan dengan senjata kimia.
Gedung Putih pada Jumat (13 April) menyebutkan bahwa pemerintah Suriah berada di belakang serangan senjata kimia 7 April dan mengutuk Rusia karena tidak mencegah sekutunya Assad melakukan serangan terhadap warga sipil mereka.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Kamis mengatakan bahwa pihaknya telah memiliki bukti serangan senjata kimia pada 7 April yang dilakukan oleh pemerintah Suriah.
Theresa May pada hari Kamis menyelenggarakan pertemuan kabinet untuk membahas operasi militer ke Suriah.
Reuters melaporkan, May telah memperoleh dukungan dari anggota kabinetnya untuk mengirim militer Inggris ke Suriah dalam rangka menghentikan rezim Assad lebih lanjut menggunakan senjata kimia menyerang warga sipil. (Sinatra/asr)
Epochtimes.id- Infiltrasi PKT (Partai Komunis Tiongkok) terhadap negara-negara Barat baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.
Pada Rabu (11/04/2018), komite ilmu pengetahuan dan teknologi dari DPR AS mengadakan sidang dengar pendapat tentang penetrasi lembaga-lembaga akademik Amerika oleh badan-badan intelijen asing.
Para anggota DPR khawatir terhadap Tiongkok komunis yang telah menempatkan mata-mata ilmiah di berbagai perguruan tinggi dan universitas di Amerika Serikat untuk mencuri sains dan teknologi yang dapat mengancam keamanan nasional dan keamanan ekonomi Amerika Serikat.
Voice of America melaporkan bahwa tim peneliti sains, ruang angkasa dan teknologi yang berada di bawah Dewan Perwakilan Rakyat AS pada hari Rabu mengadakan dengar pendapat bersama dengan tema “Belajar atau Kegiatan Mata-mata : Teknologi dan Pengembangan AS yang Menjadi Target Sasaran Program Asing”.
Lamar Smith, Ketua Komite Sains, Ruang Angkasa dan Teknologi, anggota Kongres dari Partai Republik di Texas menyebutkan bahwa, pihak asing mencoba untuk menontak dan mencuri hasil penelitian dan pengembangan yang dibuat Amerika Serikat.
Hal ini dapat menimbulkan ancaman keamanan nasional dan keamanan ekonomi Amerika Serikat. Ia secara khusus menunjukkan bahwa selama sekian tahun departemen penelitian dan pengembangan dari lembaga akademis yang berada di seluruh Amerika Serikat terus menjadi incaran Tiongkok komunis.
Ia menambahkan, Tiongkok untuk mewujudkan keinginan menjadi pemimpin dunia dalam bidang teknologi utama, selain melakukan pencurian informasi rahasia milik perusahaan AS, rahasia teknologi dan melancarkan serangan cyber, tetapi juga menyusupkan mata-mata ke dalam lembaga-lembaga riset AS untuk mencuri hasil penelitian ilmiah yang memiliki sifat terobosan.
Lamar Smith mengatakan, kegiatan spionase Tiongkok umumnya berfokus pada kecerdasan buatan, ilmu kedokteran, dan keamanan nasional.
Tetapi banyak orang di lembaga akademik Amerika enggan menerima kenyataan seperti itu dan tidak mau mengambil tindakan defensif untuk melindungi pekerjaan penelitian mereka, aset ilmiah universitas, dan investasi para pembayar pajak di Amerika.
Daniel Golden, penulis buku ‘Spy Schools: How the CIA, FBI, and Foreign Intelligence Secretly Exploit America’s Universities’ saat didengar pendapatnya mengatakan, globalisasi universitas Amerika membuat perguruan tinggi menjadi garis depan perang spionase internasional.
Ia mengatakan, Tiongkok sangat aktif dalam mencari rahasia penelitian dan pengembangan di universitas-universitas Amerika.
Sejak tahun 1978 pemerintah Tiongkok membuka diri bagi bangsa Barat. mereka mulai mengirim siswa ke Amerika Serikat, dan spionase akademik sejak saat itu mulai meningkat. Tujuannya adalah untuk mengejar ketinggalan mereka dari dunia Barat dalam bidang sains dan teknologi.
Mahasiswa asal Tiongkok yang studi di Amerika kini sudah mencapai sepertiga bagian dari total siswa internasional.
Daniel Golden mengatakan bahwa meskipun sebagian besar mahasiswa asal Tiongkok itu tidak menimbulkan ancamana bagi keamanan nasional, tetapi mereka malahan membawa vitalitas baru dan perspektif baru untuk kehidupan universitas Amerika, tetapi ada beberapa siswa dicurigai telah melakukan kegiatan spionase dan dituntut oleh pengadilan AS.
Ia menambahkan, sejak tahun 2000, sedikitnya 30 orang mahasiswa asal Tiongkok telah ditangkap dan dituntut oleh pengadilan AS karena melakukan spionase ekonomi, pencurian rahasia dagang atau kasus serupa, lembaga pascasarjana mereka termasuk Harvard, Stanford, Columbia, Cornell dan lainnya.
Ia mengatakan, pemerintah Tiongkok berusaha menarik ribuan talenta Tionghoa di luar negeri untuk kembali ke Tiongkok dengan program-program rangsangan seperti ‘Program untuk Ribuan Orang’ , ‘Program 111’ dan sebagainya. Ini menjadi motivator potensial untuk mencuri teknologi dari Amerika Serikat.
Michael Wessel, seorang anggota Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan AS – Tiongkok saat didengar pendapatnya, ia mengutip laporan tim FBI mitra strategis kontraintelijen mengatakan bahwa melalui kegiatan spionase ekonomi dan pencurian kekayaan intelektual, perekrutan SDM berbakat dari AS yang dilakukan pemerintah Tiongkok telah menimbulkan ancaman serius bagi bisnis dan universitas AS.
Dia percaya bahwa ancaman terbesar dari perekrutan para ahli berbakat ini adalah mereka dapat mentransfer atau mengirimkan informasi kepemilikan, rahasia atau informasi yang dibatasi untuk keluar dari AS kepada pemerintah Tiongkok, atau mungkin mencuri kekayaan intelektual yang dapat dituntut secara pidana.
Michael Wessel mengatakan, selain melalui program perekrutan, pemerintah Tiongkok juga melalui berbagai acara untuk memperoleh informasi penting dan hasil yang mereka inginkan, seperti kontak temu dengan lembaga akademik atau siswa Amerika, profesor, peneliti, seminar dan seterusnya.
Dia mengatakan bahwa yang paling menyolok dari ini semua adalah dibentuknya Institut Konfusius di AS oleh pemerintah Tiongkok komunis.
Tiongkok berharap melalui Institut Konfusius untuk memperluas kekuatan lunak dan memberikan pengaruh jangka panjangnya. Bahkan ingin mencoba untuk mempengaruhi pemimpin generasi berikutnya di Amerika Serikat.
Selain itu, institut juga menyediakan dana kebutuhan perguruan tinggi dan universitas AS dalam menciptakan platform untuk pengumpulan intelijen dan untuk mempengaruhi proses politik.
Sebelumnya, Direktur FBI Christopher Wray dalam sidang dengar pendapat Kongres pada bulan Februari telah mengungkapkan bahwa mata-mata akademis dari Tiongkok sudah menyusup ke dalam lembaga untuk mencuri teknologi milik AS, dan hal ini jelas menjadi ancam bagi seluruh masyarakat Amerika. (Sinatra/asr)
Rezim Tiongkok telah mengobarkan retorika agresifnya terhadap Taiwan dalam beberapa pekan terakhir, memuncak dalam sebuah pengumuman pada 12 April bahwa militer Tiongkok akan mengadakan latihan militer langsung di Selat Taiwan pada 18 April.
Taiwan memiliki sistem politik dan ekonomi yang terpisah dari daratan Tiongkok dan, untuk sebagian besar, merupakan sebuah negara yang terpisah, namun Beijing memandang Taiwan sebagai wilayah yang suatu hari akan bersatu kembali dengan daratan tersebut.
Rejim Tiongkok tidak melepaskan penggunaan kekuatan militer untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Bahkan, para pejabat Beijing semakin asertif.
Dalam artikel 9 April yang diterbitkan di situs web Global Times yang dikelola negara, purnawirawan Letnan Tentara Pembebasan Rakyat, Wang Hongguang, mengatakan rezim Tiongkok memiliki semua kemampuan militer untuk menyerang Taiwan, dan itu dapat dicapai dalam 100 jam, “tanpa memberi peluang pasukan Amerika atau Jepang untuk memerintahkan pasukan militer besar-besaran untuk membantu [Taiwan],” tulisnya.
Tank M60 A3 buatan AS ditembakkanselama latihan oleh pasukan Taiwan, empat mil dari kota Magong di pulau Penghu yang terpencil pada 25 Mei 2017. (Sam Yeh / AFP / Getty Images)
Pada tanggal 10 April, pada sebuah panel yang diadakan di forum ekonomi Bo’ao di pulau Hainan, Tiongkok, pemimpin Tiongkok Xi Jinping mendesak para pebisnis Taiwan untuk menentang kemerdekaan Taiwan.
Taiwan adalah sekutu strategis AS di kawasan Asia-Pasifik. Sementara Amerika Serikat hanya mempertahankan hubungan diplomatik resmi dengan Tiongkok, negara tersebut terus menjual senjata ke Taiwan untuk mempertahankan sendiri pulau tersebut. Baru-baru ini, Presiden Donald Trump menandatangani RUU yang disahkan dengan suara bulat yang akan memungkinkan lebih banyak pertukaran diplomatik di antara para pejabat AS dan Taiwan.
Sementara itu, militer Tiongkok terus mengembangkan kemampuan militer untuk mempersiapkan invasi Taiwan. Dalam laporan tahunan tentang kekuatan militer Tiongkok yang dirilis pada tahun 2017, Departemen Pertahanan AS mencatat bahwa militer Tiongkok menganggap Taiwan “salah satu wilayah geografis dimana kepemimpinan tersebut mengenalinya sebagai kepentingan strategis yang telah dianugerahi.”
Kapal perusak Tipe 052D Hefei (kanan) dan kapal pengawal Tipe 054A Yuncheng milik Tiongkok, berlabuh di Saint Petersburg, Rusia, pada 27 Juli 2017. (Olga Maltseva / AFP / Getty Images)
Laporan tersebut menguraikan berbagai sistem artileri Tiongkok yang memiliki jangkauan untuk menyerang di dalam atau di seberang Selat Taiwan. Tiongkok memiliki sekitar 1.200 rudal balistik jarak pendek yang mampu menyerang Taiwan dalam inventarisnya dan baru-baru ini menambahkan rudal jelajah darat pada susunan rudal yang disebar di hadapan Taiwan, menurut laporan tersebut.
Namun, Ian Easton, seorang peneliti di Project 2049 Institute yang baru-baru ini menulis buku, “The Chinese Invasion Threat: Taiwan’s Defense and American Strategy in Asia,”mengatakan kepada The Epoch Times bahwa invasi militer oleh rezim Tiongkok akan sulit untuk dilakukan.
Rezim Tiongkok memiliki beberapa kelemahan: fitur geografis Taiwan berfungsi sebagai pertahanan alami, sementara militer Tiongkok tidak memiliki cukup kendaraan amfibi, kapal, atau pesawat terbang yang dapat dengan cepat mengangkut pasukan melintasi selat tersebut, kata Easton.
Penilaian Departemen Pertahanan tersebut juga mencatat bahwa pasukan bersenjata Taiwan memiliki keunggulan teknologi, namun investasi militer Tiongkok baru-baru ini sekarang menjadi “tantangan utama bagi keamanan Taiwan.”
Menanggapi komentar Wang di artikel Global Times tersebut, wakil kepala staf Departemen Pertahanan Taiwan, Jenderal Chen Baoyu, mengatakan pada 12 April bahwa pernyataan Wang “benar-benar mustahil,” menambahkan bahwa reaksi pertamanya terhadap berita tersebut adalah tertawa.
Dia mengatakan bahwa angkatan udara Taiwan adalah salah satu yang paling terorganisir di dunia, dan akan siap untuk bereaksi terhadap kekuatan militer Tiongkok dengan cepat.
Dalam Rencana Lima Tahunan rezim Tiongkok yang ke-13 (2016 hingga 2020) yang diresmikan pada tahun 2016, negara tersebut juga mengusulkan pembangunan terowongan rel berkecepatan tinggi yang menghubungkan Beijing ke Taipei, ibu kota Taiwan. Namun, belum ada jadwal yang diusulkan dan para pejabat Taiwan sangat menentang gagasan tersebut pada saat itu. Banyak orang di Taiwan khawatir terowongan seperti itu dapat digunakan untuk mengangkut pasukan Tiongkok jika terjadi invasi. (ran)
EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump membuat sejarah dengan mencalonkan wanita kulit hitam pertama untuk menyandang pangkat brigadir jenderal marinir. Calon jenderal bintang satu itu bertugas di Korps Marinir, seperti dikutip dari siaran pers Departemen Pertahanan.
Jika dikonfirmasi, Kolonel (Marinir) Lorna M. Mahlock akan menjadi wanita kulit hitam pertama yang menjabat sebagai brigadir jenderal di Korps Marinir, korps terkecil dari empat cabang militer Amerika.
Saat ini, Mahlock menjabat sebagai wakil direktur Operasi, Rencana, Kebijakan, pada Direktorat Operasi, Kantor Pusat Korps Marinir AS, di Washington DC.
“Jumlah prajurit Wanita mencapai 8 persen dari anggota Korps Marinir. Persentase itu kemungkinan akan meningkat,” ujar Jenderal Glenn Walters, asisten komandan Korps Marinir, kepada ABC News.
Korps Marinir menerima prajurit infanteri perempuan pertama tahun lalu. Wanita itu memilih untuk tetap tidak disebutkan namanya.
Pentagon membuka semua posisi militer untuk wanita di angkatan bersenjata sejak tiga tahun lalu.
Brigadir jenderal adalah pangkat senior di Korps Marinir. Namun, ada tiga pangkat lebih tinggi di atas brigadir jenderal (marinir); yaitu mayor jenderal, letnan jenderal, dan jenderal (marinir). (Ivan Pentchoukov/The Epoch Times/waa)
Epochtimes.id- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 49/KEPMEN-KP/2018 telah menetapkan ikan capungan Banggai (Banggai cardinalfish) sebagai jenis dilindungi secara terbatas.
Perlindungan Banggai Cardinalfish (BCF) sebagaimana termuat dalam Kepmen KP tersebut adalah perlindungan terbatas berdasarkan tempat dan waktu tertentu, yakni hanya di wilayah Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah, dan hanya pada bulan Februari-Maret dan Oktober-November.
“Hal ini sesuai dengan hasil rekomendasi LIPI dan Badan Riset Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) yang menyebutkan bahwa pada bulan tersebut BCF mengalami puncak musim pemijahan,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi di Jakarta, Senin (9/04/2018) dalam siaran pers KKP.
BCF merupakan jenis ikan hias air laut endemik Indonesia. Ikan tersebut pertama kali ditemukan di perairan laut Pulau Banggai pada tahun 1920.
Selanjutnya, diketahui bahwa penyebaran endemik sangat terbatas dan sebagian besar berada di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah.
Meskipun endemik, akibat pelepasan pada jalur pedagangan sebagai ikan hias, populasi introduksi BCF telah dapat ditemukan di lokasi lainnya, antara lain di perairan Luwuk, Bitung, Ambon, Kendari, Teluk Palu, dan Gilimanuk. Namun, berdasarkan hasil penelitian, BCF di kepulauan Banggai memiliki struktur genetika tertinggi dan memiliki corak warna yang khas, dibanding jenis di luar kepulauan Banggai.
Perdagangan BCF sebagai ikan hias dan kerusakan mikrohabitat telah mengakibatkan penurunan kepadatan populasi BCF di habitat alaminya. Lembaga konservasi dunia (IUCN) telah memasukan BCF ke dalam daftar merah dengan kategori spesies yang terancam punah (EN).
Selanjutnya hasil COP CITES ke-17 telah membuat sebuah keputusan yang pada intinya mewajibkan Indonesia untuk mengimplementasikan upaya konservasi dan pengelolaan untuk memastikan perdagangan internasional dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip yang berkelanjutan serta melaporkan kemajuan dari upaya yang telah dilakukan pada pertemuan ke-30 Animal Committee CITES, pada tahun 2018.
Brahmantya menegaskan, keluarnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 49/KEPMEN-KP/2018, sebagai bentuk komitmen KKP untuk mengelola ikan endemik Indonesia melalui kaidah-kaidah pengelolaan secara berkelanjutan.
“Selain untuk menjaga kepentingan keberlanjutan kegiatan perikanan nasional, juga sebagai bukti bahwa Indonesia berkomitmen dalam menjaga sumberdaya hayati dan lingkungannya agar BCF ini dapat dimanfaatkan secara lestari sampai ke generasi berikutnya”, tegasnya.
Melanjutkan pernyataan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Andi Rusandi menambahkan bahwa BCF hidup berasosiasi dengan bulu babi dan anemon, sehingga upaya pengelolaannya perlu dilakukan secara terintegrasi. (asr)
Epochtimes.id- Media Australia, 9news melaporkan seorang wanita yang jatuh dari kapal pesiar Pasifik Dawn telah terungkap. Wanita ini disebut berusia 47 tahun dari Brisbane, Australia.
Polisi Australia mengeluarkan notifikasi seperti dilaporkan 9news, Jumat (14/04/2018).
Laporan tersebut menyebutkan pihak kepolisian menegaskan akan menyelidiki insiden itu.
Wanita yang belum disebutkan namanya, jatuh sekitar 40 meter ke perairan dari dek atas kapal seperti dipahami media Australia ini.
Laporan operator P&O menyebutkan masih belum mengkonfirmasi secara mendetail insiden ini.
Wanita tersebut jatuh di tengah ombak yang ganas. Sebelumnya, dia mengalami mabuk laut.
Pejabat pemerintah mengkonfirmasi bahwa pencarian wanita yang hilang itu dibatalkan pada pukul 05.00 pagi waktu Australia – 13 jam setelah dia terlihat oleh ABK jatuh di sisi kapal 150 mil laut di sebelah barat Kaledonia Baru.
“Kondisi bertambah buruk dengan suhu air dingin berarti “tidak ada peluang untuk bertahan hidup,” kata para pejabat.
Kapten kapal pesiar Pacific Dawn membuat pengumuman dengan mengatakan “berat hati” mereka akan kembali ke Brisbane setelah gagal menemukan wanita yang hilang.
“Dengan hati yang berat saya harus memberi tahu Anda bahwa kami tidak dapat menemukan tamu kami,” kata kapten kepada penumpang.
“Kami masih berada di area insiden, dan kondisi cuaca dengan gelombang setinggi tiga hingga empat meter, seperti yang Anda lihat di luar.. angin yang kuat membuat pencarian kami sangat menantang.”
“Sebagai hasilnya, kami sekarang membuat keputusan yang sangat sulit untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Brisbane.”
Kapal pesiar ini melakukan perjalanan selama seminggu di pulau-pulau Pasifik – menuju Brisbane.
Polisi Queensland, Australia akan tiba ke kapal dan memulai penyelidikan ketika kapal tersebut mulai bersandar.
Otoritas Keselamatan Maritim Australia dan otoritas Kaledonia Baru mengeluarkan panggilan untuk kapal terdekat untuk membantu pencarian.
Seorang penumpang, Jonathan Trevithick, memasang gambar di Twitter dengan pelampung yang mengambang di laut dan mengatakan situasinya “menghebohkan”.
Seorang pria Brisbane yang berlibur di kapal bersama keluarganya, meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kondisi di daerah pencarian sangat ganas dengan ketinggian gelombang hingga empat meter.
Dia mengatakan sedikit informasi yang diberikan kepada penumpang tentang situasi selain mencari wanita yang hilang. (asr)
Konflik perdagangan AS – Tiongkok yang sedang terjadi ini menjadi fokus sorotan perhatian dunia.
Pemerintah AS menaikkan tarif komoditas impor dari Tiongkok sebagai hukuman atas pencurian hak kekayaan intelektual langsung dibalas dengan tindakan serupa oleh pemerintah Tiongkok.
Otoritas Beijing bahkan mengklaim akan memberikan perlawanan sampai titik darah penghabisan.
Para ahli mengatakan bahwa konflik tersebut mencerminkan ketidakpedulian pemerintah Tiongkok komunis terhadap WTO dan menguak sendiri borok dalam dunia perdagangannya.
Data perdagangan menunjukkan Tiongkok tak akan bertahan sampai titik darah penghabisan
Setelah Robert Lighthizer pada 3 April 2018 mengumumkan kenaikan tarif 25 % terhadap 1.300 jenis komoditas impor dari Tiongkok yang jumlahnya mencapai 50 miliar Dolar AS. Beijing langsung membalas pada esok harinya dengan menaikkan tarif 106 jenis komoditas impor dari AS, termasuk kedelai, pesawat Boeing, mobil, daging sapi, sorgum dan lainnya.
Kenaikan tarif pada komoditas tersebut bakal berdampak buruk langsung pada negara-negara bagian AS yang selama ini mendukung Donald Trump. Jumlah total ekspor AS ke Tiongkok untuk jenis komoditas tersebut pada tahun lalu mencapai 23 miliar Dolar AS.
Presiden Trump pada 5 April mengatakan bahwa dia telah memerintahkan perwakilan perdagangan (Robert Lighthizer) untuk mempertimbangkan kelayakan penambahan tarif atas komoditas impor dari Tiongkok sebesar 100 miliar dolar AS.
Jika kajian nantinya dapat disetujui oleh pemerintahan Trump, maka Amerika Serikat akan memberlakukan tarif minimal 25% untuk barang-barang impor dari Tiongkok yang mempunyai nilai total sebesar 150 miliar Dolar AS.
Keesokan harinya (06/04/2018), Kementerian Perdagangan Tiongkok langsung mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa untuk tindakan sepihak AS, pihak Tiongkok tidak akan ragu untuk melakukan serang balik dengan segala cara.
Kedelai dan Uang Kertas Dolar AS VS RMB, diatur untuk fotografi. (Zhang Peng / LightRocket via Getty Images)
Menurut statistik pemerintah federal AS, jumlah total ekspor AS ke Tiongkok pada tahun 2017 adalah 130.4 miliar dolar AS sedangkan jumlah impor barang dari Tiongkok mencapai 505.6 miliar sehingga mengalami defisit sebesar 375.2 miliar dolar AS.
Jumlah impor Tiongkok dari Amerika Serikat adalah 130 miliar dolar AS. Jika Amerika Serikat meningkatkan pajak atas 150 miliar Dolar AS komoditas impor dari Tiongkok.
Jika Tiongkok kemudian ingin menyerang balik dengan mengenakan kenaikan tarif senilai apa yang diperlakukan oleh pemerintah AS, apakah tidak berarti pemerintahan Tiongkok sendiri yang ingin menjatuhkan diri ke dalam situasi yang sulit?
Senjata cukup besar yang digenggam Tiongkok untuk melawan AS tak lain adalah kedelai. Dan menurut Peterson Institute for statistik Ekonomi Internasional, bahwa sekitar 62 % produksi kedelai AS diekspor ke Tiongkok.
Jumlah ekspor kedelai AS ke Tiongkok tahun lalu mencapai 14 miliar Dolar AS, Hampir sebanding dengan nilai ekspor pesawat Boeing (sekitar 14,3 miliar) dan mobil (sekitar 10 miliar) ke Tiongkok.
Wall Street Journal melaporkan bahwa sengketa dalam perdagangan AS – Tiongkok masih terus meluas.
Pemerintah Tiongkok sepertinya ingin ‘memukul’ AS lewat produk pertanian, tetapi akhirnya yang terkena getahnya adalah industri mereka sendiri.
China WH Group dan COFCO (China National Cereals, Oils and Foodstuffs Corporation) tiba-tiba dijadikan papan dart oleh pemerintah Tiongkok.
Pakar : Sikap pemerintah Tiongkok memusuhi WTO sepenuhnya terungkap
Douglas Bulloch, seorang pakar politik dan ekonomi Tiongkok pada 11 April dalam artiketnya yang dipublikasikan oleh Forbes menyebutkan bahwa, Trump terus memenuhi janji-janji yang ia ucapkan dalam kampanyenya menjadi presiden.
Salah satu di antaranya adalah menyelesaikan masalah ketidakadilan perdagangan antara AS dengan Tiongkok.
Sebagai seorang pemimpin yang paling berkuasa di dunia, Presiden Trump sedang mengerahkan kekuatan besar yang dimiliki Amerika Serikat untuk mencapai tujuan tersebut.
Douglas Bulloch menyebutkan, tindakan pembalasan yang dilakukan pemerintah Beijing terhadap menaikkan tarif impor barang Tiongkok oleh pemerintah Washington telah terprediksi sebelumnya.
Seorang wanita Tiongkok berjalan melewati sebuah papan iklan yang sesumbar tentang keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia Tiongkok (WTO). (Goh Chai Hin / AFP / Getty Images)
Tetapi hal ini justru mengungkapkan ketidakpedulian dan sikap permusuhan Tiongkok terhadap WTO.
Setelah Perang Dunia II, lebih dari dua puluh negara menandatangani perjanjian GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), berharap dengan menetapkan norma-norma yang disepakati internasional untuk melaksanakan perdagangan dan pembangunan.
Melalui GATT semua negara di dunia akan mampu mempromosikan koeksistensi damai untuk menghindari terulangnya politik beggar-thy-neighbor yang diadopsi negara-negara yang terkena Depresi Besar pada tahun 1930-an sehingga menyulut Perang Dunia Kedua.
GATT mulai berlaku pada tahun 1948 dan baru pensiun setelah terbentuknya WTO pada tahun 1995.
WTO dengan semangat GATT terus memimpin negara-negara dunia untuk memelihara ketertiban perdagangan internasional melalui prinsip liberalisasi progresif dan non-diskriminasi, dan secara bertahap membuka pasar barang dan jasa.
Bagi Amerika Serikat dan mayoritas anggota WTO, lembaga ini adalah mempromosikan pengambilan keputusan yang berorientasikan perkembangan pasar.
Negara-negara melalui putaran dialog dan negosiasi untuk mengurangi hambatan masuk pasar dan memperkuat arus bebas investasi dan barang, sehingga operasi perusahaan swasta dapat bebas dari campur tangan politik.
Namun, menurut Douglas Bulloch bahwa bagi Tiongkok, perdagangan adalah kekuatan pendorong untuk kemakmurannya. Hanya aturan perdagangan yang sejalan dengan kepentingannya sendiri yang mereka ijinkan.
Oleh karena itu kecuali jika berada di bawah tekanan, otoritas Beijing tidak akan dengan mudah membuat komitmen untuk membuka pasarnya. Sekalipun janji-janji sudah dilontarkan, mereka juga tidak akan merealisasikan secara serius.
Menurut Douglas Bulloch bahwa karena mengabaikan WTO, selama ini pemerintah Tiongkok menggunakan psikologis keinginan besar perusahaan asing memasuki pasar Tiongkok. Tanpa malu-malu lagi mencuri teknologi, membatasi kepemilikan asing, memaksa transfer teknologi, atau memanipulasi pasar sewenang-wenang.
Presiden Donald J. Trump menandatangani sebuah memorandum untuk menyelidiki praktik perdagangan Tiongkok, di Gedung Putih di Washington pada 14 Agustus 2017. (Chris Kleponis-Pool / Getty Images)
Investor asing untuk memasuki pasar Tiongkok hanya dijinkan jika membentuk perusahaan patungan, mau bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan apa saja yang diminta pemerintah komunis itu.
Dalam artikel itu, Douglas Bulloch menulis : Sampai ada negara anggota WTO yang mengeluh soal isu proteksionis atau pelanggaran hak asasi manusia, maka pemerintah Tiongkok akan segera mengincar perusahaan dari negara tersebut yang berinvestasi di Tiongkok, untuk menuntut perusahaan tersebut melanggar hukum (biasanya dengan menggunakan peraturan-peraturan yang belum pernah diketahui investor asing).
Amerika Serikat baru-baru ini menuntut Tiongkok ke WTO mengenai keharusan perusahaan asing di Tiongkok untuk transfer teknologi adalah perbuatan yang melanggar peraturan WTO.
Hal tersebut pada kenyataannya sudah cukup lama berjalan di Tiongkok. Namun, selama bertahun-tahun sebagian besar perusahaan asing tidak berani menuntut Tiongkok lantara takut mereka akan diusir dari pasar Tiongkok.
Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) baru-baru ini telah merampungkan laporan tentang pencurian hak kekayaan intelektual AS oleh pemerintah Tiongkok.
Laporan menyebutkan bahwa Amerika Serikat setiap tahunnya dirugikan sebesar antara 225 hingga 600 miliar Dolar AS karena pencurian hak kekayaan intelektual oleh pihak Tiongkok.
Pemerintahan Trump dengan hati-hati menimbang kerugian Amerika Serikat dan mengambil tindakan untuk mengatasi kerugian dengan tidak melanggar aturan WTO, termasuk menaikkam tarif atas komoditas impor dari Tiongkok. Menuntut Tiongkok lewat WTO, serta mengembangkan langkah-langkah untuk membatasi investasi Tiongkok.
Douglas Bulloch menyebutkan, menghadapi rencana kenaikan tarif impor oleh AS yang baru ramai di bicarakan media, sikap pertama yang ditampilkan otoritas Beijing adalah melakukan serangan balik semaksimum mungkin, tetapi bukan interopeksi apakah ia sudah membela prinsip-prinsip perdagangan bebas WTO dan mempertahankan hak-hak mereka di bawah kerangka WTO.
Aksi Pembalasan Tiongkok justru menguak sendiri borok dalam dunia perdagangannya
Yang lebih celaka adalah, sebagian besar barang-barang yang diimpor Tiongkok adalah untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Impor kedelai adalah contoh yang paling jelas.
Pemerintah Tiongkok melonggarkan batasan impor kedelai yang merupakan pakan utama ternak yang menghasilkan daging bagi pasar kebutuhan mereka sendiri.
Jika tarif impor kedelai dinaikkan otoritas Beijing, yang pasti AS tidak kesulitan untuk menjual kedelainya, tetapi harga daging di Tiongkok akan naik dan mendorong tingkat inflasi.
Tiongkok akan menerapkan tarif setinggi 25% pada 106 produk impor AS seperti pesawat terbang, kedelai dll. Pada 04 April 2018 di Beijing, Tiongkok. (TPG / Getty Images)
Setelah Beijing mengancam akan meningkatkan tarif impor kedelai AS, meskipun pembeli Tiongkok dapat beralih ke Brazil untuk membeli kedelai murah, tapi itu tidak mempengaruhi transaksi kedelai AS.
Pada Jumat (6/04/2018) Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menegaskan pedagang dari luar Tiongkok telah membeli 458.000 ton kedelai AS, tetapi tidak mengungkapkan informasi pembeli.
Sejumlah pedagang dan analis biji-bijian mengatakan bahwa pembeli dari transaksi ini berasal dari pengolah kedelai termasuk negara-negara Eropa seperti Belanda dan Jerman.
Jika berita itu benar, maka transaksi ini akan menjadi transaksi kedelai terbesar oleh pembeli Eropa dari Amerika Serikat selama lebih dari 15 tahun terakhir.
Konflik perdagangan AS – Tiongkok baru-baru ini telah menguak borok Tiongkok. Pemerintah komunis selama ini telah berbuat sewenang-wenang terhadap investor asing yang ingin memasuki pasar Tiongkok yang besar. Selain itu, Tiongkok juga bertindak jauh dari prinsip-prinsip perdagangan bebas WTO, Mengurangi negara lain menikmati manfaat dalam kerangka WTO.
Situasi ini telah mencapai ekstrem sekarang, dan semua negara mengharapkan pemerintah Tiongkok mau mematuhi komitmennya kepada WTO.
Namun, Partai Komunis Tiongkok yang mengendalikan pemerintahan justru terus bertindak yang bertentangan dengan internasional, melakukan tindak pembalasan terhadap negara yang menentang Tiongkok, termasuk menolak mereka untuk memasuki pasar Tiongkok, dan menerapkan embargo selektif.
Praktik pemerintah Tiongkok seperti ini, sudah tidak asing lagi bagi banyak negara anggota WTO seperti Norwegia dan Korea Selatan, negara-negara tersebut selama bertahun-tahun membuat jengkel Beijing sehingga terkena balas dendam dari pemerintah Tiongkok.
Yang membedakan mereka dengan Amerika Serikat adalah bahwa perdagangan antara Tiongkok dengan mereka tidak memiliki angka defisit besar, dan mereka juga tidak memiliki kekuatan untuk menentang RRT.
Presiden Trump berulang kali menegaskan bahwa perdagangan tidak adil dengan Tiongkok harus segera dihentikan, defisit perdagangan harus diperkecil. Trump mungkin sadar bahwa defisit perdagangan besar adalah dukungan kuat untuk konflik perdagangan AS – Tiongkok.
Douglas Bulloch di akhir artikelnya menyebutkan, melalui perkembangan situasi sengketa kian jelas terlihat bahwa meskipun otoritas Beijing berkoar menuju kerjasama yang saling menguntungkan, tetapi maksud sebenarnya mereka adalah untuk menunjukkan kekuatannya memiliki daya ancaman yang lebih besar.
Bagaimanapun, ketika administrasi Trump melipatgandakan ancamannya dan meningkatkan jumlah nilai tarif yang melebihi impor tahunan Tiongkok dari Amerika Serikat, borok-borok pemerintah Tiongkok komunis itu terkuak secara jelas. (Sinatra/asr)