Home Blog Page 339

Krisis ini Sulit Diatasi oleh Beijing, Rusia Juga Ikut Mencekik? 

Qin Yue

Fokus kali ini: Rusia memblokir “jalur kehidupan laut”, dan siapakah korban terparah? Kapal dagang Tiongkok tidak boleh berlayar masuk, jika tidak, akan dianggap sebagai kapal musuh dan ditenggelamkan? Rusia juga memutus pasokan dan mencekik leher? Krisis Beijing ini sungguh sulit diuraikan.

Perahu kecil simbol persahabatan Tiongkok dengan Rusia yang tidak terbatas itu akan segera karam? Satu aksi Rusia saat ini, disebut-sebut oleh kalangan media luar sebagai menusuk punggung Beijing dari belakang.

Rusia Tidak Lagi Memperpanjang “Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam”

Pada 17 Juli dini hari, jembatan besar yang menghubungkan Rusia dengan Semenanjung Krimea di Ukraina diledakkan, beberapa jam kemudian, Rusia mengumumkan: “Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam” segera berakhir pada 18 Juli, dan tidak akan memperpanjangnya lagi. Padahal hari Jum’at sebelumnya (14/07), Presiden Turki Erdoğan masih menyatakan, dirinya telah mencapai kesepahaman dengan Putin, dan akan memperpanjang perjanjian itu.

Perjanjian tersebut sangat penting, karena Ukraina dan Rusia merupakan negara pengekspor bahan pangan, setelah perang meletus, pasokan pangan dari kedua negara itu menyusut tajam, hal ini menyebabkan melambungnya harga bahan pangan global.

Untuk meredakan krisis pangan internasional itu, pada Juli tahun lalu, antara PBB, Rusia, Ukraina, dan juga Turki telah ditandatangani “Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam” (Black Sea Grain Initiative), yang memungkinkan Ukraina mengekspor bahan pangan melalui 3 pelabuhan di Laut Hitam termasuk Odessa, di saat yang sama juga memperbolehkan Rusia mengekspor produk pertanian dan pupuk walaupun dalam kondisi dikenakan sanksi.

Namun sekarang Rusia memutuskan mengundurkan diri dari perjanjian itu, berarti “saluran kemanusiaan” angkutan laut itu terpaksa ditutup. Selanjutnya, militer Rusia telah mengerahkan pesawat nirawak dan rudal, serta selama beberapa hari berturut-turut menyerang Odessa, pelabuhan Laut Hitam milik Ukraina.

Pihak Ukraina pada 19 Juli lalu menuding Rusia telah merusak infrastruktur ekspor pangan Ukraina dalam serangan udara di malam hari yang “ibarat neraka” itu. Presiden Zelensky dalam pidatonya malam itu mengatakan, “Pelabuhan yang hari ini diserang telah menyimpan sekitar 1 juta ton bahan pangan. Semua bahan pangan itu sedianya akan dikirim ke negara konsumen di Asia dan Afrika.”

60.000 Ton Produk Pertanian Yang Akan Dikirim ke Tiongkok Juga Tertahan

Zelensky terutama juga menekankan, terminal pelabuhan yang terdampak paling serius akibat serangan malam hari itu, menyimpan 60.000 ton produk pertanian yang akan dikirim ke Tiongkok.

Seakan tidak cukup hanya menutup saluran itu dan membombardir pelabuhan, Rusia kembali mengumumkan bahwa mulai 20 Juli, semua kapal yang berlayar melalui Laut Hitam menuju pelabuhan Ukraina akan dianggap sebagai “kapal logistik militer potensial”, dan negara pemilik kapal-kapal tersebut akan dianggap sebagai negara peserta perang yang berpihak pada Ukraina. Di saat yang sama, kawasan tenggara dan barat laut perairan Laut Hitam itu sementara ini juga ditetapkan sebagai kawasan yang “tidak aman untuk berlayar”.

Dengan kata lain, Rusia melalui intimidasi kekuatan militer, berniat memblokir transportasi pangan di Laut Hitam.

Tindakan Rusia pun menyulut kemarahan dunia. Menlu AS Blinken mengutuk bahwa Rusia telah “menjadikan pangan sebagai senjata”, hal ini sama sekali tidak bisa diterima. Presiden Komisi Eropa yakni Ursula Gertrud von der Leyen menyebutkan, keputusan Rusia adalah “egois dan arogan”, Uni Eropa akan terus berupaya memastikan keamanan pasokan pangan bagi negara-negara miskin.

Sekjend PBB António Guterres juga menyatakan kekecewaannya akan hal tersebut, ia berkata, mundurnya Rusia dari perjanjian, menandakan perjanjian terkait bahan pangan dan pupuk Rusia lainnya juga ikut berakhir.

Tiongkok Menjadi Korban

Di saat yang sama, karena Tiongkok  juga merupakan korban dari diakhirinya “Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam”, media asing juga mengalihkan sorotan kepada Beijing yang menjalin hubungan persahabatan tanpa batas dengan Rusia. Menurut data Pusat Riset Nasional Akademi Ekonomi Pertanian Ukraina, negara pengimpor terbesar produk pertanian Ukraina pada 2019 adalah Tiongkok, atau sekitar 8,7% dari total ekspor pertanian Ukraina.

Kantor berita Radio France Internationale (RFI) menganalisa, Moskow tidak lagi memperpanjang “Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam” seolah menunjukkan menusuk Beijing, sekutu utamanya, dari belakang. Kesepakatan itu telah berlangsung satu tahun, 33 juta ton bahan pangan Ukraina bisa diekspor ke 45 negara di seluruh dunia. Walaupun Rusia menyebutkan, mayoritas bahan pangan dari Ukraina mengalir ke Eropa dan negara makmur lainnya, tetapi kenyataannya hampir seperempatnya atau sekitar 8 juta ton telah mengalir ke pelabuhan di Tiongkok.

Hal ini tidak sulit dipahami, mengapa pemimpin PKT Xi Jinping juga senantiasa menekankan, pentingnya untuk bisa terus melaksanakan perjanjian ini. Dalam “12 pernyataan sikap” upaya Xi Jinping menengahi perang Rusia-Ukraina, salah satu di antaranya adalah menjamin ekspor bahan pangan, tertulis: “Semua pihak harus secara efektif dan menyeluruh melaksanakan ‘Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam’ yang telah ditandatangani oleh PBB, Ukraina, Turki, dan Rusia, mendukung fungsi penting PBB dalam masalah ini.”

Namun sekarang situasi canggung telah terjadi, karena Rusia tidak lagi mempedulikan apa yang disebut “persahabatan tanpa batas”, dan telah menghentikan perjanjian yang memberikan jaminan bagi RRT ini, Beijing akan mengalami kesulitan tidak bisa lagi mengimpor bahan pangan dari Ukraina.

Wilayah Produk Pertanian Berkurang, PKT Semakin Khawatir Keamanan Pangan

Sudah jatuh tertimpa tangga, surat kabar Prancis Les Echos memberitakan, panen gandum dan biji-bijian musim panas di Tiongkok pada tahun ini telah selesai akhir Juni lalu, walaupun luasan lahan tanam yang disemai bertambah, tetapi hasil panen kali ini menunjukkan tren menurun, merosot sekitar 0,9% dan ini adalah untuk pertama kalinya dalam 5 tahun terakhir, padahal panen musim panas mencakup ¼ dari total produksi pangan di Tiongkok.

Di samping itu, wilayah Provinsi Henan dan kawasan sekitar Tiongkok Tengah yang dijuluki “lumbung pangan Tiongkok”, belakangan ini terdampak air bah, juga telah menimbulkan kekhawatiran terbaru akan keamanan pangan, daerah tersebut memproduksi lebih dari ¾ gandum bagi seluruh negeri. Di saat yang sama, panen pangan di Provinsi Yunnan dan Guizhou di barat daya Tiongkok juga menurun drastis akibat kekeringan.

Hal ini kemungkinan akan membuat rezim Tiongkok semakin khawatir akan terjadinya krisis pangan.

Faktanya, beberapa tahun terakhir ini Tiongkok telah mengalami krisis keamanan pangan, PKT berbalik arah dari kebijakan “mengurangi lahan pertanian melindungi hutan” yang dulu dipromosikan kini berubah menjadi kebijakan “mengurangi hutan memulihkan pertanian”, bahkan membentuk “Tim Penegak Hukum Komprehensif Pedesaan” atau oleh kalangan luar disebut “pengawas desa”, fungsinya sama seperti “pengawas kota (= satpol PP di Indonesia)”, salah satu misi terpentingnya adalah memastikan adanya lahan untuk menghasilkan pangan, harus ditanami bahan pangan, yang kemudian dipastikan agar menjamin tercapainya “program pangan seratus milyar kati”, yaitu meningkatkan produksi pangan sampai seratus milyar kati (1 kati = setengah kilogram, red.), hal ini sepertinya mirip dengan gerakan “Lompatan Jauh ke Depan (sebuah program ambisius yang berlangsung dari 1958 hingga 1960 dengan tujuan membangkitkan ekonomi Tiongkok melalui industrialisasi secara besar-besaran dan memanfaatkan jumlah tenaga kerja murah. Program ini berakhir dengan bencana kelaparan dan telah menyebabkan kematian tidak wajar sekitar 21 juta orang lebih. Red.)”.

Tak hanya itu saja, dalam “Dokumen Nomor Satu Pusat” PKT 2023, disebutkan sebanyak 6 kali kata-kata “keamanan pangan”, bahkan ditekankan harus mengeluarkan “UU Jaminan Keamanan Pangan”. Dalam Kedua Sesi Rapat Pleno PKT tahun ini, Xi Jinping sekali lagi menekankan keamanan pangan, “Memastikan di dalam mangkuk setiap warga Tiongkok terisi dengan hasil pangan Tiongkok”, dari sini nampak kekhawatiran PKT terhadap kurangnya bahan pangan Tiongkok. 

Dalam kondisi seperti ini, Rusia memblokir kiriman bahan pangan dari Ukraina, berarti memutus pasokan bagi Tiongkok, tak heran bila media asing mendeskripsikan, Putin menusuk Xi Jinping dari belakang. Bagaimana Xi Jinping akan meresponnya, juga akan menjadi sorotan kalangan luar.

Warganet Ramai Membahas: Apakah Hubungan Tiongkok-Rusia Masih Tak Terbatas?

Selain itu, aksi Rusia kali ini, juga telah menimbulkan pembahasan hangat di Tiongkok. Di media sosial Tiongkok muncul artikel: “Kapal Dagang RRT Tidak Boleh Berlabuh di Ukraina, Jika Tidak Akan Dieksekusi Sebagai Kapal Musuh Oleh Militer Rusia”.

Warganet Tiongkok beramai-ramai menulis: “Ini berarti Rusia sudah tidak lagi mempunyai cara lain, kartu as di tangan sudah tidak ada sehingga menghalalkan segala cara.” “Ini berarti Rusia memusuhi seluruh dunia, apakah negara kita juga akan mengikutinya?” (Sud/Whs)

Topan Doksuri Terus Bergerak ke Tiongkok Utara, Ribuan Orang Dievakuasi dari Beijing

0

oleh Liu Haiying dan Tian Yuan

Setelah topan “Doksuri” mendarat di Fujian, Tiongkok pada (28/7) Jumat pagi, doksuri mendarat di Anhui pada (29/7) Sabtu pagi dan melemah menjadi depresi tropis. Kemudian bergerak ke wilayah utara yang berdampak terhadap 6 provinsi dan kota termasuk Beijing, Tianjin, Hebei, Shandong, Henan, dan Shanxi. Akibatnya, ribuan orang dievakuasi dari Beijing.

Observatorium Meteorologi Pusat mengeluarkan peringatan badai hujan merah pada pukul 18:00 pada Sabtu, ini adalah kedua kalinya peringatan hujan badai merah dikeluarkan sejak mekanisme tersebut diluncurkan secara resmi pada tahun 2010.

Akhir pekan ini, di Beijing selatan, Hebei tengah dan barat, Shanxi timur, dan Henan utara, permukaan air sungai kecil dan menengah  melebihi tingkat alarm, dan banjir bandang serta bencana geologi dapat terjadi di sekitar daerah pegunungan.

Pihak berwenang di Beijing menangguhkan acara olahraga dan menutup beberapa tempat wisata dan taman. Menurut laporan media setempat, sebanyak 3.031 orang  dievakuasi.

Doksuri adalah topan terkuat yang melanda Tiongkok pada tahun ini dan topan terkuat kedua yang melanda provinsi Fujian sejak tahun 2016. Sekolah dan bisnis ditutup dan pekerja di ladang minyak dan gas lepas pantai dievakuasi.

Menurut media resmi Tiongkok, topan “Doksuri” mempengaruhi sekitar 880.000 orang di sepanjang pantai Fujian, lebih dari 354.400 dievakuasi, dan kerugian ekonomi langsung melebihi RMB.478 juta (sekitar 67 juta dolar AS). (Hui)

Pembersihan Pasukan Roket? Wu Guohua Mantan Wakil Komandannya Meninggal Dunia, Otoritas Partai Merahasiakannya

0

oleh Han Fei

Wu Guohua, mantan wakil komandan Tentara Roket Partai Komunis Tiongkok  meninggal dunia pada awal Juli lalu. Para pejabat partai komunis Tiongkok sempat merahasiakannya. Obituari baru dikeluarkan 21 hari setelah kematiannya.  Dunia luar berspekulasi bahwa kematiannya berhubungan dengan pembersihan tingkat tinggi Tentara Roket oleh otoritas PKT.

Laporan surat kabar di daratan Tiongkok mengklaim bahwa Wu Guohua meninggal dunia karena sakit. Meski demikian, beberapa netizen mengatakan bahwa Wu Guohua bunuh diri dan  terkait dengan fakta bahwa Li Yuchao, komandan Pasukan Roket dibawa pergi untuk penyelidikan.

Yao Cheng, seorang mantan perwira staf letnan kolonel dari Komando Angkatan Laut PKT berkata : “Komandan Tentara Roket (Li Yuchao) dibawa pergi selama rapat, dan sifat penculikannya sangat serius. Pada akhirnya, semua orang mengungkapkan bahwa salah satunya adalah putra komandan (Li Yuchao) belajar di Amerika Serikat, diperkirakan putra komandan yang mengungkapkan semuanya.”

Tak lama setelah Li Yuchao dibawa pergi, ada kabar bahwa Wu Guohua bunuh diri. Kini rumor tersebut telah terkonfirmasi. Namun, Li Yuchao sudah lama menghilang dari situs resminya, dan absen dari upacara kenaikan pangkat militer pada akhir Juni, kini hidup dan matinya masih menjadi misteri.

Analisis percaya bahwa perombakan tingkat tinggi Angkatan Roket  terkait dengan laporan Angkatan Roket yang diungkapkan oleh Akademi Angkatan Udara A.S pada tahun lalu.

Pada Oktober tahun lalu, tak lama setelah Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok, Akademi Angkatan Udara Amerika Serikat secara khusus merilis laporan penyelidikan tentang pasukan Roket PKT. Lapoan mulai dari struktur personel internal militer, struktur organisasi, sistem komando, dan pangkalan logistik, termasuk nama beberapa orang yang bertanggung jawab, semuanya tersedia, dan bahkan lokasi regu pembuatan ditandai dengan jelas.

Yao Cheng berkata : “Saya kaget, karena menurut saya, Pasukan Roket adalah unit dengan tingkat kerahasiaan tertinggi.”

Komentator urusan internasional Tang Hao berkata : “Seseorang di iternal PKT secara pasti telah membocorkan rahasia, dan kebocoran yang terjadi adalah rahasia tingkat tinggi. PKT tidak hanya kehilangan muka sama sekali, tetapi juga mengguncang moral militer PKT.”

“Chosun Ilbo” melaporkan bahwa setelah laporan “Rocket Army Intelligence” AS dirilis, PKT tampaknya mulai menyelidiki kebocoran tersebut.  Media Hong Kong dan Taiwan melaporkannya sebagai penangkapan dan bunuh diri.”

Pasukan Roket  adalah cabang militer strategis yang bertanggung jawab atas rudal balistik nuklir antar benua Tiongkok dan dituduh sebagai ancaman utama bagi Taiwan. Xi Jinping pernah berkata: “Pasukan Roket adalah kekuatan inti dari pencegahan strategis Tiongkok.”

Yao Cheng percaya bahwa saat ini PKT ingin berperang melawan negara asing, tidak hanya melawan Taiwan, tetapi juga melawan Amerika Serikat, dan satu-satunya yang dapat digunakan PKT adalah tentara roket dan misilnya. Sebaliknya, bagi Amerika Serikat, begitu perang dimulai, pasukan roket harus dihancurkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, ketakutan pasukan roket terhadap perang sangat serius.

Yao Cheng: “Fenomena ini telah menyebabkan Pasukan Roket, di satu sisi, enggan berperang, dan di sisi lain, karena ditekan oleh para petinggi Xi Jinping, pasukan ini dapat dikatakan hidup dalam ketakutan, sehingga tidak stabil.

Komentator urusan internasional Tang Hao percaya bahwa pembersihan Pasukan Roket baru-baru ini oleh PKT mungkin bertujuan untuk menyelidiki kebocoran rahasia, dan pada saat yang sama membersihkan “rasa takut akan perang” yang mungkin muncul di Pasukan Roket. Pembersihan pasukan roket juga merupakan upaya lebih lanjut untuk menindak kekuatan anti-Xi  di dalam militer karena takut akan pemberontakan.

Ada juga rumor bahwa apa yang dialami Qin Gang baru-baru ini mungkin disebabkan oleh kedekatannya dengan para petinggi pasukan roket.

Tang Hao: “Jika kita melihat serangkaian peristiwa ini, kita dapat melihat bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak hanya mengalami pergulatan internal dalam sistem diplomatik, tetapi juga pergulatan internal dalam sistem militer, atau bahkan pemberontakan. Ada kekuatan yang berkumpul untuk melancarkan serangan balik terhadap Komite Sentral Partai. Oleh karena itu, situasi politik berikutnya di Zhongnanhai mungkin akan ada pertunjukan besar yang akan datang.” (Hui)

Aksi Protes Pecah di Xi’an, Tiongkok Terkait Sumber Daya Pendidikan

0

Gary Du

Ribuan orangtua setempat yang marah mendatangi beberapa instansi pemerintah di Kota Xi’an, provinsi Shaanxi, Tiongkok pada 21 Juli untuk memprotes kebijakan pemerintah yang mempersempit kesempatan siswa untuk mengenyam pendidikan di sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Para orang tua mengeluh bahwa pemerintah mengizinkan sejumlah besar siswa dari Provinsi Henan untuk berpartisipasi dalam ujian masuk sekolah menengah setempat, dengan menaikkan standar kelulusan. Akibatnya, banyak siswa lokal yang gagal masuk ke sekolah menengah atas dan kehilangan kesempatan masa depan mereka untuk kuliah.

Para orangtua mengepung agen-agen tersebut dan berteriak: “Anak-anak Xi’an menginginkan kursi!” Mereka pergi tak lama setelah tengah malam setelah walikota berjanji untuk menyelidikinya.”

Menurut unggahan di media sosial, 40.000 siswa dari total 100.000 peserta ujian tidak terdaftar sebagai siswa lokal, atau yang disebut sebagai siswa “arus balik”. Registrasi rumah tangga mereka berada di Kota Xi’an, tetapi mereka tidak mendaftar di sekolah mana pun di kota tersebut.

Hal ini menyebabkan nilai kualifikasi mereka naik 16 poin. Mereka yang tidak mendapatkan 600 poin (dari nilai penuh 700) tidak akan bisa masuk sekolah menengah atas dan tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Para orang tua murid  berkumpul di berbagai instansi pemerintah sejak 14 Juli, ketika nilai tersebut dirilis.

Departemen Pendidikan Kota mengklaim pada  18 Juli bahwa total 3.608 siswa yang berpartisipasi dalam “flow-back”, yang hanya 3,5 persen dari total keseluruhan.

Namun, banyak orang tua yang tidak percaya. Mereka mengeluh bahwa hanya ada 80.000 siswa kelas dua di sekolah tahun lalu, jadi bagaimana mungkin ada peningkatan 20.000 siswa hanya dalam waktu satu tahun?

Beberapa orang tua mengangkat spanduk bertuliskan “Anak saya bukan tumbal kebijakan baru atau kebijakan malas,” di depan Pemerintah Distrik Yangling, Kota Xi’an. Beberapa juga melakukan protes di Departemen Pendidikan Provinsi Shaanxi pada  20 Juli. Polisi menahan dua orang ibu-ibu. 

Pada Jumat 21 Juli, para orang tua memadati Pusat Penerimaan Petisi di kota tersebut, di mana warga dapat mengajukan banding atas keputusan yang dibuat oleh kota. Mereka meminta penjelasan resmi. Beberapa berteriak, beberapa memohon, dan beberapa bernyanyi.

Pihak berwenang mengerahkan polisi dengan kendaraan pemblokir sinyal ponsel. Sementara itu, semua unggahan di media sosial yang terkait dengan peristiwa tersebut telah dihapus.

Menurut laporan setempat, Walikota Ye Niuping berbicara dengan perwakilan orangtua murid. Dia berjanji untuk membentuk gugus tugas untuk menyelidiki dan memverifikasi pendaftaran dan nilai dari 3.608 siswa yang “mengalir kembali”.

Kesempatan pendidikan di Tiongkok sangat terbatas dan tidak merata. Provinsi Shaanxi, dengan populasi 40 juta jiwa, memiliki 16 jurusan di 7 universitas yang terdaftar dalam Rencana Universitas Kelas Satu Ganda dari Kementerian Pendidikan Tiongkok. Sementara Provinsi Henan, dengan populasi hampir 100 juta, hanya memiliki 4 jurusan di 2 universitas yang terdaftar. Skor kualifikasi untuk ujian masuk perguruan tinggi di kedua provinsi ini berbeda karena ketidakseimbangan tersebut. Untuk masuk ke perguruan tinggi atau perguruan tinggi yang lebih baik, banyak penduduk Henan yang mengambil resiko melanggar hukum untuk pindah ke Shaanxi.

Pemerintah Berinisiatif Bongkar Praktik Kasus IMEI Ilegal

0

ETIndonesia- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, pihaknya sejak lama telah berkomitmen membongkar praktik akses ilegal terhadap Centralized Equipment Identity Register (CEIR). CEIR merupakan basis data yang menyimpan nomor International Mobile Equipment Identity (IMEI) dari ponsel yang beredar di Indonesia. 

“Ketika Pemerintah meluncurkan program registrasi IMEI, tentu juga dibarengi dengan upaya untuk bisa mengurangi telepon seluler (ponsel) ilegal yang masuk ke Indonesia. Sehingga, ponsel impor yang masuk Indonesia bersifat legal dan dikenai pajak. Upaya ini juga untuk mendorong tumbuhnya industri ponsel di dalam negeri,” ujar Menperin di Jakarta, Jumat (28/7) dalam siaran persnya. 

Menperin menjelaskan, dalam perjalanannya, tata kelola registrasi IMEI perlu disempurnakan. Salah satu contoh penyimpangan yang terjadi adalah adanya upaya mendaftarkan IMEI secara ilegal. Ia telah menugaskan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kementerian Perindustrian untuk membongkar praktik-praktik ilegal tersebut.

Terkait dengan kasus tindak pidana akses ilegal CEIR, Menperin menyambut baik langkah dari Kepolisian untuk menegakkan aturan yang berlaku. 

“Kami telah mengetahui dan sejak kira-kira setahun lalu telah memerintahkan untuk membongkar praktik-praktik tersebut. Sehingga saat ini merasa senang karena memang telah memberikan arahan terkait itu,” kata Agus.

Menperin juga meminta kepada Kepolisian untuk melakukan penyelidikan terhadap hal ini secara menyeluruh dan adil, juga terhadap pihak-pihak terkait yang memiliki akses ke CEIR. Selain Kemenperin, pihak yang dapat mengakses CEIR adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, serta para operator ponsel.

Dalam program pengendalian IMEI dengan CEIR, berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2020, Kemenperin bertugas melakukan pendaftaran IMEI yang berasal dari produsen Handphone, Komputer, dan Tablet (HKT) maupun importir terdaftar HKT.

Untuk menjalankan tugas ini dengan baik, Kemenperin juga telah mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 1870 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas Pengawasan dan Pengendalian IMEI Nasional. 

“Satuan tugas (satgas) ini terdiri dari perwakilan banyak instansi yang bertugas menangani pengawasan dan pengendalian alat/perangkat telekomunikasi yang terhubung ke jaringan bergerak seluler melalui identifikasi IMEI sesuai dengan kewenangan masing-masing,” pungkas Menperin. (asr)

Menghindari Forum Tingkat Tinggi OBOR, Eropa Menjaga Jarak dengan Xi Jinping dan Putin

oleh Zhang Ting

Pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) Xi Jinping berencana untuk menyelenggarakan sebuah forum berprofil tinggi untuk mempromosikan inisiatif “One Belt  One Road” yang ia gagaskan beberapa tahun silam, tetapi menghadapi satu masalah yang memusingkan kepala, yaitu pejabat asing yang mau berpartisipasi tidak banyak, terutama beberapa negara Eropa tidak ingin hadir. “Wall Street Journal” menyebutkan bahwa ini mencerminkan hubungan yang tidak lagi harmonis antara Eropa dengan Tiongkok.

Partai Komunis Tiongkok berencana mengadakan forum tingkat tinggi OBOR pada pertengahan bulan Oktober mendatang. Sumber yang mengetahui masalah ini memberitakan Wall Street Journal bahwa pejabat Tiongkok masih sedang gencar mengupayakan kehadiran para pejabat negara asing. Minggu ini, hanya Kremlin yang mengatakan bahwa Putin bersedia hadir. Namun partisipasi Putin semakin mendorong para pemimpin Eropa untuk menghindari forum tersebut.

Sejak pecahnya perang Rusia – Ukraina, Xi Jinping telah menolak untuk menyebut perang tersebut sebagai invasi Rusia ke Ukraina, bahkan meningkatkan hubungan perdagangan dengan Rusia untuk memberi Moskow jalur ekonomi pada saat Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia. Hal mana menambah ketidakpuasan Barat terhadap Beijing.

Pemerintah Tiongkok telah lama menginginkan Eropa bergabung dengan inisiatif infrastruktur OBOR, tetapi para pemimpin Eropa, seperti Amerika Serikat, telah mewaspadai peningkatan ketergantungan pada ekonomi Tiongkok.

Forum tingkat tinggi OBOR tahun ini merupakan yang pertama sejak epidemi melanda dunia,  forum ini akan menguji sejauh mana daya tarik platform diplomatik ekonomi khas Xi Jinping tersebut. Diplomat Tiongkok tentunya akan berusaha sekuat tenaga untuk “mendatangkan” pejabat asing.

Pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz saat ini tidak memiliki rencana untuk menghadiri Forum OBOR tahun ini. Menurut seseorang yang mengkoordinasikan rencana perjalanan Perdana Menteri Italia, bahwa Georgia Meloni, Perdana Menteri Italia, juga tidak ada rencana untuk hadir. Meskipun Italia adalah satu-satunya negara di antara tujuh kelompok industri besar (G7) yang telah menandatangani perjanjian Inisiatif OBOR dengan Beijing.

Meloni telah berulang kali mengisyaratkan rencanabya untuk menghentikan perjanjian OBOR. Dia mengatakan kesepakatan tersebut adalah sebuah “kesalahan besar” yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya, dan ia berjanji mau meninjau kembali kerja sama tersebut.

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Swiss mengatakan, bahwa Swiss juga sedang mempertimbangkan apakah akan menghadiri forum tingkat tinggi OBOR tahun ini. Swiss, yang secara historis tergolong negara netral, telah 2 kali mengirim presidennya ke 2 KTT OBOR di waktu lalu. Sedangkan Yunani, yang bergabung dengan Inisiatif OBOR pada 2018, telah memberi tahu Beijing bahwa perdana menterinya tidak akan hadir. Seorang juru bicara pemerintah Ceko mengatakan tidak ada presiden atau pejabat senior yang diharapkan hadir di forum Oktober nanti. Republik Ceko bergabung dengan inisiatif tersebut pada 2015.

Wall Street Journal mengatakan bahwa tingkat kehadiran forum tingkat tinggi OBOR yang rendah akan melemahkan upaya Beijing dalam menciptakan “citra pengaruh globalnya yang terus berkembang”.

Sekarang, seiring dengan Eropa berusaha mengurangi pengaruh ekonomi Tiongkok di Eropa, jadi banyak negara sedang menjauhkan diri dari proyek infrastruktur PKT itu. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada Maret, bahwa tujuan eksplisit PKT adalah untuk secara sistematis mengubah tatanan internasional sehingga kelak berpusat di Tiongkok. Von der Leyen mengusulkan strategi “mengurangi risiko” Tiongkok. Strategi ini diterima secara luas oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, tetapi menimbulkan kegusaran PKT. Sampai-sampai Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang dalam pidatonya di Forum Davos Musim Panas yang diadakan di Tianjin menentang “de-risking” Barat.

Noah Barkin, seorang ahli yang berfokus pada urusan Eropa dan Tiongkok di firma riset Rhodium Group, mengatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir, negara-negara Eropa telah bersifat terbuka terhadap inisiatif OBOR Tiongkok. Sekarang, persepsi telah bergeser, mereka umumnya menganggap program tersebut sebagai “alat untuk menyebarkan pengaruh Tiongkok (PKT) ke luar negeri”.

Wall Street Journal mengatakan, bahwa sejauh ini, respons Eropa yang lesu terhadap inisiatif tersebut menunjukkan, bahwa lanskap global kini semakin menantang bagi Xi Jinping yang memiliki ambisi diplomatik. Jika di masa lalu negara-negara Eropa pernah mempertimbangkan untuk bergabung dengan OBOR, sekarang mereka malahan ingin bersaing dengannya.

Pada akhir Oktober nanti, pemerintah Eropa akan mengundang para pemimpin bisnis, pejabat, dan kepala negara dari Afrika, Amerika Latin, dan Asia (tidak termasuk Tiongkok) ke forum mereka sendiri untuk mempromosikan rencana infrastruktur “Global Gateway” Uni Eropa senilai USD. 333 miliar. “Global Gateway” ini mencakup dunia, terutama proyek pembangunan infrastruktur di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, dan dirancang untuk melawan inisiatif OBOR dari PKT yang pelunasannya “mencekik”.

Para pejabat Barat menuduh inisiatif OBOR membebani negara-negara miskin dengan utang besar, tentunya tuduhan ini dibantah Tiongkok. (sin)

Pakar : Ekonomi Tiongkok Melesu Akan Menyebabkan Resesi Lebih Buruk Daripada yang Dialami Jepang

0

Jessica Mao dan Olivia Li

Tiongkok saat ini sedang bergulat dengan kesengsaraan ekonomi yang semakin parah, karena ekspor dan permintaan domestik  mengalami penurunan yang terus-menerus, sementara investasi swasta telah berkurang dan sektor real estate yang dulu pernah berkembang pesat kini kehilangan momentum.

Sementara beberapa analis mengatakan bahwa ekonomi Tiongkok kini mengalami stagnasi yang mirip dengan Jepang di awal “Dekade yang Hilang”, ungkap seorang ekonom dengan mengatakan bahwa masalah-masalah yang dihadapi Tiongkok lebih serius dibandingkan dengan masalah-masalah yang dihadapi Jepang di tahun 1990-an.

Dekade yang hilang adalah situasi di mana suatu negara atau wilayah mengalami kemerosotan ekonomi berkepanjangan yang berlangsung sekitar satu dekade. Contoh-contoh umum termasuk Inggris setelah Perang Dunia II, Amerika Latin setelah kemerosotan ekonomi yang berkepanjangan di tahun 1980-an, dan Jepang setelah pecahnya gelembung di tahun 1990-an.

Tak lama setelah Tiongkok merilis data ekonomi kuartal kedua, banyak media Barat menyadari bahwa pemulihan negara ini di kuartal pertama hanya berlangsung singkat. Baru-baru ini, Wall Street Journal meramalkan bahwa “Dekade yang Hilang” di Tiongkok bagi para investor telah terjadi.

Situasi Tiongkok Sangat Berbeda dengan Jepang

Frank Tian Xie, seorang pakar ekonomi, mengatakan kepada The Epoch Times pada 25 Juli bahwa ekonomi Tiongkok jelas berada dalam resesi yang serius.

Xie adalah seorang profesor John M. Olin Palmetto di bidang Bisnis di University of South Carolina Aiken.

Beberapa orang berpikir bahwa Tiongkok mungkin akan mengalami deflasi. Xie mengindikasikan bahwa masih belum pasti apakah deflasi tidak dapat dihindari di Tiongkok. Namun, Tiongkok memang menghadapi masalah serius dengan meledaknya gelembung real estat dan menunjukkan tanda-tanda peringatan dini krisis keuangan.

“Beberapa orang mengatakan bahwa Tiongkok berada dalam situasi yang mirip dengan ‘Dekade yang Hilang’ di Jepang, dan memang ada beberapa kemiripan,” kata Xie.

 “Memang benar bahwa Jepang mengalami kehancuran pasar saham dan kehancuran pasar perumahan pada saat itu, dan ekonomi Jepang melambat sepanjang tahun 1990-an. Faktanya, Dekade yang Hilang lebih dari satu dekade, telah diperpanjang menjadi 20 dan 30 tahun. Namun pada kenyataannya, situasi Tiongkok saat ini masih sangat berbeda dengan Jepang di tahun 1990-an.”

Pertama-tama, investasi berlebihan dan ekspansi perusahaan-perusahaan Jepang yang menyebabkan gelembung real estat dan pemborosan sumber daya adalah tindakan perusahaan, bukan tindakan pemerintah. Jepang, sebagai sebuah negara, tidak secara langsung terpengaruh oleh kebangkrutan perusahaan-perusahaan ini. Sebaliknya, masalah-masalah di Tiongkok disebabkan oleh situasi yang dipimpin oleh pemerintah, kata Xie.

“Berbagai pemerintah daerah di Tiongkok semuanya terlibat dalam real estat. Hutang pemerintah-pemerintah ini, hutang platform pembiayaan, dan hutang yang sangat tinggi dari bank-bank milik negara karena pinjaman real estat adalah masalah pemerintah, atau dengan kata lain, masalah seluruh penduduk,” lanjutnya. 

“Orang kaya dan berkuasa dari Partai Komunis Tiongkok, perwakilan bisnis mereka di industri real estat, dan beberapa pengembang telah diuntungkan oleh hal ini, tetapi pada kenyataannya semua rakyat jelata Tiongkok sekarang terlilit utang, yang sangat berbeda dengan situasi di Jepang.”

Konsumsi, investasi aset tetap, dan ekspor secara bersama-sama disebut sebagai “tiga kereta kuda”, pendorong utama ekonomi Tiongkok.

Xie menunjukkan bahwa di Tiongkok saat ini, semua “tiga gerbong kuda” telah terhenti.

“Tiongkok mengalami penurunan besar untuk impor dan ekspor, pembangunan infrastruktur yang berlebihan, dan permintaan domestik yang lesu, tetapi Jepang tidak mengalami masalah ini. Bagi orang Jepang, tidak pernah ada masalah dengan standar hidup atau tingkat konsumsi, dan mereka juga tidak pernah mengalami tingkat pengangguran yang tinggi seperti di Tiongkok,” lanjut Xie.

Dalam retrospeksi, beberapa analis memberikan beberapa perspektif baru tentang Dekade yang Hilang di Jepang, dengan mengatakan bahwa meskipun ada satu dekade resesi ekonomi, tidak ada masalah sosial yang serius. Selain itu, lingkungan ekonomi Jepang mengalami perubahan yang stabil sejak saat itu, dan perusahaan-perusahaan Jepang juga menyesuaikan diri selama periode ini dan mendapatkan kembali posisi kepemimpinan teknologi mereka karena mereka terus memajukan teknologi mereka. Jadi situasinya sangat berbeda dengan Tiongkok.

Xie berkata : “Jika Anda bersikeras bahwa ada kesamaan, di permukaan, pecahnya gelembung real estat terjadi di kedua negara. Namun dalam hal masalah yang sebenarnya, tidak ada perbandingan sama sekali.”

Hal ini karena tidak ada kerusuhan sosial atau ketidakstabilan politik di Jepang, dan juga tidak ada masalah dengan struktur sosial. Di sisi lain, jika harga rumah di Tiongkok terus menurun, ditambah dengan melonjaknya pengangguran dan menyusutnya pendapatan, kekuasaan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan stabilitas masyarakat akan benar-benar terancam, dan konsekuensinya akan jauh lebih parah daripada yang terjadi di Jepang, kata Xie.

Data Ekonomi Menunjukkan Depresi

Pada Juni, ekspor Tiongkok turun 12,4 persen year-on-year (YoY), penurunan terbesar sejak Februari 2020. Total impor turun 6,8 persen tahun-ke-tahun, turun 2,3 poin persentase dari bulan sebelumnya. Kinerja ekspor dan impor berada di bawah ekspektasi pasar.

Pada 10 Juli, Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis data CPI untuk semua provinsi di Tiongkok pada bulan Juni. Diantaranya, CPI di 17 provinsi mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Selain itu, Indeks Harga Produsen (PPI) turun 5,4 persen pada bulan Juni, 0,8 poin persentase lebih tinggi dari penurunan pada  Mei. Ini menandai bulan keenam berturut-turut penurunan yang meluas dan level terendah sejak Januari 2016, menurut data resmi.

Pada 15 Juli, harga penjualan properti residensial di 70 kota besar dan menengah di Tiongkok dirilis sesuai jadwal. Kepala statistik Biro Statistik Nasional menafsirkan data penjualan tersebut, mengatakan bahwa harga penjualan properti residensial secara keseluruhan pada Juni turun dari bulan sebelumnya, dan kinerja pasar real estat pada  Juni masih berada di bawah ekspektasi.

Media pemerintah Tiongkok mengakui bahwa meskipun ada banyak kebijakan stimulus real estate, pasar properti telah mendingin sejak April, karena sebagian besar pembeli rumah yang memiliki kebutuhan untuk membeli rumah masih kurang percaya diri di pasar, dengan sikap “menunggu dan melihat”.

Sejumlah perusahaan properti yang terdaftar di saham A terpaksa dihapuskan dari daftar saham dalam tiga bulan terakhir, karena harga saham mereka berada di bawah satu yuan ($ 0,14) selama 20 hari perdagangan berturut-turut, sementara lebih dari 15 perusahaan properti di Bursa Efek Hong Kong masih ditangguhkan.

Tingkat pengangguran kaum muda yang tinggi di Tiongkok juga  menimbulkan kekhawatiran. Biro statistik melaporkan bahwa pengangguran di antara para pekerja berusia 16-24 tahun mencapai rekor 21,3% pada Juni. Namun, Zhang Dandan, seorang akademisi di Universitas Beijing, mengatakan bahwa jika sekitar 16 juta orang-mereka yang memilih untuk tidak bekerja dan hidup dari orang tua mereka-semuanya dihitung sebagai pengangguran, maka tingkat pengangguran kaum muda yang sebenarnya pada  Maret mencapai 46,5%.

Bahkan dari data ekonomi yang dirilis oleh rezim Tiongkok sendiri, situasi ekonomi saat ini di Tiongkok mirip dengan yang terjadi pada awal “Dekade yang Hilang” di Jepang. Mengingat sejarah panjang PKT dalam memalsukan semua jenis statistik untuk menutupi masalah, kondisi ekonomi Tiongkok yang sebenarnya kemungkinan besar akan jauh lebih buruk.

Kane Zhang berkontribusi dalam laporan ini.

Serangan Balik Ukraina Berhasil Menerobos Masuk Pertahanan Pasukan Rusia, Pembicaraan Damai Rusia Ditolak

 oleh Yu Liang dan Ming Yu

Ukraina mengumumkan bahwa tentaranya berhasil menerobos masuk ke daerah pertahanan pasukan Rusia. Putin mengakui bahwa usulan pembicaraan damainya telah ditolak Ukraina.

Tentara Ukraina : “Brigade ke-35 dan Batalyon Pertahanan Tanah Air “Arii” berhasil menyelesaikan misi mereka, merebut kembali desa Staromaiorske. Ini adalah kemenangan bagi Ukraina”.

Pada Jumat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam videonya menyebutkan bahwa setelah pertempuran sengit, tentara Ukraina akhirnya merebut kembali desa Staromaiorske dan masuk ke garis pertahanan “Gigi Naga” (dragon’s teeth) di Rusia selatan, benar-benar telah memotong jalur pasokan Rusia ke Bakhmut. Hal ini sangat besar artinya.

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan bahwa pasukan Ukraina bergerak maju secara bertahap menuju ke selatan Bakhmut, dan pertempuran sengit di dekat desa Klishchiivka, Andriivka dan lainnya masih berlangsung.

Namun, Kementerian Pertahanan Rusia membantah telah kehilangan desa-desa tersebut.

Diungkapkan oleh seorang pejabat Rusia, bahwa dalam beberapa minggu terakhir, Ukraina telah menggunakan senjata yang disediakan oleh Barat dan pasukan elit yang dilatih oleh Barat untuk melancarkan serangan balik. Mereka mencoba menerobos masuk di beberapa lokasi di garis depan yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer.  Pertempuran antara pasukan kedua negara terjadi berulang kali, kekuatan tentara Rusia banyak tergerus. Pertempuran sengit berlanjut saat pasukan Ukraina memotong garis pertahanan pertama Rusia dalam serangan besar-besaran di front selatan wilayah Zaporozhye.

Kompleks kantor kementerian dalam negeri di Donetsk yang dikuasai Rusia mengalami kerusakan setelah pemboman pada hari Jumat. Tidak diketahui apakah ada korban. Rusia menuduh Ukraina yang melancarkan serangan itu dan bersumpah akan membalas dendam.

Pada Jumat (28 Juli) Presiden Putin mengatakan pada KTT Rusia – Afrika di St. Petersburg bahwa dirinya siap untuk bernegosiasi dengan Ukraina, tetapi ditolak oleh pihak Kiev.

Putin mengatakan : “Semua masalah seharusnya diselesaikan melalui negosiasi. Tapi masalahnya adalah mereka (Ukraina) menolak untuk berbicara dengan kami.” (sin)

Popcorn and Inspiration: “Dragon, the Bruce Lee Story”

Film yang Menghormati Legenda Layar Seni Bela Diri Tiongkok

Rudolph Lambert Fernandez

Pada 2023 menandai peringatan 50 tahun kematian Bruce Lee, seniman bela diri dan aktor yang lahir di San Francisco. Tahun tersebut juga menandai peringatan 50 tahun film “Enter the Dragon” yang melambungkan Bruce ke ketenaran global, dan peringatan 30 tahun film “Dragon: The Bruce Lee Story” karya penulis naskah dan sutradara Rob Cohen.

Rumor dan kontroversi begitu mengelilingi legenda Bruce sehingga terasa sia-sia untuk mencoba memisahkan fakta dari fiksi. Cohen bahkan tidak mencobanya. Filmnya bukanlah dokumen akurat yang teliti. Sebaliknya, film ini menghibur, menginspirasi, dan merayakan Bruce (Jason Scott Lee) sebagai manusia, mitos, master, dan bintang film.

Dalam film ini, orang tua Bruce mengirimnya kembali ke Amerika, dengan harapan bahwa belajar akan mengalihkan perhatiannya dari pertengkaran yang sepertinya tidak bisa ia hindari di Hong Kong. Mereka pindah ke Hong Kong setelah kelahirannya, dan itulah tempat dia dibesarkan sebagai seorang anak laki-laki. Saat mengajar, dia menyempurnakan pembelajarannya dalam seni bela diri. Dengan menikahi seorang wanita kulit putih, Linda (Lauren Holly), dia menemukan kekuatan dalam melawan rasisme. Manajer Bill Krieger (Robert Wagner), yang melihat pemahaman Bruce terhadap teater, memperkenalkannya pada dunia hiburan. Karisma Bruce melakukan sisanya.

Ini adalah kisah cinta. Ini tentang cinta Bruce terhadap Amerika, cinta terhadap Linda, dan cinta terhadap yang terbaik yang ditawarkan seni bela diri. Adegan pertarungan yang membara terjadi tidak hanya di dalam arena pertarungan tetapi juga di lokasi syuting film, di gym, di klub dansa, bahkan di halaman belakang dapur restoran.

Ini adalah kisah yang jelas, tentang seorang pria yang dikenal karena fisik asketisnya yang menakjubkan. Namun, kisah ini menggambarkan pertempuran terbesarnya sebagai pertempuran spiritual, menempatkannya di atas pertempuran fisik yang tidak diragukan lagi menakutkan baginya. 

Di tengah medan perang ini ada “Iblis,” sosok tinggi besar yang bersenjata dan berlapis baja yang menghantui mimpi ayah Bruce sebelum menghantui Bruce sendiri. Berperan sebagai Iblis, Sven-Ole Thorsen, seorang binaragawan yang hampir tingginya 192 cm, menjulang tinggi terlepas dari apakah Anda melihat Jason yang tingginya 179 cm atau membayangkan Bruce yang tingginya 170 cm.

Dalam tradisi Asia, Iblis mirip dengan gargoyle dalam tradisi Barat: Patung yang menakutkan yang menjaga situs-situs suci, bukan mewakili kejahatan (keegoisan, kesombongan, ketakutan, iri hati, ketamakan) tetapi untuk mengusirnya. Namun, meskipun menakutkan, di sini Iblis mewujudkan bawah sadar Bruce, yang membara di balik (dan di bawah) ketidakamanan sadarnya. 

Bruce Lee (Jason Scott Lee) dan istrinya, Linda (Lauren Holly), dalam “Dragon: The Bruce Lee Story.” (MovieStillsDB)

Pecinta Bruce Lee menganggap adegan puncak di ruangan cermin dalam film “Enter the Dragon” sebagai puncak spektakuler di layar; untuk drama murni, sulit untuk dikalahkan. Namun, Rob Cohen menggambarkannya sebagai pertempuran Bruce dengan dirinya sendiri, ketakutannya, egonya, dan perjuangannya untuk menemukan kepuasan yang terpisah dari ambisinya dan keterikatannya.

Bruce meninggal sebulan sebelum “Enter the Dragon” dirilis. Anehnya, skenario Rob Cohen menampilkan Bruce melindungi putrinya, Brandon dari Iblis; kenyataannya, Brandon meninggal beberapa minggu sebelum film Cohen dirilis.

Melawan Ego

Seniman bela diri jarang dianggap sebagai atlet seperti pelari cepat atau pelari maraton, yang mengimplikasikan lebih banyak seni dan keahlian dibandingkan keolahragaan. Dan seni, atau upaya untuk mencapainya, meresap dalam hidup Bruce: seni tetap menjadi seorang murid sambil mengajar, seni bangkit setelah setiap kejatuhan, seni membangun keseimbangan sambil merangkul ekstrem, dan seni bertahan melalui rutinitas latihan yang melelahkan sebagai syarat untuk keleluasaan yang dia kagumi saat pertarungan sengit.

Dalam film tentang pertarungan ini, Cohen, didukung oleh skor heroik Randy Edelman, menghabiskan waktu yang cukup lama untuk merenungkan rekonsiliasi. Bruce berdamai dengan kekayaan tiba- tiba dan reputasi yang melambung; dia berdamai dengan keluarga Linda yang sebelumnya rasialis, dengan kemunduran akibat cedera serius, dengan penolakan oleh studio film besar, dan dengan pembalikan keadaan akibat cedera hampir fatal.

(Ki – Kanan) Sutradara Rob Cohen, dibintangi oleh Lauren Holly dan Jason Scott Lee, dengan sinematografer David Eggby di lokasi syuting “Dragon: The Bruce Lee Story.” (MovieStillsDB)

Bruce memperingatkan bahwa kerendahan hati tidak boleh disalahartikan sebagai kelemahan. Tentu, dia belajar bahwa rasisme tidak selalu “kehilangan baju (sepadan untuk dipertaruhkan)”. Tetapi sejalan dengan gaya cerdik Cohen, dalam satu pertarungan sengit dengan seorang pengganggu yang rasialis, Bruce kehilangan bajunya dua kali!

Para Aktor

Dengan tepat, kesederhanaan Jason yang memenangkan perannya. Cohen tahu bahwa aktor Tionghoa akan bersorak-sorai dengan peran itu, menjual dengan keras kewarganegaraan mereka, fisik, dan kecakapan bela diri. Tetapi Jason, setelah melihat beberapa aktor berperan sebagai Bruce dengan buruk, dan waspada terhadap mengolok- olok ingatan Bruce dengan memperparah sandiwara itu, berkata, “Saya rasa Anda salah orang.” Seketika itu juga, Cohen tahu bahwa Jason akan sempurna, dan dalam film ini, dia memang sempurna.

Murid seni bela diri Bruce, Jerry Poteet, yang melatih Jason, memberinya nasihat yang sering diucapkan oleh Bruce: “Melihat berarti tertipu, mendengar berarti diperdaya, tetapi merasakan berarti mempercayai.”

Senyuman menenangkan Jason menggantikan fakta bahwa dia tidak terlihat seperti Bruce sebanyak aktor- aktor yang telah memerankan Bruce sebelumnya. Sebagai gantinya, dia berhasil menangkap semangat yang tak terkalahkan, keceriaan, dan “Chi” Bruce seperti yang tidak ada orang lain yang mampu melakukannya.

Linda, dengan suara latar di akhir, dengan penuh haru memberi penghormatan pada kualitas yang sulit dipahami Bruce ketika dia mengatakan bahwa meskipun banyak yang berspekulasi tentang bagaimana Bruce meninggal, dia lebih suka mengingat bagaimana dia hidup. Pada akhirnya, bukankah itulah yang penting? (sun)

Protes Membisu Kawula Muda di Tiongkok,  Dari “Telentang” hingga ‘Empat Tidak’ 

0

Chen Yuexiu

Baru-baru ini, survei khusus tentang “Status Perkembangan Muda-mudi Guangzhou” yang digelar oleh Komite Kota Guangzhou Liga Pemuda Komunis menunjukkan bahwa hampir 10% mahasiswa dan pekerja muda memenuhi karakteristik “empat tidak”. Empat tidak adalah: Tidak berpacaran, tidak menikah, tidak membeli rumah, dan tidak memiliki anak. Ini adalah gelombang mode baru lainnya di kalangan anak muda di Daratan Tiongkok setelah “involution“, “telentang”, dan “pembiaran”.

Memilih “Empat Tidak” adalah perlawanan diam-diam kaum muda

Selama tiga tahun lockdown epidemi, tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok hampir turun ke level terendah dalam setengah abad ini, tingkat pengangguran kaum muda telah melebihi 20%. Kaum muda modern di RRT tidak melihat adanya harapan, dan tidak dapat melihat masa depan, sehingga penyebaran cepat dari “kaum muda empat tidak”, telah membentuk gelombang demi gelombang arus perlawanan diam nan putus asa.

Artikel “Saat ini fenomena ‘kaum muda empat tidak’ di kota kita sedang marak, direkomendasikan mengambil berbagai langkah untuk memperkuat pembangunan kota yang berorientasi pada pengembangan kaum muda” yang beredar di internet dicurigai dirilis oleh Komite Liga Pemuda Komunis Kota Guangzhou, yang diantaranya mengatakan bahwa dari pengumpulan 15.501 kuesioner yang valid, telah ditemukan, mahasiswa dan pekerja muda yang memenuhi karakteristik “empat tidak” berjumlah 1.215 orang.

Seorang netizen baru-baru ini berkata, “Saya seorang pria muda empat tidak, tidak mencari pacar, tidak menikah, tidak membeli rumah dan tidak menginginkan anak. Modal untuk berpacaran terlalu tinggi sekarang. Semua sikap dan ketulusan harus diakumulasikan dengan uang. Bukannya saya tidak mau bekerja keras, karena kerja keras tidak ada hasilnya. Sekarang involution begitu serius, pemerintahan RRT agak tidak berdaya. Cinta kebapakan paling besar dari saya adalah bahwa saya tidak akan membiarkan anak-anak saya datang ke dunia ini.”

Linghu Changbing (23), yang pergi ke Amerika Serikat pada tahun lalu, mengenang kondisi kehidupan di Tiongkok sebelum mewabahnya COVID-19 yakni pada masa 2019-an, ia mengatakan bahwa bukannya tidak ingin tidak mencari pasangan – membeli rumah – menikah dan punya anak, melainkan ia sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mencapai cita-cita tersebut.

“Waktu itu saya sama sekali belum ada waktu untuk mencari pacar, karena jam kerjanya dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam, bahkan terkadang sampai jam 11 atau 12 tengah malam. liburan setiap bulan hanya sedikit, gaji lebih sedikit lagi, konsumsi sulit, tidak ada interaksi sosial, lebih-lebih jangan berpikir membeli rumah, dan mengatakan bahwa fenomena ‘pemuda empat tidak’ kebanyakan terkonsentrasi di kota, itu justru dikarenakan persaingan di perkotaan semakin ketat.”

Huang Yicheng, seorang pemuda Daratan Tiongkok yang dianiaya karena berpartisipasi dalam “Gerakan Kertas Putih” di Daratan Tiongkok, menunjukkan bahwa banyak rekannya yang lulus dari sekolah Ivy League bergengsi di Amerika Serikat kembali ke Tiongkok dan menjadi “kaum muda empat tidak” yang mendekam di rumah, meskipun latar belakang pendidikannya cukup menonjol, namun saat ini ekonomi Tiongkok merosot dan tingkat pengangguran melejit, mereka juga sangat sulit menemukan posisi mereka sendiri.

Tidak menikah, tidak melahirkan anak, Jumlah Bayi Baru Lahir di Tiongkok Mencapai Titik Terendah Baru

Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Urusan Sipil Tiongkok pada Juni lalu, jumlah pencatatan pernikahan di Daratan Tiongkok pada tahun lalu mencapai 6,833 juta pasang, rekor terendah sejak 1986. Hingga 2022, jumlah bayi baru lahir di Tiongkok telah menurun tajam selama enam tahun berturut-turut, dan pada 2022, jumlah bayi baru lahir telah menurun ke level terendah baru sejak 60 tahun terakhir, hanya 9,56 juta, diperkirakan tahun ini tidak akan melebihi 8 juta anak.

Anak muda yang seharusnya penuh semangat, dipenuhi harapan dan cita-cita memilih untuk tidak menikah hanya karena tidak tahan dengan tekanan hidup. Ma Rui, seorang pemuda dari Hohhot, Provinsi Mongolia Dalam berkata bahwa saat ini anak muda tidak lagi bisa dibodohi, kehidupan sendiri saja sulit untuk dilewati, jika memiliki anak, lalu bagaimana saya bisa merawat mereka.

Ma Rui berkata: “Generasi sebelumnya lantaran dicuci otak oleh Mao Zedong (dibaca: mao ce tung), harus memiliki banyak anak dan menganggap perempuan sebagai alat reproduksi saja, dan ketika mereka merasa jumlahnya sudah cukup, lalu mereka menerapkan kebijakan keluarga berencana. Anak muda saat ini mungkin telah menyaksikan banyak hal, dan tidak mau lagi diarahkan oleh nilai-nilai partai komunis, atau rumor yang disebarkan oleh media berita, mereka hanya percaya pada kenyataan, dapat menjalani kehidupan sendiri dengan baik sudah cukup, mengenai menikah atau tidak, biarlah mengikuti keadaan secara wajar.”

Tuan Gao dari Shenzhen (36) hingga kini belum menikah, ia menyatakan, “Beberapa tahun lalu, para bibi saya sering mendesak-desak, tetapi mereka sekarang tidak lagi mendesak saya, mereka menyuruh saya menjaga diri sendiri dan mengatur kesehatan tubuh sendiri sudah cukup.”

Tuan Liu, penanggung jawab ruang biliar di Provinsi Guangdong menyatakan: “Ketika Anda menikah dan memiliki anak, Anda diperbudak oleh orang lain. Karena kawula muda zaman sekarang melihat usia mereka yang belia dan melihat bahwa mereka tidak tahu bagaimana berbicara, tetapi mereka sangat memahami di dalam hati, dan menyadari bahwa mereka adalah budak, mereka adalah obyek yang disalah-gunakan. Mereka tidak ingin bekerja, tidak ingin menikah dan punya anak, mereka tidak mau melakukan apa-apa lagi, mereka mengerti dengan sangat baik.”

Meningkatkan indeks kebahagiaan Anak muda tidak mau menjadi budak rumah dan tidak membeli rumah

Sebuah postingan yang beredar luas di Daratan Tiongkok tertulis: Anda menghasilkan 20.000 yuan sebulan, Anda dahulu memiliki pinjaman selama 30 tahun dan tidak mampu lagi membeli apartemen dua kamar tidur di kota lapis kedua, misalnya sudah terlanjur beli masih harus mengalami penurunan harga, keuangan keluarga amat sangat rapuh, satu keluarga tiga orang semua harapan ditumpukan pada ujian masuk perguruan tinggi anak dan real estat. Sekarang Anda menghasilkan 20.000 RMB sebulan, jika Anda mengubah gaya hidup Anda, Anda akan menemukan bahwa 20.000 RMB adalah jumlah uang yang sangat besar, apabila Anda membelanjakan semuanya setiap bulan, Anda akan dapat meningkatkan indeks kebahagiaan Anda, asalkan Anda mengenali dengan tepat tiga prasyarat utama yakni ‘tidak beli rumah, tidak menikah dan tidak memiliki anak’.

Tuan Gao dari Shenzhen berkata: Saya dulu kenal sepasang suami-istri dengan pendapatan tinggi, dan mereka membeli rumah seharga beberapa juta yuan, dengan pendapatan yang stabil, mereka dapat melunasi hipotek, serta kehidupan kecil mereka tidak buruk. Tetapi sekarang lingkungan ini memburuk dan pekerjaan hilang, maka bank akan memutus pasokan, semua pembayaran dalam beberapa tahun terakhir telah tiada, tidak ada apa-apa lagi, apalagi orang-orang seperti kita.”

Sulit mencari pekerjaan, menghadapi pengangguran setelah lulus

Foto kelulusan beberapa mahasiswa tahun ini tidak lagi dengan bangga menunjukkan sertifikat kelulusan mereka, juga tidak dengan senang hati melemparkan topi wisuda mereka ke udara, sebaliknya ditampilkan beraneka ragam gaya ‘pembiaran’ dan ‘telentang’.

“Sulit mencari pekerjaan setelah lulus tahun ini? Baiklah! saya akan melakukan pembiaran, tinggal di rumah dan menonton TV sepanjang hari.” Tulis seorang netizen yang sedang berjuang mencari pekerjaan.

Ada netizen yang menulis: “Saya merasa masa muda saya benar-benar tidak berharga sama sekali, dan saya terus bertanya-tanya mengapa saya hidup, terasa sangat mati rasa!”

Penyanyi country ala Daratan Tiongkok Li Zhi menyanyikan lagu “Mereka They”, dengan lirik: “Mereka menunjuk ke kiri, mereka menunjuk ke kanan, mereka memiliki rumah besar sepanjang hidup mereka; kami tidak boleh mengatakan, kami tidak boleh melakukan, betapa indahnya kehidupan kami; kami tidak membuat onar, kami tidak gantung diri, begini saja masih tidak termasuk tulus dan jujur.”

Pada 2016, Alice Iron, yang lulus dari perguruan tinggi teknik di Chengdu, Provinsi Sichuan, jurusan arsitektur, mengakui dirinya sebagai “pemuda empat tidak”, dan pada 2019, ia bekerja di sebuah perusahaan real estate kecil di Chongqing. Ia berkata: “Tahun 2020 baik-baik saja. Sejak 2021, gaji subkontraktor mulai ditunggak, demikian pula, gaji karyawan unit A kami juga ditunggak. Selama periode ini, juga ada PHK, dan PHK pertama adalah insinyur lanskap. Kemudian pada paruh kedua 2022 mulai menunggak gaji, saya sejak awal sudah tak tahan dengan tunggakan gaji, lalu saya mengundurkan diri.” 

“Enam bulan selanjutnya adalah hari mencari kerja dengan penuh susah payah, dan awalnya saya ingin masuk BUMN, tapi belakangan asalkan diterima perusahaan apa saja sudah cukup. Orang tua saya setiap hari memaksa saya untuk mengikuti ujian umum, ujian kejuruan dan ujian wajib militer, pelamar profesional dari kejuruan saya luar biasa banyak, pada dasarnya 200 – 300 orang bersaing untuk mendapatkan satu pekerjaan, tetapi saya gagal lulus setelah dua tahun ikut ujian.”

Resesi ekonomi Tiongkok membuat kaum muda tidak melihat harapan

Lin Zhou (nama samaran), mantan reporter sebuah surat kabar di Daratan Tiongkok menyatakan, “Ekonomi Tiongkok sudah dalam resesi, terutama masalah pekerjaan bagi kaum muda sangat serius. Anda bekerja keras juga tidak bisa, ini adalah kenyataan dari hidup di Tiongkok, dan sangat menyedihkan. Kaum muda empat-tidak adalah manifestasi dari sejenis telentang. Mentalitas seperti ini telah mengubah sikap kehidupan sebelumnya, maka itu ia tidak dapat melakukan keseluruhan pekerjaannya, maka lantas langsung merebah telentang.”

Huang Jinqiu, seorang profesional media senior di Tiongkok menyatakan bahwa bonus dari reformasi dan keterbukaan di masa lalu telah sirna. Sedangkan kebijakan sekarang kebanyakan harus kembali ke era ekonomi terencana Mao Zedong, maka banyak anak muda tidak melihat adanya harapan.

Huang Jinqiu berkata: “Lingkungan saat ini adalah modal asing dan perusahaan asing sedang hengkang, hubungan RRT-AS juga tidak terlalu baik, dan Eropa pun ingin decoupling (melepaskan keterkaitan ekonominya) dari Tiongkok. Perusahaan swasta dan banyak orang kaya Tiongkok juga telah pergi ke Amerika Serikat. Ada banyak anak muda dan kelas menengah juga menempuh jalur imigran gelap dari Amerika Selatan menyelundup ke Amerika Serikat.”

Huang Jinqiu percaya bahwa dalam keadaan seperti itu, kaum muda merasakan bahwa berjuang pada akhirnya hanya bisa menjadi korban sistem ekonomi di Tiongkok. Hanya bisa menjadi manusia kelas paria, selesai berjuang toh juga akan menjadi manusia kelas paria, jadi tidak ada artinya, maka banyak anak muda lantas memilih telentang.

Ji Feng, seorang komentator politik di Beijing menyatakan bahwa banyak teman artisnya di Songzhuang bahkan tidak mampu membayar uang sewa rumah, jadi mereka tak henti-hentinya pindah ke arah Provinsi Hebei dan Yanjiao (kota di sebelah timur tak jauh dari Beijing. Red.). Karena lukisannya tidak laku dijual, begitu ekonominya berantakan, maka tidak ada bos yang membeli lukisan, jadi sang pelukis tak mampu bertahan hidup, apa lagi yang bisa dilakukannya, selain pergi ya tetap harus pergi, saat ini bisa bertahan hidup saja sudah lumayan baik. 

“Coba Anda bertanya kepada kaum muda secara pribadi, kebanyakan dari mereka akan memberi tahu Anda bahwa mereka sudah putus asa terhadap era ini. Mereka sudah tidak dapat lagi melihat harapan, tidak ada harapan sama saja dengan putus harapan, apabila kita masih seperti ini, mungkin dua atau tiga generasi setelah generasi ini tetap tidak memiliki solusi.”

Kaum muda Tiongkok telah kehilangan kepercayaan diri akan masa depan dan tidak melihat harapan, tetapi mereka juga tidak berdaya untuk mengubah situasi ini. Oleh karena itu, mereka hanya dapat melampiaskan ketidakberdayaan dan ketidakpuasan diri melalui “telentang”, “pembiaran” dan “empat tidak”. Seperti yang dikatakan oleh Zhang Ailun, seorang mahasiswi internasional di University of Sydney di Australia: “Ini dapat dianggap semacam revolusi! Semacam perlawanan kaum muda dalam situasi keputus-asaan! Ini mirip dengan jenis non-kooperasi, tetapi juga tidak melawan. Karena semua orang mengetahui bahwa perlawanan itu terlalu sulit, revolusi pertumpahan darah terlalu sulit.” (Lin/Whs)

Kebakaran di Yunani Menyebar Luas, Pesawat Pemadam Hingga Darurat di Sisilia, Italia

Di Yunani, yang dilanda kebakaran hutan, pada 25 Juli dilaporkan terjadi bahwa sebuah pesawat pemadam kebakaran jatuh. Selain itu, kebakaran hutan juga terjadi di negara tetangga Italia, Kroasia, Turki, dan negara lain, serta beberapa bandara terpaksa ditutup.

oleh Ren Hao

Gelombang panas terus melanda Yunani pada  25 Juli.  Suhu kembali melonjak hingga 40 derajat Celcius. Angin kencang meniup udara kering dan panas, membuat kebakaran hutan terus menyebar serta meluas hingga membuat api semakin sulit dikendalikan.

Pemerintah terpaksa mengevakuasi lebih banyak penduduk dari Corfu dan Evia dalam semalam.

Juru bicara pemerintahan Yunani Pavlos Marinakis berkata : “Sudah 12 hari berturut-turut, dan lebih dari 50 kebakaran baru terjadi setiap hari. Artinya, lebih dari 600 kebakaran hutan telah terjadi selama periode ini.”

Pada 25 Juloi, sebuah pesawat amfibi yang terlibat dalam pemadaman kebakaran di Pulau Evia tiba-tiba miring ke kanan setelah menyemburkan air dan jatuh di hutan, api dan asap tebal mengepul dari tempat kejadian.

Angkatan Udara telah mengirimkan helikopter untuk operasi penyelamatan dan mencari dua pilot di dalamnya.

Saat ini, setidaknya 10 negara Uni Eropa  telah mengirimkan 500 petugas pemadam kebakaran, 100 truk pemadam kebakaran, dan 7 pesawat pemadam kebakaran untuk bergabung dengan badan pemadam kebakaran lokal di Yunani. Israel, Mesir, dan negara lain juga telah mengirimkan tim pemadam kebakaran untuk mendukung mereka.

Pada  25 Juli, suhu tertinggi di Sisilia, Italia mendekati 48 derajat Celcius. Kebakaran hutan terjadi di dekat banyak kota  dan sejumlah besar turis segera melarikan diri.

Kebakaran hutan melahap pepohonan di sepanjang beberapa jalan raya di ibu kota, Palermo. Saat api menyebar ke sekitar bandara, Bandara Palermo ditutup sementara pada 24 Juli.

Selain itu, kebakaran hutan terjadi di wilayah Dubrovnik di resor Adriatik di Kroasia dan Kemer, kota resort Mediterania di Turki dan sejumlah besar penduduk dievakuasi.

Afrika, di pantai selatan Laut Mediterania, juga tak luput dari  kebakaran hutan. Aljazair memberi tahu pada tanggal 25 bahwa kebakaran telah menewaskan 34 orang, termasuk 10 tentara yang membantu evakuasi orang-orang. Setidaknya 197 lainnya terluka.

Saat ini, Aljazair telah mengerahkan sekitar 8.000 petugas pemadam kebakaran dengan melibatkan 530 mobil pemadam kebakaran. (Hui)

Pew Research Center : Separuh Orang AS Memandang Pemerintahan Partai Komunis Tiongkok Sebagai Ancaman Terbesar Bagi Amerika Serikat 

oleh Li Xin

Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga think tank Amerika Pew Research Center menunjukkan bahwa setengah dari responden orang Amerika memandang pemerintah komunis Tiongkok sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat.

Pada Kamis (27 Juli) Pew Research Center merilis sebuah hasil survei yang menunjukkan bahwa ketika ditanya secara terbuka soal negara mana yang dianggap sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat, 50% responden memilih pemerintah komunis Tiongkok. Angka ini hampir mencapai 3 kali lipat lebih banyak dari responden yang menjawab Rusia (17%).

4% responden lainnya percaya bahwa tidak ada negara di dunia yang menjadi ancaman terbesar bagi Amerika Serikat.

Hanya 2% orang Amerika yang menganggap Korea Utara sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat, dan 2% lainnya menganggap bahwa ancaman terbesar bagi Amerika Serikat adalah Amerika Serikat sendiri.

Selain Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Amerika Serikat sendiri, tidak ada negara lain yang dianggap oleh lebih dari 1% responden AS sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat. Hampir seperempat responden (24%) tidak menjawab, tetapi hal ini biasa terjadi pada pertanyaan yang terbuka.

Meskipun sulit untuk membandingkan tanggapan dari tahun ke tahun, tetapi “Orang Amerika tidak selalu memandang Tiongkok sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat”, Demikian laporan tersebut mencatat. Ketika Pew Research Center terakhir kali menanyakan pertanyaan semacam itu pada 2019, jumlah persentase yang menganggap Tiongkok atau Rusia adalah ancaman terbesar bagi Amerika Serikat adalah setara. Pada 2014, ancaman terbesar di mata orang Amerika adalah Rusia. Pada 2007 adalah Iran.

Pew RC menambahkan bahwa survei tersebut mencerminkan bahwa pandangan orang Amerika terhadap Tiongkok menjadi semakin negatif dari waktu ke waktu, terutama sejak tahun 2020. Jajak pendapat tersebut berlangsung antara 20 – 26 Maret 2023, yang diikuti oleh lebih dari 3.500 orang dewasa AS.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa meskipun masih ada perbedaan partisan dan ideologis mengenai masalah ini, baik Partai Demokrat maupun Republik sekarang percaya bahwa pemerintah komunis Tiongkok adalah ancaman terbesar yang dihadapi Amerika Serikat. Partai Republik dan independen yang condong ke Republik merupakan bagian terbesar, yakni mencapai 63%, dibandingkan dengan Demokrat dan independen condong ke Demokrat yang hanya 40%.

Selain itu, ada perbedaan usia dan jenis kelamin. Sekitar 61% orang Amerika berusia 65 tahun ke atas percaya bahwa Tiongkok adalah ancaman terbesar yang dihadapi AS, dibandingkan dengan 36% orang Amerika berusia 18 hingga 29 tahun yang tidak menganggap sebagai ancaman. Responden pria juga lebih cenderung memandang Tiongkok sebagai ancaman terbesar dibandingkan dengan wanitanya, masing-masing berbanding 59 : 42.

Selain itu, dalam menanyakan kepada responden soal negara mana yang mereka yakini sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat, para instruktur juga meminta responden untuk menyertakan pertimbangan dari perspektif ekonomi dan keamanan nasional.

Hampir semua responden yang memandang Tiongkok sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat percaya bahwa Tiongkok setidaknya merupakan ancaman yang cukup besar bagi ekonomi dan keamanan nasional AS. Sekitar 1/3 responden percaya bahwa pemerintah komunis Tiongkok yang menimbulkan ancaman besar bagi ekonomi dan keamanan nasional AS. (sin)