Home Blog Page 686

Gelapnya Pengapalan Tiongkok, Mengaktifkan Kriminalitas dan Militerisme

0

Anders Corr

Penimbunan data geolokasi kapal Beijing adalah indikator lain dari rencana masa depan Beijing untuk menggunakan pelayaran komersial untuk tujuan militer. Amerika Serikat dan sekutunya harus menuntut lebih banyak transparansi.

Armada pelayaran Tiongkok dihentikan sementara waktu, berpotensi membahayakan transportasi maritim, dan menyebabkan masalah besar bagi manajer rantai pasokan dan koordinator pengiriman saat mereka berjuang untuk memetakan arus pengiriman di pelabuhan Tiongkok dengan data yang tidak memadai. 

Beijing diduga memberlakukan penghentian tersebut karena masalah keamanan nasional, yang menunjukkan bahwa Beijing akan terus secara ilegal menggunakan armada pelayaran komersial miliknya untuk tujuan militer. Tetapi penghentian geolokasi kapal juga dapat membantu penangkapan ikan ilegal secara besar-besaran oleh armada Tiongkok.

Taktik “zona abu-abu” Beijing—–seperti mengelilingi pulau yang direncanakan Beijing untuk diambil oleh milisi maritimnya yang menyamar sebagai kapal penangkap ikan—–bersama-sama dengan penjaga pantai Tiongkok dan kemudian lebih jauh, bersama-sama dengan Angkatan Laut Tiongkok, yang disebut strategi “kubis.” 

Armada penangkap ikan Tiongkok–—misalnya, kapal pemukat cumi-cumi pada malam hari yang ilegal itu–—seringkali mematikan automatic identification system (AIS) saat sedang menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif negara-negara lain.

Yang lebih mengejutkan, strategi Beijing untuk meluncurkan rudal dari kargo peti kemas dapat dikatakan merupakan suatu pelanggaran Law of Naval Warfare.

AIS menyediakan data geolokasi kepada masyarakat dunia untuk keselamatan kapal, pelacakan kapal, dan logistik kapal. Ketika Beijing malahan mematikan penerima AIS yang berbasis di pantai Tiongkok dan transponder yang berbasis di kapal, untuk memfasilitasi agresi militer atau pencurian sumber daya ekonomi di Zona Ekonomi Eksklusif negara-negara lain, hal tersebut tidak hanya tidak etis, tetapi kadang melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut.

Membatasi akses ke data AIS  secara efektif membatasi pengetahuan masyarakat mengenai kriminalitas yang disponsori negara.

Tindakan keras keamanan nasional Beijing yang baru  terhadap berbagi data dengan pihak asing akan memfasilitasi penggunaan pelayaran komersial Beijing untuk tujuan kejahatan dan militer. Aturan Keamanan Informasi Partai Komunis Tiongkok sekarang melampaui perusahaan teknologi konsumen, seperti perusahaan ride-hailing Didi Chuxing, untuk mempengaruhi jarak penglihatan kapal yang dekat dengan pantai Tiongkok dalam apa yang seharusnya dilihat sebagai sebuah bahaya bagi pelayaran, sebuah anugerah bagi kriminalitas, dan sebuah ancaman bagi perdagangan dan perdamaian.

Beijing Menurunkan Penyediaan Data Maritim Komersial

Jumlah data AIS yang melakukan geolokasi kapal-kapal di dekat Tiongkok dan  didistribusikan ke pihak-pihak asing telah anjlok karena ketakutan spionase yang tampaknya mendorong tindakan keras oleh Partai Komunis Tiongkok. 

Penerima AIS terestrial titik-tetap di garis pantai dan perairan pedalaman Tiongkok, yang dulunya mengirimkan lokasi kapal terdekat puluhan kali per menit, kini kebanyakan gelap. Hal ini memaksa masyarakat internasional untuk bergantung pada data satelit yang hanya menyediakan lokasi sebuah himpunan bagian dari  kapal yang memiliki perlengkapan terbaik, yang sangat jarang ada.

Menurut analis intelijen maritim, Lloyd’s List Jean-Charles Gordon, “kami hanya mendapatkan beberapa titik data per jam dari satelit versus terestrial yang mengumpulkan data setiap beberapa detik.”

Cichen Shen dari Lloyd’s List mencatat dalam sebuah artikel bahwa “Tiongkok masih menangkap semua sinyal AIS meskipun tidak membagikan sinyal tersebut.”

Cichen Shen percaya bahwa kesenjangan data AIS yang berkelanjutan dapat menyebabkan sakit kepala dan bahaya bagi perusahaan asing yang berupaya memantau armadanya atau perusahaan asing yang mengandalkan arus perdagangan di perairan Tiongkok karena hilangnya sebuah arak pandang.”

Kegagalan untuk menyediakan perusahaan pelayaran asing dengan sebuah lapangan permainan yang merata akan menempatkan perusahaan itu, pada sebuah posisi yang kurang menguntungkan di pasar pengiriman Tiongkok, dan dapat dikatakan merupakan sebuah pelanggaran aturan-aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). 

The Financial Times meringkas pandangan Anastassis Touros, yang memimpin tim AIS di MarineTraffic, bahwa “penurunan jarak pandang akan cenderung menyebabkan lebih banyak kemacetan di pelabuhan Tiongkok, yang memang telah macet di tengah cuaca buruk dan gangguan terkait pandemi, karena akan menjadi lebih sulit untuk mengatur waktu kedatangan kapal dengan periode lalu-lintas yang rendah.”

Beijing Mengira Mata-mata Menggunakan Data Miliknya

Yang bersalah, menurut Cichen Shen, adalah sebuah Hukum Perlindungan Informasi Pribadi yang baru yang mulai berlaku pada 1 November. Cichen Shen menggambarkan hukum tersebut sebagai “bagian upaya legislatif Tiongkok untuk mengendaikan bagaimana dan apakah data kedaulatan miliknya dapat diakses oleh organisasi di dalam negeri dan di luar negeri.”

The Times menggambarkan perlindungan data baru oleh rezim Tiongkok sebagai pembatasan informasi sensitif di luar negeri, melalui persyaratan terlebih dahulu pemeriksaan transmisi data penting melalui sebuah penilaian keamanan oleh pengawas data Tiongkok.

The Times mengutip media pemerintah Tiongkok yang memperingatkan, mengenai stasiun AIS di pesisir Guangdong, bahwa “intelijen yang diekstraksi dari data ini membahayakan keamanan ekonomi Tiongkok dan kerugiannya tidak dapat diabaikan.”

Menurut The Times, “Pihak berwenang yang diwawancarai dalam laporan tersebut mengatakan badan-badan intelijen asing, perusahaan dan lembaga pemikir menggunakan sistem ini untuk mengawasi kapal militer Tiongkok dan menganalisis aktivitas ekonomi dengan melakukan survei lalu-lintas kargo.”

Penurunan Transmisi Data Kapal Tiongkok yang Dramatis

Lloyd’s List mencatat bahwa penyedia data Tiongkok sedang mematikan transmisi AIS miliknya untuk pihak asing untuk berjaga-jaga jika mereka dapat dipertimbangkan dalam pelanggaran aturan baru. Dilaporkan, untuk minggu pertama November, 12 persen lebih sedikit posisi AIS yang tercatat di Zona Ekonomi Eksklusif Tiongkok, yang biasanya memanjang 200 mil laut dari garis pantai.

Menurut The Times, jumlah sinyal AIS yang dikurangi dari kapal di perairan Tiongkok dari 15 juta per hari di Oktober, menjadi hanya lebih dari 1 juta pada awal bulan November.

Manajer rantai pasokan pengiriman internasional kini akan menemukan pihaknya jauh lebih  sulit untuk merencanakan rute pengiriman, logistik, dan pengeluaran barang-barang di pelabuhan Tiongkok. Tetapi jika larangan itu diperluas lebih jauh, hal itu dapat sangat membahayakan pengiriman dan melanggar komitmen internasional Beijing. Sekutu Tiongkok  dapat mengikuti, memperluas degradasi yang sebelumnya tersedia secara bebas bagi pengiriman data secara global.

Menurut Greg Poling, seorang ahli hukum maritim di Center for Security and International Studies, “Vietnam tidak memberi banyak data AIS yang berbasis di pantai untuk penyedia komersial sehingga di perairan Vietnam kami sepenuhnya bergantung pada satelit.”

Menurut Profesor James Kraska, yang memiliki jabatan ganda di Perguruan Tinggi Perang Angkatan Laut Amerika Serikat dan Universitas Harvard, “AIS adalah sarana utama” untuk jarak pandang bagi pergerakan kapal global, dan diperlukan oleh International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS) untuk kapal-kapal minimal 300 gross ton. Profesor James Kraska mengatakan bahwa “mematikan AIS membuat kewaspadaan domain maritim menjadi lebih menantang.”

Sebagian besar kapal Tiongkok di dekat pantai Tiongkok telah mempertahankan transponder AIS mereka, menurut Greg Poling.

Transponder, yang juga dikenal sebagai pemancar-penerima, dapat menerima dan mengirim data geolokasi. Hal ini membuat transponder terlihat oleh satelit-satelit dan dapat menyiarkan posisi transponder tersebut ke kapal-kapal lain di dekatnya.

Tetapi beberapa kapal menggunakan pemancar yang lemah dan hanya dapat dilihat oleh penerima yang berbasis di pantai, bukannya satelit.

Analisis data satelit oleh lembaga nirlaba Global Fishing Watch menunjukkan bahwa kapal penangkap ikan ilegal dari Tiongkok dan Korea Utara mematikan, atau gagal untuk menempatkan transponder AIS. 

Karena Beijing sedang mematikan aliran-aliran data AIS Tiongkok ke pihak-pihak asing di lebih banyak tingkat sistematis, manajer pelayaran internasional harus mengirim pengapalan masuk dan keluar dari pelabuhan Tiongkok dengan sedikit informasi mengenai kondisi lalu-lintas maritim setempat daripada yang mereka lakukan sebelumnya. Akademisi dan pihak-pihak yang tidak mendapat keuntungan terkait dengan penangkapan ikan yang berlebihan dan milisi perikanan yang dilengkapi dengan militer dan disubsidi oleh Beijing, akan memiliki lebih sedikit data yang diperlukan untuk melacak dan mempublikasikan pelanggaran yang dilakukan Beijing.

Tidak ada alasan teoretis bagi Beijing untuk menghentikan larangan data Tiongkok di AIS terestrial. Hampir dengan mudah, atas nama keamanan nasional, Beijing membatasi transmisi lokasi maritim industri pelayarannya yang  ditransmisikan oleh satelit atau kapal-kapal itu sendiri, di mana saja di seluruh dunia.

Sedangkan pemancar AIS pelayaran Tiongkok secara umum belum mematikan penerima asing, ini adalah sebuah kemungkinan yang harus direncanakan karena hubungan yang memburuk antara Beijing dengan sebagian besar negara lainnya di seluruh dunia, dan pendekatan palu godam ala Partai Komunis Tiongkok, di mana sebuah pisau bedah mungkin sudah cukup.

Profesor Salvatore Mercagliano di Universitas Campbell menulis bahwa sebuah persyaratan oleh Beijing bahwa kapal-kapal mematikan AIS mereka, jika Beijing memperpanjang larangan data mereka dengan cara ini, akan menjadi sebuah pelanggaran komitmen internasional oleh Tiongkok.

Menurut Para Ahli, Pemadaman AIS oleh Tiongkok Adalah Tidak Berbahaya

“Pemadaman yang diberlakukan oleh kesepakatan Republik Rakyat Tiongkok dengan relay dan transmisi dari pantai data AIS ,” tulis Profesor Salvatore Mercagliano. 

“Kapal-kapal masih menyiarkan dan kapal mana pun dapat menanyakan kapal yang lain, jadi tidak ada kekhawatiran mengenai bahaya navigasi. Apa yang terjadi dengan AIS, adalah bahwa ada operator pantai yang memiliki penerima yang mengumpulkan data AIS.”

Penerima-penerima yang berbasis di pantai Tiongkok di masa lalu membagikan data AIS yang mereka kumpulkan dengan pengumpul data internasional seperti Marine Traffic, IHS Markit, dan Windward, menurut Greg Poling.

Sekarang sumber-sumber data tersebut memiliki lebih sedikit data. “Masalahnya adalah kualitas informasi,” tulis Profesor Salvatore Mercagliano. “Hilangnya data ini menyulitkan ekspedisi-ekspedisi muatan dan para pengirim barang-barang untuk melacak kargo dan melakukan koordinasi unsur-unsur rantai pasokan.”

Greg Poling menulis bahwa “alasan pemadaman AIS bukanlah sebuah ancaman bagi keselamatan navigasi adalah bahwa kapal-kapal belum benar-benar menghentikan penyiaran.” Dan bahwa “pihak berwenang Tiongkok baru saja melarang penjualan AIS yang berbasis di pantai ke perusahaan komersial di luar negeri.”

Penerima yang berbasis di pantai dan nahkoda masih melihat kapal-kapal tersebut, menurut Greg Poling. Kapal-kapal tersebut juga dapat saling melihat ketika kapal-kapal tersebut berada dalam jangkauan, yang bervariasi tergantung pada kualitas transmisi dan perangkat-perangkat penerimaan dari kapal-kapal tersebut.

Bahwa data yang berbasis di pantai Tiongkok kini ditimbun dan disembunyikan, bukannya berbagi dengan platform-platform pengumpulan data internasional “membuat agak lebih sulit bagi banyak perusahaan pelayaran dan  asuransi untuk melacak kapal-kapalnya saat kapal berada dekat pelabuhan Tiongkok untuk keperluan perencanaan logistik dan sejenisnya (tetapi mereka dapat melihatnya dengan baik di tempat lain melalui satelit),” tulis Greg Poling, “dan hal itu membuat sedikit lebih sulit bagi kita di dunia akademis untuk mengawasi aktivitas Tiongkok (tetapi sekali lagi, kita masih memiliki data yang berbasis di satelit dan data yang berbasis di pantai dari semua negara-negara yang memiliki pantai).

Greg Poling mengakui bahwa masing-masing kapal Tiongkok dapat mematikan pemancar-pemancar AIS miliknya, tetapi mengklaim bahwa tidak ada bukti sistematis bahwa kapal-kapal tersebut  melakukannya. 

Greg Poling mengatakan bahwa Angkatan Laut Tiongkok dan penjaga pantai Tiongkok tidak berada di bawah pengawasan kewajiban hukum untuk menjaga  AIS sehingga mereka kadang dapat menghentikan AIS.

“Tetapi kami tidak melihat bukti bahwa kapal komersial atau milisi [maritim Tiongkok] secara sistematis mematikan AIS. Alasan kapal komersial atau milisi [maritim Tiongkok] menghilang dari platform-platform komersial saat semakin jauh dari pantai Tiongkok adalah bahwa sebagian besar kapal komersial atau milisi [maritim Tiongkok] dilengkapi dengan penerima Kelas-B yang lebih lemah, bukannya pemancar Kelas-A yang disyaratkan oleh Organisasi Maritim Internasional untuk transit internasional.”

Pemancar-penerima Kelas-B yang lebih lemah kadang tidak dapat didaftarkan oleh satelit-satelit sehingga hanya terlihat dari pantai atau kapal jika jaraknya cukup dekat, menurut Greg Poling. “Hukum domestik Tiongkok mewajibkan AIS di semua kapal untuk keamanan, jadi kapal penangkap ikan mendapatkan pilihan termurah untuk mencentang kotak itu.”

Gelapnya Pengapalan Tiongkok Meningkatkan Ketegangan Internasional

Penurunan jarak pandang kapal komersial di dekat Tiongkok adalah sebuah tindakan yang dipaksakan sendiri dan efek lanjutan dari agresi militer Beijing yang meningkat. Sebagai bagian agresi ini, Partai Komunis Tiongkok telah berusaha menyembunyikan kegiatan militernya, di belakang kapal-kapal penangkap ikan diperkuat dengan baja, yang sebenarnya adalah sebuah milisi maritim dan perpanjangan Angkatan Laut Tiongkok.

Mungkin ini menjelaskan mengapa Tiongkok, adalah satu-satunya negara yang melihat rilis data AIS  dekat pantai miliknya sebagai sebuah ancaman keamanan nasional.

Namun, negara  demokrasi menggunakan tipu muslihat ini, dan mengembangkan cara-cara baru untuk mengidentifikasi yang mana dari ribuan kapal penangkap ikan Tiongkok yang terkait dengan milisi maritim, dan kapal mana yang bukan.

Penelitian yang dilakukan Greg Poling sendiri, dilakukan dengan rekan penulis Tabitha Grace Mallory, Harrison Prétat, dan dalam hubungannya dengan Pusat untuk Studi-Studi Pertahanan yang Canggih, telah menggunakan data AIS sebagai indikator keanggotaan sebuah kapal tertentu  dalam milisi maritim. 

“Fotografi dan video di tempat, serta pengumpulan data AIS kapal-ke-kapal, menawarkan potensi terbesar untuk secara langsung mengidentifikasi kapal-kapal milisi dan mendokumentasikan perilaku kapal-kapal milisi itu,” menurut penelitian Greg Poling, yang diterbitkan pada 18 November. 

“Keduanya meningkatkan peluang-peluang untuk penelitian lanjutan dan menciptakan sebuah dampak langsung dengan mengungkapkan ukuran, ruang lingkup, dan aktivitas milisi kepada khalayak luas dengan sebuah cara yang meyakinkan.”

Beijing cenderung merasa terganggu. Penggunaan aslinya dari kapal penangkap ikan, milisi, dan aset-aset Angkatan Laut lainnya untuk tujuan agresif menyebabkan sebuah tingkat pengawasan internasional yang lebih tinggi, termasuk pemeriksaan akademik data Sistem Identifikasi Otomatis dari kapal-kapal milisi, yang oleh Beijing disebut spionase. Pembenaran keamanan nasional itu menyebabkan Keamanan Informasi yang  berlebihan oleh Beijing yang akan membuat impor dan ekspor ke Tiongkok lebih sulit.

Cakupan Lloyd’s List mengenai pemadaman AIS mengutip sebuah kasus spionase di sektor pengiriman yang “telah menambah kekhawatiran” penyedia-penyedia data Tiongkok yang mengarahkan mereka untuk memutuskan transmisi data mereka sebagai antisipasi.

“Sebuah ‘konsultasi asing’ yang tidak disebutkan namanya dikatakan telah ditangkap oleh Kementerian Keamanan Negara pada Mei karena menyediakan ‘agen mata-mata’ rekan senegaranya dengan data pengiriman dan kargo yang diperoleh dari mitra-mitra  bisnisnya di Tiongkok,” menurut Lloyd’s List.

Ketika ditanya apakah penelitiannya dan penelitian-penelitian sebelumnya telah menyebabkan tindakan keras yang dilakukan Beijing terhadap Sistem Identifikasi Otomatis terestrial di Tiongkok, Greg Poling menjawab, “Saya pikir hal itu cenderung bahwa seluruh pekerjaan dari kami dan orang-orang lain di Vietnam mungkin berkontribusi pada alasan keamanan nasional. Tetapi saya pikir pemicu yang terdekat awal bulan ini (sebelum ada orang di Tiongkok yang tahu mengenai laporan kami) adalah hukum keamanan informasi yang baru.”

Dengan demikian Amerika Serikat, Tiongkok, dan sekutu-sekutu mereka tampak seperti sebuah  spiral ketidakamanan yang klasik dan ketakutan akan jenis tersebut yang meningkatkan  kemungkinan konflik militer.

“Apa yang baru saja dilakukan Republik Rakyat Tiongkok itu adalah buruk, bertentangan dengan tren global dari praktik dan kemajuan yang terbaik, dan merupakan bagian situasi yang sangat buruk yang lebih  dari opasitas dan merusak aturan dan norma internasional di bawah Xi [Jinping],” menurut salah satu sumber militer Amerika Serikat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Agresi dan ketakutan Tiongkok secara ekonomi memisahkan diri, atau lebih buruk lagi, dalam sebuah erosi sistem perdagangan internasional yang dapat menjadi sebuah tujuan proporsi kepahlawanannya sendiri, dan bagian sebuah spiral yang mengarah ke bawah karena saling kecurigaan terhadap konflik militer. (Vv)

Helikopter Militer Jatuh, 13 Orang Tewas Termasuk Seorang Jenderal Top India

Zhao Fenghua dan Shang Jing 

Helikopter yang membawa Kepala Staf Pertahanan India Jenderal Bipin Rawat jatuh di India selatan pada Rabu (8/12/2021). Insiden itu menewaskan Rawat, istrinya, dan 11 orang lainnya.

Angkatan Udara India mengatakan helikopter itu adalah jenis Mi-17 V5 buatan Rusia yang dibawa oleh komandan militer India dan Kepala Staf Pertahanan Bipin Rawat jatuh di dekat Kunor di Tamil Nadu.

Dari 14 orang di heli tersebut, 13 tewas, termasuk Rawat dan istrinya, asisten pertahanan kepala staf, komando keamanan dan beberapa personel angkatan udara.

Pejabat India telah memerintahkan penyelidikan atas penyebab kecelakaan itu.

Rawat berusia 63 tahun. Pada 2019, ia menjadi kepala staf pertahanan pertama India. Tugas posisi ini adalah mengintegrasikan operasi militer gabungan angkatan darat, laut, dan udara.

Perdana Menteri India Modi mentweet pada Rabu: “Jenderal Rawat adalah seorang prajurit yang luar biasa. Sebagai seorang patriot sejati, dia telah memberikan kontribusi besar untuk modernisasi angkatan bersenjata dan institusi keamanan kita. Wawasannya tentang isu-isu strategis Kekuatan dan perspektifnya luar biasa, dan kepergiannya membuatku sangat sedih.”

Saat ini, satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan udara itu sedang dirawat di rumah sakit militer. (hui)

Market Properti Tiongkok Terus Menurun, Penjualan 100 Perusahaan Real Estate Teratas Sempat Anjlok Hingga 40%

0

Zheng Gusheng

Media daratan Tiongkok mengutip data terbaru yang mengatakan bahwa penjualan 100 perusahaan real estate teratas Tiongkok pada November lalu, turun 39,3% dari periode yang sama pada tahun lalu. Sedangkan  tren penjualan menurun sejak Juli lalu terus berlanjut.

Menurut laporan dari “China Business News”, pada 30 November, sejumlah lembaga penelitian merilis data penjualan  perusahaan real estate pada november. Laporan menunjukkan bahwa meskipun perusahaan bekerja keras untuk mempercepat hasil akhir tahun, tren penurunan penjualan sejak Juli masih terus berlanjut.

Di antaranya, data platform big data real estat Tiongkok Craneville menunjukkan bahwa jumlah penjualan berkaliber penuh dari 100 perusahaan real estate teratas Tiongkok pada November, adalah 845,03 miliar yuan, turun 5,9% dari Oktober. Kinerja sebulan juga melanjutkan penurunan Year over Year (YoY) sejak Juli, dan penurunan YoY meluas ke 39,3%.

Peningkatan kumulatif YoY dalam 11 bulan pertama, hanya 1,8%, penurunan yang nyata dari 7,5% pada akhir Oktober.

Dalam hal kinerja perusahaan, lebih dari 80% dari 100 perusahaan real estate teratas pada November, mengalami penurunan kinerja bulanan dari tahun ke tahun.  Lebih dari setengahnya turun hingga lebih dari 30%. Ada 56 dari 100 perusahaan real estate teratas dengan penurunan penjualan YoY dan MoM (Month over Month), terjadi peningkatan  signifikan dari sebulan sebelumnya.

Data juga menunjukkan bahwa area transaksi perumahan komersial di 29 kota utama yang dipantau di Tiongkok, turun 4% bulan ke bulan, dan penurunan tahun ke tahun meluas menjadi 32%.

Menurut data penjualan yang disediakan oleh Yihan Think Tank, selain Evergrande, di antara sepuluh perusahaan real estat teratas, penjualan bulanan Greenland, China Sunac, Country Garden, China Resources Land, dan China Overseas Land Development juga turun tajam, dengan penurunan tahun ke tahun sebesar 56%, 47%, 34%, 30% dan 18%. Di antara perusahaan real estate yang berada di peringkat 11 hingga 20 adalah Zhongnan Land, Shimao, CIFI, Xincheng, Jinke, Sunshine City, dan Zhongliang semuanya mengalami penurunan year-over-year lebih dari 30%.

Faktanya, di antara 20 perusahaan real estate teratas, hanya Gemdale Group yang mencapai pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Ma Guangyuan, seorang ekonom independen Tiongkok, baru-baru ini memperingatkan dalam sebuah video bahwa, jika gelembung real estate Tiongkok meledak, 70% hingga 80% properti Tiongkok akan menjadi abu. Dikarenakan, 70% hingga 80% kekayaan rakyat terletak di rumah mereka, sedangkan yang dilakukan oleh pihak berwenang sekarang adalah menjaga “stabilitas real estat”.

Selama bertahun-tahun, pemerintahan partai Komunis Tiongkok telah menggunakan cara untuk mencegah pengembang, menurunkan harga sebagai salah satu langkah untuk mencegah keruntuhan pasar.

Namun demikian, dikarenakan perusahaan real estate berturut-turut jatuh ke dalam krisis operasional, harga rumah telah menunjukkan tanda-tanda “ketidakstabilan”.

Meskipun pemerintah di banyak tempat telah berturut-turut mengeluarkan “perintah pembatasan”, pengembang di berbagai tempat masih memotong harga dengan berbagai cara untuk meringankan penderitaan kekurangan dana.

Pada Oktober tahun ini, Komunitas  di kawasan Wuhan Optic Valley milik Partai Komunis Tiongkok yang dimiliki secara terpusat oleh Zhonghai Real Estate menurunkan harganya sebesar 20-30%.

Pemilik rumah sebelumnya secara kolektif membela hak-hak mereka dan ditindas dengan kejam oleh pemerintah setempat. Balasan resmi mengklaim bahwa pemotongan harga  tidak melanggar ketentuan yang relevan dari “Tindakan Manajemen Penjualan Perumahan Komersial.” (hui)

Aturan Perjalanan Selama Nataru, Pemerintah Wajibkan Dua Dosis Vaksin Penuh

0

ETIndonesia- Satgas Penanganan COVID-19 mengajak masyarakat yang belum menerima vaksinasi untuk segera mendapatkannya. Karena, Pemerintah dalam waktu dekat akan memberlakukan wajib vaksin dosis penuh bagi pelaku perjalanan. Baik untuk perjalanan  antar kabupaten/kota dalam wilayah aglomerasi dan di luar wilayah aglomerasi. 

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan kebijakan ini rencananya akan diberlakukan selama masa pengetatan periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Untuk itu, terkait cakupan vaksinasi daerah, Pemerintah memberlakukan diskresi bagi daerah di luar Jawa – Bali yang cakupan vaksinasinasinya dibawah rata-rata nasional.

“Pemerintah Pusat memberikan diskresi kepada Pemerintah Daerah untuk dapat menyesuaikan peraturan sesuai kondisi di daerahnya masing-masing,” jelasnya dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Kamis (9/12/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

“Untuk itu, seluruh masyarakat yang belum divaksin penuh, untuk dapat segera mengunjungi pos pelayanan vaksinasi terdekat termasuk di sejumlah bandara dan pelabuhan,” lanjutnya. (COVID19.go.id/asr)

(Update) Dampak Erupsi Semeru, 43 Korban Meninggal Dunia Ditemukan, 104 Terluka

0

ETIndonesia- Hari ke lima pasca erupsi Gunung Semeru atau Kamis (9/12/2021), tim gabungan terus melakukan upaya pencarian dan pertolongan lanjutan di beberapa lokasi seperti Curah Kobokan, Kajar Kuning, Tambang Satuhan/Kebondeli Utara, Kampung Renteng dan Kebondeli Selatan. Selain itu, tim lainnya juga terus melakukan pembersihan dan asesmen lanjutan yang difokuskan di Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh.

Giat pencarian dan pertolongan serta pembersihan yang dilakukan sejak pukul 05.30 WIB itu sempat dihentikan sementara setelah terpantau awan hitam pekat dan mendung di sekitar Curah Kobokan.

Berdasarkan laporan visual, pada pukul 06.22 WIB, Gunung Semeru tampak jelas dan teramati asap putih tebal yang meluncur ke arah Barat – Barat Daya hingga 1.000 meter.

Rangkuman laporan dari tim pencarian dan pertolongan di lapangan per pukul 12.00 WIB, jumlah korban meninggal dari erupsi Gunung Semeru bertambah empat orang sehingga totalnya menjadi 43 orang. Sementara itu, warga luka-luka ada 104 orang, yang mana sebanyak 32 orang mengalami luka berat dan 82 lainnya luka sedang.

Di samping itu, lokasi pengungsian juga mengalami peningkatan menjadi 121 yang terbagi di beberapa titik meliputi; Kecamatan Pronojiwo ada 10 lokasi/525 jiwa, Kecamatan Candipuro 10 lokasi/2.331 jiwa, Kecamatan Pasirian 4 lokasi/1.307 jiwa, Kecamatan Lumajang 11 lokasi/335 jiwa, Kecamatan Tempeh 13 lokasi/640 jiwa, Kecamatan Sukodono 9 lokasi/204 jiwa, Kecamatan Senduro 4 lokasi/66 jiwa, Kecamatan Sumbersuko 7 lokasi/302 jiwa.

Adapun Kecamatan Padang 3 lokasi/62 jiwa, Kecamatan Tekung 3 lokasi/67 jiwa, Kecamatan Yosowilangun 7 lokasi/89 jiwa, Kecamatan Kunir 7 lokasi/127 jiwa, Kecamatan Jatiroto 3 lokasi/59 jiwa, Kecamatan Rowokangkung 4 lokasi/37 jiwa, Kecamatan Randuagung 6 lokasi/24 jiwa, Kecamatan Ranuyoso 1 lokasi/26 jiwa, Kecamatan Klakah 5 lokasi/45 jiwa, Kecamatan Gucialit 3 lokasi/11 jiwa, Kecamatan Pasrujambe 2 lokasi/212 jiwa, Kecamatan Tempursari 2 lokasi/23 jiwa dan Kecamatan Kedungjajang 7 lokasi/50 jiwa.

Sementara itu, kerusakan dan kerugian yang dihimpun meliputi 31 fasilitas umum terdampak, hewan ternak sapi 764 ekor, kambing/domba 648 ekor dan unggas 1.578 ekor. (BNPB/asr)

Pertemuan Video Joe Biden – Putin Berfokus pada 5 Topik Kontroversial

oleh Bi Xinci dan Chen Haiye

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (7/12/2021) kembali bertemu dalam konferensi video untuk meneruskan pembicaraan dalam pertemuan tatap muka Juni lalu. Adapun topik pembicaraan adalah berkisar isu-isu tentang ketegangan di Ukraina dan sebagainya. Juru bicara Gedung Putih pada Senin mengatakan bahwa jika Rusia terus menyerang Ukraina, maka ia akan menghadapi sanksi ekonomi yang berat.

Dilaporkan bahwa ada 5 topik kontroversial yang difokuskan dalam pembicaraan kedua kepala negara, yakni masalah perbatasan Ukraina, masalah energi Rusia, krisis imigrasi perbatasan Belarusia, sengketa kedutaan, dan perjanjian kontrol senjata.


Ukraina mengatakan bahwa saat ini ada lebih dari 94.000 orang tentara Rusia yang berada di dekat perbatasan.

Amerika Serikat memperingatkan pada Senin 6 desember, bahwa jika Rusia terus menyerang Ukraina, maka ia akan menghadapi sanksi ekonomi yang berat.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki atau Jennifer Rene Psaki mengatakan : “Kami telah menyiapkan serangkaian sanksi ekonomi atau opsi yang akan berdampak buruk pada ekonomi Rusia”.

Pada Juli tahun ini, Amerika Serikat dan Jerman, mencapai kesepakatan untuk mengizinkan Rusia menyelesaikan pembangunan pipa gas alam Nord Stream yang terhubung langsung ke Jerman.


Namun, Amerika Serikat memperingatkan Rusia untuk tidak menggunakan energi sebagai senjata politik.


Kedua, Amerika Serikat dan sekutunya mengutuk Belarusia yang mendorong para imigran Timur Tengah untuk memasuki Eropa secara ilegal dari negara itu. Hal ini akan menimbulkan krisis imigrasi kepada Eropa.


Namun, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mendapat dukungan dari Moskow.


Selain itu, perselisihan antara kedutaan AS dan Rusia serta implementasi perjanjian pengendalian senjata juga menjadi fokus perhatian.


Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan : “Tidak perlu mengharapkan terobosan dalam pertemuan ini”.


Pihak Rusia mengakui pada hari Selasa bahwa, ketegangan di Eropa telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan sulit untuk mencapai terobosan melalui pembicaraan ini.


Selain itu, pada hari Senin sebelum pertemuan tersebut, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa, Biden telah mengadakan konsultasi dengan sekutu Eropa untuk membahas sanksi terhadap Rusia. Usai pembicaraan dengan Putin, Biden juga akan melakukan pembicaraan dan konsultasi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (sin)

Banjir dan Tanah Longsor Melanda Majalengka, Tiga Akses Jalan Tertutup

ETIndonesia- Fenomena banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat menyebabkan tiga akses jalan tertutup. Kejadian banjir ini terjadi setelah hujan deras pada Rabu (8/12) pukul 19.00 WIB. Struktur tanah yang labil juga menjadi pemicu terjadinya longsor dibeberapa titik.

Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan BPBD Kabupaten Majalengka melaporkan akses jalan tersebut tertutup material longsor. Aktivitas warga sempat tersendat akibat pohon tumbang yang melintang diruas jalan. 

Ketinggian air saat terjadi banjir setinggi 100 sentimeter. Tercatat lima unit rumah terdampak, tiga diantaranya mengalami rusak sedang. Selain rumah, 4 unit tempat usaha, 1 unit sekolah dar dan 1 hektar lahan pertanian terdampak kejadian ini. 

Kejadian ini melanda sejumlah desa, antara lain Desa Cimeong, Desa Girimulya yang terletak di Kecamatan Majalengka, Desa Cihaur, Desa Wanahayu di Kecamatan Maja, Desa Haurgeulis, Desa Sukamenak, Desa Cinambo di Kecamatan Bantarujeg. Dilaporkan kondisi terkini, banjir sudah surut. BPBD Kabupaten Majalengka bersama tim gabungan akan melakukan penanganan lanjutan dalam melakukan evakuasi terhadap warga.

Informasi peringatan dini hingga esok (10/12) yang dikeluarkan BMKG mengatakan bahwa, waspada potensi hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang antara siang hingga malam hari di Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten dan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten dan Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Garut dan Kota Tasikmalaya.

Merespon hal ini, BNPB menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pada potensi risiko bencana hidrometeorologi basah. Selain itu, BNPB juga merekomendasikan agar wilayah lereng tebing atau kawasan kebun ditanami dengan jenis vegetasi yang keras dan berakar kuat seperti vetiver, sukun, dan tanaman akar kuat lainnya. Vegetasi akar kuat tersebut dapat mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsoran. (asr)

Banjir di Sidenreng Rappang, Sulsel, Ratusan Rumah Masih Terendam

0

ETIndonesia- Sebanyak 117 rumah yang ditinggali 117 KK terdampak banjir di Kelurahan Wette’e, Kecamatan Panca Lautang, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan, Kamis (9/12/2021).

Banjir dengan Tinggi Muka Air (TMA) 50-100 sentimeter itu terjadi setelah sebelumnya hujan lebat mengguyur wilayah Kabupaten Sidrap pada Rabu (8/12) pukul 11.00 WITA.

Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidrap per hari ini pukul 11.50 WIB, banjir masih menggenangi wilayah terdampak. Anggota BPBD Kabupaten Sidrap bersama unsur TNI/Polri dan lintas instansi terkait telah berada di lokasi kejadian untuk kaji cepat, pendataan dan koordinasi lebih lanjut terkait percepatan penanganan banjir tersebut.

Hasil asesmen sementara, belum ada laporan mengenai kerusakan infrastruktur, pengungsian warga terdampak maupun korban jiwa. Sementara itu kerugian ekonomi atas kejadian bencana tersebut masih dalam pendataan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan informasi prakiraan berbasis dampak hujan lebat di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada Rabu (8/12) hingga Kamis (9/12). Menurut BMKG, kondisi yang sama masih berpotensi terjadi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan hingga Jumat (10/12).

Sebagai bentuk respon dari adanya prakiraan cuaca dari BMKG tersebut, BPBD Provinsi Sulawesi Selatan telah meneruskan informasi peringatan dini potensi hujan lebat kepada BPBD Kabupaten/Kota agar diteruskan kepada lintas instansi terkait dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dari ancaman bencana hydrometeorologi seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor. (BNPB/asr)

Setelah AS, Australia Boikot Diplomatik Olimpiade Musim Dingin Beijing

Caden Pearson

Perdana Menteri Australia Scott Morrison resmi mengumumkan bahwa Australia akan bergabung dengan Amerika Serikat dalam memboikot diplomatik Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.

“Tidak mengejutkan  pemerintah Australia tidak akan mengirim perwakilan resmi ke Olimpiade Musim Dingin yang akan datang di Tiongkok,” kata Morrison kepada wartawan di Canberra pada Rabu 8 Desember.

“Untuk beberapa waktu, orang-orang menyadari bahwa kami telah mengangkat sejumlah masalah yang belum diterima dengan baik di Tiongkok, dan ada ketidaksepakatan di antara kami tentang masalah itu,” tambahnya. 

Morrison merujuk pada penentangan Beijing terhadap Undang-Undang campur tangan asing Australia dan aturan untuk investasi asing dengan “sikap yang sangat kuat” dalam melindungi kepentingan nasional Australia.

Dia juga mengatakan rezim Tiongkok  “sangat kritis” terhadap upaya Australia untuk memperkuat kekuatan pertahanan nasionalnya, termasuk melalui pakta keamanan trilateral AUKUS dengan Inggris dan Amerika yang akan membuat Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.

Perdana menteri Australia juga merujuk kepada pelanggaran hak asasi manusia rezim Tiongkok di wilayah Xinjiang.

Morrison mengatakan rezim Tiongkok “secara konsisten” menolak kesempatan untuk bertemu dengan pejabat Australia untuk menyelesaikan masalah.

Rezim Tiongkok membuat masalah dengan Australia  dalam 14 poin surat komplain dan permintaan dari kedutaan besar Tiongkok di Canberra yang bocor ke wartawan pada tahun lalu.

Berkas tersebut termasuk komplain tentang Huawei yang dilarang dari jaringan infrastruktur 5G Australia, politisi yang berbicara secara terbuka menentang rezim Tiongkok dan kebebasan pers, di antara kasus lainnya.

Rezim Tiongkok menuntut agar Australia memperbaiki masalah ini sebelum melanjutkan hubungan diplomatik secara normal, setelah pejabat Tiongkok menolak untuk menjawab panggilan telepon dari politisi dan pejabat Australia selama beberapa bulan.

Morrison menjelaskan bahwa boikot diplomatik tidak berlaku untuk para atlet, yang masih bisa berlaga dalam olahraga tersebut.

Ia mengatakan, Australia [adalah] negara olahraga yang hebat, dan ia  memisahkan masalah olahraga dan masalah politik, hal demikian adalah masalah antara dua pemerintah dan ia ingin melihat masalah itu diselesaikan, tetapi tidak diselesaikan

Morison menegaskan, Australia tidak akan mundur dari posisi kuat yang dimiliki untuk membela kepentingan Australia dan konsisten dengan posisinya, maka jelas tidak mengejutkan ketika Australia tidak akan mengirim official pemerintahannya. 

Canberra juga mengirim pesan ke Beijing ketika memutuskan untuk tidak mengirim pejabat atau politisi yang berbasis di Australia ke Olimpiade Musim Dingin Beijing, dan  menolak menandatangani Olympic Truce atau Gencatan Senjata Olimpiade.

Senator Liberal Eric Abetz, anggota Inter Parliamentary Alliance on China (IPAC) mengatakan langkah pemerintah Australia berada di jalan  “yang benar.”

“[Itu] mengirimkan pesan protes yang kuat terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang tak terhitung banyaknya dan mengerikan yang dilakukan oleh kediktatoran Partai Komunis Tiongkok,” katanya kepada The Epoch Times.

Ia juga menambahkan, “Olimpiade akan menjadi pertunjukan propaganda politik yang diatur dengan hati-hati dan pihaknya tidak dapat mengizinkan perwakilan resmi dari Pemerintah Australia  menambahkannya.”

Kedutaan Besar Tiongkok menuding Australia harus disalahkan atas hubungan bilateral yang semakin memburuk, seperti yang terjadi dalam 14 poin suratnya, sekali lagi mendesak pemerintah untuk “mengambil tindakan” untuk memperbaikinya.

Sementara itu, Menteri Utama Queensland, Annastacia Palaszczuk, yang mana ibu kotanya, Brisbane akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, menegaskan bahwa dirinya tidak akan hadir pada Februari mendatang.

“Kehadiran perwakilan pemerintah di Olimpiade Musim Dingin Beijing adalah urusan Pemerintah Federal, keputusan Pemerintah Federal termasuk Queensland. Kami berharap atlet kami sukses,” katanya dalam sebuah pernyataan pada 8 Desember. (Vv)

Pemerintah Tiongkok Semakin Menutup-nutupi Situasi Ekonomi Tiongkok yang Sebenarnya

0

oleh Lin Yan

Partai Komunis Tiongkok (PKT) sudah sejak lama berupaya untuk secara ketat mengendalikan informasi terkait kegiatan mereka. Bahkan sampai sekarang pun bukannya semakin kendur tetapi semakin ketat.

Selama tahun lalu, tampak PKT semakin tidak percaya diri, yang dapat dilihat dari kasus-kasus seperti otoritas Beijing membatasi publikasi mengenai informasi penggunaan batu bara, Mahkamah Agung Tiongkok memutuskan untuk menghapus catatan hukuman para pembangkang politik dalam database, dan penurunan jumlah wisatawan asing yang masuk dan keluar daratan Tiongkok menurun sampai 50 kali lipat selama periode yang sama. 

Sampai tahun ini, Kementerian Pendidikan Tiongkok menghentikan hampir 300 proyek kerja sama dengan universitas asing.

Perkembangan terakhir adalah bahwa dengan penerapan undang-undang keamanan data yang baru diumumkan oleh otoritas Beijing, perusahaan dan investor asing semakin merasakan kesulitan dalam memperoleh informasi dalam negeri Tiongkok. Termasuk laporan-laporan mengenai persediaan umum dan informasi keuangan. Bahkan, beberapa pemasok yang menyediakan lokasi kapal di perairan Tiongkok. Kini, telah berhenti berbagi informasi dengan pelanggan asing.

“Selama Ini Tiongkok Sebuah Kotak Hitam Besar, Tetapi Kini Menjadi Semakin Gelap”

Stephen Nagy, seorang profesor senior di Institut Politik dan Studi Internasional di International Christian University, mengatakan kepada Wall Street Journal (WSJ) : “Selama ini Tiongkok adalah sebuah kotak hitam”.

Dia mengatakan bahwa hilangnya saluran informasi akan membuat lebih sulit bagi orang asing untuk memahami apa yang terjadi di Tiongkok, “Kotak hitam ini menjadi semakin gelap”, katanya.

WSJ melaporkan bahwa pebisnis dan analis politik percaya bahwa tuntutan untuk meningkatkan kerahasiaan itu bukanlah hasil dari sebuah kebijakan Tiongkok, tetapi kombinasi dari berbagai faktor, seperti respons terhadap pandemi, peningkatan perhatian terhadap keamanan data, dan lingkungan politik PKT yang skeptis terhadap dunia.

Kontrol perbatasan yang ketat terkait dengan epidemi COVID-19, termasuk pembatalan penerbangan dan karantina penumpang selama berminggu-minggu, telah menyebabkan penurunan tajam dalam komunikasi tatap muka antara warga negara Tiongkok dengan dunia, dan mengintensifkan pemisahan (decoupling) mereka dengan dunia luar.

Menurut data yang dipublikasikan oleh Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok, maskapai penerbangan hanya mengangkut sekitar 1 juta orang penumpang masuk dan keluar daratan Tiongkok dalam 8 bulan pertama tahun 2021, sementara hampir 50 juta diangkut pada periode yang sama pada 2019 (sebelum pandemi).

WSJ melaporkan bahwa beberapa warga Tiongkok yang ingin bepergian ke luar negeri mengatakan bahwa pihak berwenang menolak untuk memperbarui paspor mereka, atau mereka “dibawa ke kamar untuk diajak bincang-bincang” oleh petugas imigrasi di bandara yang mencoba untuk mencegah atau memperingatkan warga Tiongkok agar tidak pergi ke luar negeri, dengan mengatakan bahwa pemerintah telah menginstruksikan mereka untuk meminimalkan perjalanan ke luar negeri.

Informasi Sensitif Didefinisikan Secara Samar-samar, Semua Pihak Ingin Mencari Aman

Undang-undang tentang keamanan data yang mulai berlaku pada 1 September menetapkan, hampir semua kegiatan terkait data harus diawasi oleh pemerintah Tiongkok, termasuk pengumpulan, penyimpanan, penggunaan, dan pendistribusiannya.

WSJ mengutip ungkapan dari Jonathan Crompton, seorang pengacara Hongkong di Reynolds Porter Chamberlain LLP melaporkan bahwa sejak pengesahan undang-undang tersebut, perusahaan daratan Tiongkok menjadi semakin enggan untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional yang mencakup berbagi informasi mengenai data keuangan, perawatan kesehatan, transportasi umum, area strategis seperti infrastruktur dan lainnya.

Kuncinya adalah bahwa pihak berwenang tidak jelas tentang definisi informasi sensitif, sehingga membuat perusahaan Tiongkok berusaha cari aman. Karena mereka tidak tahu data mana yang boleh dan tidak boleh dibagikan kepada mitra asing.

Seorang eksekutif perusahaan teknologi besar Amerika Serikat membenarkan bahwa, perusahaan Tiongkok yang memasok kobalt dan lithium semakin enggan untuk berbagi informasi dengan pelanggan luar negeri, bahkan berapa banyak persediaan yang mereka miliki di gudang, atau berapa banyak persediaan yang akan didaur ulang dan detail lainnya juga tidak lagi diberikan. Hal ini jelas mempersulit perusahaan asing untuk merencanakan produksi dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan.

Basis Data Komersial Tidak Lagi Terbuka untuk IP Luar Negeri

Salah satu database investasi dan pembiayaan Tiongkok yang paling banyak dikunjungi, Zero2ipo Holdings Inc., telah berhenti menjual datanya ke pelanggan luar negeri dan hanya terbuka untuk pengguna dalam negeri dan penggunaan internal.

Steve Dickinson, seorang pengacara di Harris Bricken Law Firm di Amerika Serikat mengatakan bahwa, salah satu kliennya yang perusahaan Amerika meminta perusahaan Tiongkok untuk memberikan laporan keuangan yang diaudit untuk menentukan apakah itu memenuhi ketentuan pada segi kredibilitasnya, tetapi mendapat penolakan dari perusahaan Tiongkok tersebut. Alasannya, bahwa ketentuan yang digariskan kebijakan Beijing tidak mengizinkan mereka untuk mengungkapkan laporan keuangan kepada pihak asing. Pada akhirnya, pelanggan Amerika tersebut terpaksa melakukan kerja sama dengan perusahaan Tiongkok tanpa dilengkapi informasi keuangan pihak bersangkutan.

Steve Dickinson mengatakan bahwa kurangnya data telah meningkatkan risiko tertipu bagi perusahaan asing yang berbisnis di Tiongkok.

Dia menegaskan dari pengalamannya sendiri, bahwa ketika orang yang berada di kantornya di Tiongkok ingin mengunjungi situs atau bermaksud mendapatkan informasi tentang merek dagang Tiongkok, database perusahaan, atau situs Tiongkok lainnya, maka ia juga akan menghadapi kesulitan yang sama. Akibatnya, ia hanya bisa menyewa tim lokal di Tiongkok untuk mendapatkannya, walaupun akurasinya patut dipertanyakan.

Pertukaran Akademik Internasional Menara Gading (Ivory tower) Menyusut Secara Signifikan

Perubahan di dunia akademis bahkan lebih luar biasa, karena akademisi pernah dianggap sebagai mercusuar kontak antara Tiongkok dengan Barat.

Selain terus-menerus menutup jalur akses para sarjana Barat ke database penelitian Tiongkok, universitas-universitas Tiongkok juga semakin membatasi kontak dan pertukaran akademis dengan dunia luar.

Menurut data terakhir yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan pada bulan Agustus tahun ini, pihaknya telah menghentikan 286 proyek kerja sama pendidikan dengan universitas asing pada tahun 2018 dan 2019, dengan alasan bahwa beberapa di antara proyek tersebut tidak memenuhi standar pengajaran dan bimbingan Kementerian Pendidikan.

Menurut versi yang diarsipkan dari situs web resmi pada September, negara-negara yang paling banyak terkena penghentian proyek kerja sama pendidikan adalah Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat. Ilmu komputer, bioteknologi, ekonomi internasional, dan perdagangan adalah kurikulum yang paling terpengaruh.

Baru-baru ini, universitas Tiongkok telah menerapkan prosedur screening yang lebih ketat bagi para sarjana di bidang hubungan internasional dan studi sejarah Tiongkok. Ketika mereka ini ingin bepergian ke luar negeri atau berpartisipasi dalam konferensi akademik dengan para sarjana asing, maka mereka harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang.

Dalam Kongres Rakyat Nasional yang diselenggarakan pada bulan Maret tahun ini, mantan Dekan Akademi Hubungan Internasional Universitas Peking, Jia Qingguo mengatakan bahwa dengan memperhatikan “berbagai pertimbangan”, beberapa departemen pemerintah telah memperkuat kontrol akademik, seperti beberapa universitas hanya mengizinkan peneliti untuk berkomunikasi dengan warga negara asing dihadapan paling tidak seorang kolega yang hadir.

Melonggarkan Pembatasan Visa Bagi Jurnalis Asing Tidak Setara, Jurnalis Asing di Tiongkok Sering Dilecehkan

Sejak awal epidemi bulan Januari 2020, Xi Jinping sudah tidak melakukan kunjungan ke luar negeri. Dalam konferensi videonya dengan Joe Biden bulan November lalu, Xi menyatakan setuju untuk melonggarkan pembatasan visa bagi jurnalis asing.

Sebuah survei yang dirilis oleh China Foreign Correspondents Club yang berbasis di Beijing menemukan bahwa hampir 40% jurnalis asing di daratan Tiongkok mengatakan, pada tahun 2020. mereka sering kali harus menghadapi pelecehan, interogasi atau ditahan usai berbicara dengan jurnalis Tiongkok. Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 (25%).

Dalam dua tahun terakhir, ada belasan jurnalis Amerika Serikat telah diusir dari daratan Tiongkok oleh pihak berwenang Tiongkok dengan alasan visa dan lainnya. Pemerintahan Trump akhirnya juga memberikan batasan melalui kuota terhadap jurnalis media resmi Tiongkok, untuk meliput berita bisnis di AS sebagai balasan atas tindakan pemerintah Tiongkok.

Pihak Berwenang Menghapus Vonis Hukuman Para Pembangkang yang Dijatuhkan Pengadilan dari Basis Data Resmi

Sebelum Partai Komunis Tiongkok merayakan HUT ke-100, mereka sudah secara sistematis menghapus atau menyembunyikan vonis hukuman terhadap para pembangkang. Pemerintah asing dan organisasi berita, sering mengunjungi database ini untuk memverifikasi tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan PKT.

Menurut laporan yang diberikan oleh ‘Dui Hua Foundation’, sebuah yayasan berbasis di San Francisco yang membela para tahanan politik dan agama Tiongkok, bahwa pada waktu yang hampir bersamaan, database yang dimiliki pihak berwenang yang dikelola oleh Jaringan Dokumen Penghakiman Tiongkok — Pihak berwenang Tiongkok telah membersihkan ribuan dokumen politik, dokumen-dokumen pengadilan untuk kasus sensitif yang “membahayakan keamanan nasional”, “kejahatan terkait agama X” dan peninjauan kembali hukuman mati.

John Kamm, pendiri dan ketua ‘Dui Hua Foundation’ mengatakan kepada WSJ bahwa pemerintah Tiongkok menolak masyarakat umum mengakses dokumen-dokumen ini, mungkin untuk mencegah pejabat dan aktivis asing memperolehnya kemudian menekan pemerintah Tiongkok untuk melepaskan pada tahanan politik dan tahanan hati nurani.

John Kamm mengatakan : “Tingkat pengungkapan kasus politik sensitif sekarang nol persen”.

“Tanpa Legitimasi Pemerintah, Bagaimana Timbul Percaya Diri Terhadap Sistem ?”

Terkait dengan perkembangan ekonomi di masa mendatang, Huang Qifan, mantan walikota Chongqing dalam pidatonya di International Financial Forum (IFF) yang diadakan di Nansha, Guangzhou pada 4 Desember mengatakan, bahwa ekonomi Tiongkok akan lebih bergantung pada pasar domestik, dan Tiongkok akan memulai pola pembangunan baru yang berdasarkan pada sirkulasi internal. Dia menekankan bahwa sirkulasi internal bukan “involusi” (involution)atau “tang ping” (keengganan untuk bekerja keras).

Ada banyak tanda yang menunjukkan bahwa ketika ekonomi Tiongkok semakin matang, jalur promosi untuk rakyat tingkat bawah nyaris terhenti. Lebih banyak peluang itu diraih oleh golongan atas dan anak-anak para elit yang terhubung secara politik. Sedangkan anak-anak dari keluarga miskin atau pedesaan lebih sulit untuk maju.

Perdana Menteri Li Keqiang mengakui secara terbuka, bahwa lebih dari 600 juta orang penduduk Tiongkok memiliki pendapatan bulanan rata-rata kurang dari USD. 140,- (setara dengan IDR. 2.000.000,-), dan mereka menyita sekitar 40% dari populasi negara itu. Pendapatan bulanan ini masih lebih rendah sekitar USD. 40,- dari rata-rata pengeluaran bulanan untuk hidup di pedesaan Tiongkok pada tahun 2020. 

Tang Qing, seorang komentator di New York mengatakan bahwa kasus “tang ping” dan “involusi” telah menjadi mentalitas yang non-kekerasan dan non-kooperatif dari warga Tiongkok. Semangat partai yang berumur seabad telah punah.

“PKT tidak memiliki legitimasi kekuasaan akibat kekuasaannya diperoleh melalui kudeta pemerintahan Chiang Kai-shek (Republik Tiongkok). Sekarang mereka bertahan dengan mengandalkan terjaganya stabilitas. bagaimana timbul percaya diri terhadap sistem ?” Dia mengatakan : “Tanpa rasa percaya diri, mustahil untuk membuka diri terhadap dunia luar”. (sin)

Kasus COVID-19 Ditemukan, Kota Ningbo, Zhejiang, Tiongkok Masuki Keadaan Darurat Hingga Semua Transportasi Umum Setop Beroperasi

0

Li Jinfeng

Setelah kasus yang dikonfirmasi ditemukan di Distrik Zhenhai, Kota Ningbo, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, kota itu kini  memasuki keadaan darurat Kelas I. Distrik Zhenhai akan ditutup sementara untuk penanggulangan pandemi. Seluruh jalur bus di kota itu setop beroperasi. 

Menurut laporan media di daratan Tiongkok, karena situasi pandemi di Kota Ningbo, Zhejiang, Tiongkok kini mulai dari pukul 02.00 pada 7 Desember 2021, memasuki tanggap darurat Tingkat I. Tindakan darurat  telah dimulai dan Distrik Zhenhai telah ditutup sementara untuk penanggulangan pandemi.

Pada saat yang sama, mulai 7 Desember, semua jalur bus dan jalur penumpang di Distrik Zhenhai akan ditangguhkan. Sedangkan taksi serta kenderaan online tidak akan dioperasikan di luar yurisdiksi. Sedangkan bagian operasi Jalur Transit Kereta Ningbo 2 akan dihentikan sementara waktu.

Semua wilayah di Distrik Zhenhai melarang masuknya warga non-penduduk dan membatasi keluar masuknya penduduk setempat. Bahkan, setiap rumah tangga hanya dapat menunjuk satu anggota keluarga untuk pergi keluar membeli keperluan harian pada setiap dua hari sekali. Kecuali untuk kebutuhan pencegahan pandemi dan perlindungan mata pencaharian masyarakat. Sementara itu, perusahaan lain di wilayah tersebut untuk sementara menangguhkan operasi, dan tempat-tempat yang tidak esensial untuk kehidupan sehari-hari diberhentikan beroperasi. Adapun, apotek di seluruh distrik menghentikan penjualan obat demam.

Sekolah dasar dan menengah di daerah terdampak untuk sementara dihentikan.Tak hanya itu, kegiatan berkumpul di tempat-tempat umum dihentikan. Kunjungan ke Panti jompo, panti asuh, dan institusi lainnya ditangguhkan. Upacara pernikahan juga ditunda serta pemakaman hanya boleh dilakukan dengan sederhana.

Expo Perdagangan Digital Global pertama, yang semula dijadwalkan akan diadakan di Hangzhou, Provinsi Zhejiang pada 6 Desember, akan ditunda hingga 24-27 Maret tahun depan karena dampak epidemi.

Aturan yang diberlakukan lainnya, sejak pukul 05.00 pagi pada 7 desember, semua penduduk (termasuk yang berada di kota-kota dari tempat lain) di Kota Xiepu, Kota Jiulonghu, Jalan Zhaobaoshan, Jalan Luotuo, Jalan Zhuangshi, Jalan Guisi dan lokasi test COVID-19 Distrik Petrokimia di Distrik Zhenhai. Selain itu,orang-orang yang menjalani test COVID-19 pada 5 dan 6 Desember akan diperiksa kembali sebagaimana mestinya.

Hasil pengurutan seluruh genom kasus lokal yang dikonfirmasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Ningbo, menunjukkan bahwa virus epidemik adalah strain mutan delta.

Dilaporkan bahwa pada 6 Desember, Kota Ningbo secara resmi memberitahukan bahwa ada 3 kasus orang positif COVID-19 dalam kasus yang ditemukan pada 5 Desember di Distrik Zhenhai, Kota Ningbo. Mereka adalah pasutri dan ibu si suami. 

Pada 6 desember, komunitas Linjiang di Distrik Zhenhai tempat kasus itu berada telah ditutup.  Semua sekolah dasar dan menengah di Distrik Zhenhai juga akan ditangguhkan selama seari pada tanggal 6 desember. Komunitas Linjiang di Jalan Jiaochuan, Distrik Zhenhai dan Ningbo Alps Electronics Co., Ltd. terdaftar sebagai area berisiko sedang pada tanggal 6 desember.

Seorang pedagang di Distrik Linjiang, Ningbo, mengungkapkan kepada NTD pada 6 Desember bahwa orang di Distrik Linjiang hanya boleh masuk tapi tidak bisa keluar. Di pagi hari yang sama, ia menerima pemberitahuan yang meminta semua warga untuk melakukan tes COVID-19.”

Pebisnis di dekat Distrik Linjiang Ningbo mengatakan pada tanggal 6 desember bahwa tidak ada seorang pun yang terlihat di jalanan pada saat itu. 

“Saat saya keluar untuk membeli bahan makanan pada jam 6 pagi, saya berkata untuk melihat situasi, ada begitu banyak orang di jalan, ada begitu banyak orang yang membeli bahan makanan, dan sekarang tidak ada orang di luar sana,” ujar warga itu. 

Selain itu, mulai 6 Desember, semua penerbangan dari Bandara Ningbo ke Beijing telah dibatalkan. Beberapa tempat wisata di Ningbo Zhenhai juga telah mengeluarkan pemberitahuan penutupan sementara waktu.  Semua klinik rawat jalan di Rumah Sakit Rakyat Distrik Zhenhai, Ningbo juga ditutup. (hui)

Intelijen AS : Tiongkok Berencana Membangun Pangkalan Militer di Negara Kecil Afrika

oleh Lin Nan

Menurut pejabat AS bahwa ada informasi rahasia yang menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok berencana untuk mendirikan pangkalan militer yang permanen di negara kecil yang terletak di pantai Atlantik Afrika, yakni Guinea Khatulistiwa (Equartorial Guinea)

Wall Street Journal melaporkan bahwa pejabat AS menolak untuk mengungkapkan rincian intelijen rahasia. Tetapi pejabat mengatakan bahwa laporan itu menyinggung soal dengan adanya rencana itu, Tiongkok jadi berpotensi untuk mempersenjatai kembali amunisi dan memperbaiki kapal angkatan laut mereka di pantai yang berseberangan dengan pantai timur Amerika Serikat —- ini merupakan peringatan bagi Gedung Putih dan Pentagon.

Wakil kepala penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jon Finer mengunjungi Guinea Khatulistiwa pada Oktober tahun ini yang bertujuan untuk membujuk negara itu supaya menolak proposal Beijing.

Seorang pejabat senior di pemerintahan Biden mengatakan : “Sebagai bagian dari upaya diplomatik kami untuk menyelesaikan masalah keamanan maritim, kami telah menjelaskan kepada Guinea Khatulistiwa bahwa langkah-langkah potensial tertentu yang melibatkan kegiatan (Tiongkok) di sana akan meningkatkan masalah keamanan nasional”.

Jenderal Stephen Townsend, komandan AS untuk Afrika saat bersaksi di Senat pada April tahun ini mengatakan bahwa “sebagian besar ancaman yang signifikan” dari Tiongkok adalah “sebuah fasilitas militer angkatan laut yang berada di pantai Atlantik Afrika”.

 “Fasilitas militer berarti lebih dari sekadar tempat di mana selain kapal perang mereka dapat berlabuh dan mendapatkan bahan bakar dan bahan makanan. Yang saya bicarakan adalah tentang pelabuhan di mana mereka dapat mempersenjatai kembali amunisi dan memperbaiki kapal angkatan laut”, katanya.

Amerika Serikat ingin mengirim pesan lembut ke Guinea Ekuatorial : Washington tidak meminta negara itu untuk melepaskan hubungan luasnya dengan Tiongkok, tetapi untuk menjaga hubungan mereka dalam kisaran yang dianggap tidak mengancam Amerika Serikat.

Guinea Khatulistiwa adalah koloni Spanyol dengan populasi 1,4 juta jiwa. Negara tersebut merdeka pada tahun 1968. Ibukotanya, Malabo, yang terletak di pulau Bioko, sedangkan Bata adalah kota terbesar di daratan negara itu yang diapit di antara Gabon dan Kamerun.

Dalam skala global, Amerika Serikat berusaha mencegah Tiongkok membangun pangkalan baru di luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan militer, dari Kamboja hingga Uni Emirat Arab.

Pada musim semi tahun ini, pejabat intelijen AS menemukan bahwa Tiongkok sedang membangun pangkalan militer rahasia di pelabuhan komersial yang dioperasikan militer Tiongkok di Uni Emirat Arab.

Pemerintah Biden telah berhasil membujuk otoritas UEA untuk menghentikan pekerjaan konstruksinya, dan paling tidak untuk sementara ini pembangunannya sudah terhenti. (sin)