Tidak Ada Rencana Memulai Pembicaraan Perdagangan Bebas Seiring Trudeau Melanjutkan Perjalanan Tiongkok

Perundingan perdagangan bebas formal antara Kanada dan Tiongkok telah ditunda, setidaknya untuk saat ini. Perdana Menteri Justin Trudeau dan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang muncul dari pertemuan pribadi mereka di Beijing pada 4 Desember tanpa mengumumkan sebuah rencana untuk melanjutkan sebuah kesepakatan.

Menurut laporan, pertemuan antara Trudeau dan Li membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan, dan sebuah konferensi pers bersama yang dijadwalkan setelah pertemuan mereka dibatalkan atas perintah pihak Tiongkok.

The Canadian Press melaporkan bahwa penjaga keamanan Tiongkok memblokir fotografer dari The Canadian Press dan bahkan Jawatan Perdana Menteri untuk mengambil foto Trudeau dan Li saat mereka berjalan di atas karpet merah setelah pertemuan mereka. Ada juga pertengkaran sengit antara pejabat kementerian luar negeri Tiongkok yang mencaci seorang diplomat Kanada karena tidak membawa paspor wartawan yang bepergian dengan Trudeau, yang kemudian dikeluarkan oleh diplomat tersebut.

Setelah perundingan tersebut, baik Trudeau maupun Li mengatakan kedua negara akan melanjutkan diskusi eksplorasi menuju kesepakatan perdagangan bebas.

“Kanada berkomitmen untuk terus maju dalam kesepakatan perdagangan progresif yang melibatkan hal-hal seperti tentang gender, lingkungan, perburuhan,” kata Trudeau.

“Tiongkok sangat sadar bahwa ini adalah preseden saat mereka bergerak maju dengan kesepakatan perdagangan pertama dengan negara G7, dan ada keinginan untuk memastikan bahwa kita melakukannya dengan benar.”

Menurut Steven Chase dari Globe and Mail, yang melapor dari Beijing, seorang sumber industri mengatakan bahwa di antara titik-titik perselisihan antara kedua belah pihak adalah desakan Ottawa mengenai memasukkan standar kerja dan lingkungan dalam kesepakatan apapun.

Tiongkok sangat ingin masuk ke dalam sebuah perjanjian perdagangan bebas dengan Kanada, sambil menekankan bahwa isu hak asasi manusia dan melakukan tinjauan keamanan nasional sebelum mengizinkan BUMN Tiongkok untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan utama Kanada harus tetap berada di luar perundingan.

Editorial media berbahasa Mandarin milik negara Tiongkok, termasuk China Daily dan Global Times, tampaknya mendorong gagasan bahwa melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan Tiongkok adalah kepentingan Kanada sejak Kanada menghadapi tantangan dalam negosiasi ulang NAFTA dengan Amerika Serikat.

Pemerintah Liberal, yang telah memuji kesepakatan perdagangan bebas potensial dengan Tiongkok sejak berkuasa, tidak menyebutkan adanya pembicaraan tersebut dalam pengumuman perjalanan perdana menteri ke Tiongkok.

Hasil konsultasi pemerintah mengenai kesepakatan perdagangan bebas dengan Tiongkok yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan bahwa bisnis Kanada merasa skeptis bahwa sebuah kesepakatan akan mengatasi masalah mendasar dalam berbisnis dengan Tiongkok, termasuk dampak buruk pada pekerjaan di Kanada, kurangnya peraturan hukum Tiongkok, persaingan tidak sehat dari perusahaan BUMN Tiongkok, dan peraturan ketenagakerjaan dan lingkungan yang lemah di Tiongkok yang tidak menciptakan sebuah tataran lapangan bermain untuk semua pihak, adalah di antara masalah lainnya.

Halaman depan National Post pada 2 Desember menampilkan judul “Dealing with the red devil”  bersamaan sebuah kolom oleh Terry Glavin yang mengeluarkan sebuah peringatan mengenai upaya pemerintah untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Tiongkok.

“[Sebagai] ‘mitra dagang,’ Beijing, dengan banyak ketergantungan perusahaannya yang ramah di Kanada, sejak awal berperilaku lebih seperti pelaku penggelapan,” tulis Glavin.

“Australia dan Selandia Baru berusaha keras untuk mengeluarkan demokrasi mereka dari uang dan pengaruh Beijing,” katanya di kolom tersebut. (ran)