Pengusiran Kasar Saat Malam di Beijing Memicu Unjuk Rasa Ribuan Warga

oleh He Mu

Beijing dalam membersihkan ‘penduduk kelas rendah’ menimbulkan kemarahan publik. Meskipun pihak berwenang secara verbal menyatakan perlu mendinginkan suasana, tetapi anggota  pelaksana dalam mendeportasi penduduk secara kasar masih terus berlanjut.

Media Hong Kong mengatakan bahwa pada 10 Desember ribuan orang turun ke jalan untuk berunjuk rasa memprotes tindak pengusiran dengan cara seenaknya menghancurkan kaca jendela, mendobrak pintu yang dilakukan anggota pelaksana sehari sebelumnya.

Pengusiran paksa oleh eksekutor dengan cara menghancurkan kaca-kaca menimbulkan kemarahan warga.

Pengusiran paksa yang dilakukan oleh anggota pelaksana di Beijing pada 10 Desember memicu unjuk rasa ‘penduduk kelas rendah’.

Media ‘Apple Daily’ pada 11 Desember mengutip laporan yang diperoleh dari pemrotes yang tinggal di Kampung Marga Fei di Distrik Chaoyang, Beijing memberitakan bahwa jumlah pengunjuk rasa di depan gedung komite desa pada 10 Desember itu mencapai ribuan orang, dan sedikitnya satu orang telah ditahan.

Kota Beijing (Google Maps)

Berita menyebutkan bahwa pada 11 Desember pagi, warga di Kampung Marga Fei masih dapat melihat tempelan selebaran yang bertuliskan ‘Pengusiran dengan kekerasan adalah melanggar HAM’ dengan menyertakan gambar beberapa anggota pelaksana pengusiran yang berseragam hitam-hitam.

Eksekutor juga memakai ban lengan di bahu sedang mengayunkan pentungan kayu untuk menghancurkan kaca jendela, mendobrak pintu penginapan ‘penduduk kelas rendah’ di sebuah lokasi pada 9 Desember.

Beberapa warga mengatakan bahwa pihak berwenang menggunakan cara menghancurkan kaca untuk mengusir penghuni yang belum bisa segera pindah memicu ketidakpuasan sehingga mereka berunjuk rasa.

Para eksekutor itu juga kerap datang ke tempat itu untuk ‘mengingatkan’ warga soal batas waktu yang diberikan.

Selebaran yang ditempel pihak berwenang menyebutkan bahwa tanggal 15 Desember adalah hari pengosongan terakhir, setelah itu akan dilakukan pemutusan saluran listrik dan air bersih.

Malam-malam masuk kampung untuk melakukan pengusiran dengan kasar

Media ‘Apple Daily’ mengutip laporan reporternya yang menyaksikan sendiri pelaksanaan pengusiran oleh aparatur negara terhadap warga di Kampung Tou Er Ying memberitakan, sekitar pukul 10 malam, lebih dari selusin petugas keamanan desa yang dikawal oleh mobil polisi masuk ke halaman di kampung tersebut.

Para pengeksekusi ini langsung melakukan pengusiran yang sangat kasar terhadap belasan tempat penginapan yang masih berpenghuni.

Sepasang lansia berumur lebih dari 60 tahun dipaksa pergi dari tempat tinggal itu dengan cara melempar barang-barang milik mereka ke tepi jalanan. Membuat kedua orang lansia itu bingung malam-malam begini harus tinggal di mana ?

Laporan menyebutkan, malam itu halaman diselimuti udara dingin dan kegelapan di mana-mana karena tidak ada penerangan lampu. Hanya melalui sorotan lampu mobil yang sedang lewat secara samar-samar bisa terlihat beberapa orang dengan baju tebal dan berpangku tangan sedang berdiri di samping sejumlah mobil patroli polisi yang diparkir. Pastinya sesekali terdengar suara teriakan dari orang dewasa, dan beberapa suara tangisan anak-anak.

Malam itu, seorang warga mengatakan : “Aparatur sekarang sudah pandai, mereka tidak mau muncul pada siang hari. Lebih memilih beroperasi pada malam hari karena para pekerja itu sudah berada dalam penginapan semua sehingga tidak bisa lari. Lagi pula malam hari sepi wartawan.”

Hari kedua, kampung itu sudah bersih tanpa penghuni, tinggal kamar-kamar yang kosong melompong. Beberapa warga tua di sana mengatakan : “Situasi  ini mengingatkan saya pada zaman pendudukan Jepang, di mana para tentara Jepang masuk kampung, semua penduduk berusaha kabur menghindar”, “Keterlaluan, diperintahkan pergi harus segera pergi, kalau tidak mau, barang-barang miliknya akan dilempar keluar tempat penginapan, kemudian pintu di gembok mereka dan disegel dari luar.”

Dituturkan oleh seorang warga, seorang wanita yang baru 8 hari lalu melahirkan anak juga dipaksa keluar dari penginapan, ia hanya bisa berdiri di bawa udara dingin.

Beruntung pemilik sewaan tidak tega melihatnya kemudian meminta keihlasan petugas untuk membiarkan wanita itu tinggal lagi selama satu malam. Petugas akhirnya menyetujui tetapi dengan syarat besok sudah harus pergi dari sana.

Insiden pengusiran dengan kekerasan juga terjadi malam itu di Kampung Pi yang berjarak sekitar 20 km dari Kampung Tou Er Ying, Chaoyang. Seorang penduduk musiman yang tinggal di sana sempat emosi dan membela diri dengan pisau di tangan untuk melawan petugas. hampir menimbulkan korban.

Laporan mengatakan bahwa tempat kos-kosan yang berada dalam Kampung Tou Er Ying itu di bangun di atas tanah hak milik perorangan, jadi seharusnya tidak termasuk bangunan yang harus dibongkar.

Apartemen-apartemen di Kampung Pi itu memiliki perlindungan terhadap kebakaran, persediaan air bersih dan listrik yang memadai juga pencahayaan dan ventilasi yang baik sesuai kondisi yang dipersyaratkan.

Menurut warga, jadi tujuan pemerintah tak lain adalah mengusir para penduduk musiman keluar dari ibukota bukan karena IMB atau hal lain. (Sinatra/asr)

Sumber : ntdtv