Tidak Ada Kesepakatan DACA untuk Imigran Gelap Anak-Anak di Amerika Tanpa Tembok Perbatasan

EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menegaskan kembali posisi politiknya pada salah satu isu panas imigrasi melalui akun Twitter pada hari Jumat (30/12/2017) waktu setempat.

“Demokrat telah diberi tahu, dan sepenuhnya mengerti, bahwa tidak mungkin ada DACA tanpa TEMBOK yang sangat dibutuhkan di Perbatasan Selatan dan sebuah AKHIR untuk Rantai Migrasi yang Sulit & Sistem Lotre Imamat yang tidak biasa, dan sebagainya. Kita harus melindungi Negara kita dengan segala cara!” kicau Trump.

Tekanannya pada Kongres (MPR) Amerika Serikat ini, adalah untuk mendapatkan keputusan tetap pada kebijakan penerima ‘Deferred Action for Childrenhood Arrivals (DACA)’ pada bulan Maret 2018, setelah Trump membatalkan program DACA pada 5 September 2017.

DACA diperkenalkan melalui perintah eksekutif oleh Presiden Barack Obama pada tahun 2012. Itu adalah tindakan sementara yang memberi penerima izin kerja dua tahun yang dapat diperbarui dan imunitas deportasi (kepada imigran gelap anak-anak). Penerima DACA adalah orang asing yang berusia di bawah 16 tahun, ketika mereka dibawa ke Amerika Serikat secara tidak sah oleh orang tua mereka.

“Sekarang, mari kita (buat) menjadi jelas, ini bukan amnesti, ini bukan kekebalan. Ini bukan jalan menuju kewarganegaraan-ini bukan perbaikan permanen,” kata Obama saat itu.

Trump menggariskan prioritas imigrasi kepada Kongres pada 8 Oktober 2017. Dia mengatakan bahwa reformasi(perbatasan)nya harus disertakan, sebelum kesepakatan amnesti untuk hampir 700.000 penerima DACA dipertimbangkan.

Presiden Donald Trump meninggalkan Gedung Putih dalam perjalanan ke Florida pada 22 Desember 2017. (Charlotte Cuthbertson/The Epoch Times)

Presiden telah secara konsisten mengulangi kebutuhan mendesak untuk mendirikan pagar tinggi sepanjang perbatasan barat daya. Itu adalah garis batas sepanjang 1.997 mil, dimana sebagian besar perdagangan manusia dan narkoba terjadi.

“Kami merekomendasikan pembangunan tembok perbatasan di sepanjang perbatasan selatan, yang akan menjadi alat yang sangat berharga untuk mencegah perdagangan manusia, perdagangan narkoba, dan penyebaran kekerasan kartel yang mematikan,” kata Ron Vitiello, yang bertindak sebagai wakil komisaris Bea Cukai dan Perbatasan, pada 8 Oktober 2017.

Dia menjelaskan, Lokasi di sepanjang perbatasan, seperti San Diego dan Yuma, Arizona, menunjukkan penurunan drastis dalam penyeberangan ilegal setelah pagar dibangun.

“Keberhasilan tembok perbatasan tidak dapat dipungkiri dari sudut pandang operator,” sambung Vitiello.

Secure Fence Act ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden George W. Bush pada tahun 2006. Sebagian, mengarahkan bahwa sekitar 700 mil pagar lapis ganda dibangun di sepanjang perbatasan barat daya.

Pagar yang dibangun dilengkapi dengan sensor, penerangan, dan alat taktis lainnya.

Senator Chuck Schumer (Demokrat/New York) memilih untuk mendukung tindakan tersebut, seperti yang dilakukan saat itu-oleh senator Barack Obama dan Hillary Clinton.

Sistem Berbasis Merit

Trump ingin Kongres mengubah prioritas perpanjangan kebijakan migrasi berbasis keluarga. Dia ingin mengubahnya menjadi migrasi berbasis ketrampilan.

Usulannya menyarankan untuk memperkenalkan sistem berbasis poin untuk pemberian kartu hijau/green card (tempat tinggal permanen yang sah) berdasarkan faktor-faktor yang memungkinkan individu untuk berhasil mengasimilasi dan mendukung diri mereka secara finansial. Itu adalah termasuk tingkat pendidikan, kemampuan bahasa Inggris, dan keterampilan kerja.

Dalam proposalnya, Trump mengatakan migrasi berantai tidak sesuai dengan kepentingan nasional.

“Beberapa dekade (gelombang kedatangan) migrasi dengan keterampilan rendah telah menekan upah, memicu pengangguran, dan sumber daya federal yang sekarat,” kata proposal tersebut.

Sekitar 72 persen dari 1 juta orang yang memperoleh kartu hijau pada tahun 2015 datang berdasarkan koneksi keluarga, menurut Francis Cissna, direktur Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS.

Trump ingin membatasi migrasi keluarga ke pasangan dan anak kecil, dan menghilangkan undian visa. Undian visa mengeluarkan 50.000 kartu hijau setiap tahun kepada peserta dari negara-negara yang memiliki tingkat imigrasi rendah ke Amerika Serikat dalam lima tahun sebelumnya.

“Karena kriterianya sangat rendah, Anda sama sekali tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang sangat sedikit, atau Anda memiliki minimal pendidikan dan tidak memiliki keahlian sama sekali. Dan karena itu lotre, cukup banyak orang di planet yang berasal dari negara kualifikasi bisa memanfaatkan ini,” kata Cissna pada 12 Desember 2017.

Serangan teror baru-baru ini di New York City menyoroti kerentanan dalam migrasi rantai dan sistem undian visa.

Pada 11 Desember 2017, tersangka teroris Akayed Ullah meledakkan bom rakitan yang dia pasang di jalan kereta bawah tanah Midtown Manhattan yang sibuk. Dia menderita luka bakar dan luka di tubuhnya, sementara tiga orang lainnya menderita luka ringan.

Ullah, seorang imigran berusia 27 tahun dari Bangladesh, datang ke Amerika Serikat setelah pamannya memenangkan kartu hijau melalui program undian (lotre) visa beragam. Paman itu membawa adiknya, yang kemudian membawa Ullah yang berusia 20 tahun.

Pada 31 Oktober 2017, di pusat kota Manhattan, Sayist Hassan Habibullaevic Saipov, menabrak pengendara sepeda dengan truk. Dia menewaskan delapan orang dan melukai 11 lainnya sebelum ditembak oleh polisi.

Saipov memenangkan kartu hijau dari keragaman undian visa dan sejak saat itu menjadi kontak utama bagi 23 imigran lainnya, seperti diungkap oleh Trump pada 1 November 2017.

Sejak 9/11, Departemen Kehakiman telah menuntut lebih dari 500 orang untuk pelanggaran terkait terorisme, Jaksa Agung Jeff Sessions mengatakan baru-baru ini. Angka sementara menunjukkan bahwa hampir 75 persen terdakwa tersebut lahir di luar negeri. (waa)