Saat Jokowi Mengenang Pidato Soekarno di Parlemen Pakistan 55 Tahun Silam

Epochtimes.id- Presiden Joko Widodo  berbicara di National Assembly of Pakistan pada Jumat (26/01/2018). Saat berbicara di parlemen Pakistan, Jokowi mengenang ketika Presiden Soekarno berpidato pada 55 tahun silam.

“Lima puluh lima tahun kemudian, Presiden Republik Indonesia kembali mendapatkan kehormatan untuk berbicara didepan Parlemen Pakistan. Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menggelorakan kerja sama kerja sama untuk perdamaian dan kesejahteraan dunia,” kata Presiden lewat keterangan tertulis yang disampaikan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Sabtu (27/01/2018).

Persahabatan Indonesia dan Pakistan bukan persahabatan yang baru terjadi kemarin. Indonesia, kata Presiden, tidak akan lupa akan dukungan rakyat Pakistan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Sebagai wujud penghargaan, pada 17 Agustus 1995, bertepatan dengan perayaan 50 Tahun Kemerdekaan Indonesia Republik Indonesia menganugerahkan Bintang Kelas 1 Adipurna kepada Bapak Bangsa Pakistan, Muhammad Ali Jinnah atas jasa-jasa Almarhum mendukung kemerdekaan Indonesia,” ujar Presiden.

Selain persahabatan banyak sekali kesamaan diantara dua negara. Indonesia dan Pakistan adalah dua negara berpenduduk Muslim yang besar. “Kita sama-sama menjadi negara anggota D-8, sesama negara OKI, sesama negara Non-Blok, kita sama-sama inisiator Konperensi Asia Afrika dan yang tidak kalah penting, kita sama-sama negara demokrasi,” kata Presiden.

Presiden menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Sekitar 87% dari 260 juta penduduk Indonesia, yang berarti 226,2 juta penduduk adalah Muslim.

“Sebagaimana Pakistan, selain rumah untuk umat Islam, Indonesia juga menjadi rumah bagi Umat Hindu, Katolik, Kristen, Buddha dan lainnya. Indonesia adalah negara yang majemuk,” tutur Kepala Negara.

Presiden patut bersyukur bahwa walaupun Indonesia sangat majemuk dengan jumlah penduduk yang cukup besar dengan jumlah pulau yang lebih dari 17.000 dengan 1.340 etnis. Indonesia masih dapat menjaga kesatuannya.

“Bhinneka Tunggal Ika, itulah moto kehidupan berbangsa kami. Kami juga bersyukur bahwa kami dapat menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis,” kata Jokowi.

Semua orang memahami bahwa mengelola kemajemukan bukanlah hal mudah, menjalankan demokrasi juga bukan hal mudah,” kata Presiden.

Jangan Biarkan Dunia Dalam Situasi Konflik

Jokowi mengatakan ekonomi suatu negara, suatu kawasan dapat tumbuh apabila terdapat stabilitas politik dan keamanan. Kegiatan ekonomi tidak akan tumbuh apabila konflik dan bahkan perang terjadi.

“Konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun, saya ulangi konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun. Masyarakat terutama wanita dan anak-anak selalu menjadi pihak yang paling dirugikan dengan adanya konflik dan perang,” kata Kepala Negara.

“Oleh karena itu sudah menjadi komitmen Indonesia untuk turut serta menjaga perdamaian dunia sebagai nett contributor to peace,” tutur Presiden.

Bersama dengan ASEAN, selama 50 tahun terakhir, Indonesia telah bekerja keras untuk menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Asia tenggara.

“Melalui persatuan dan sentralitas ASEAN, Indonesia juga terus berkontribusi menciptakan kawasan Asia pasifik yang stabil dan sejahtera,” kata Presiden.

Di kawasan lebih luas, Indonesia juga ingin terciptanya suatu ekosistem perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik. Menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan pertumbuhan bagi dunia.

Di tingkat global, seperti halnya Pakistan, Indonesia juga merupakan salah satu penyumbang terbesar Pasukan Perdamaian Dunia. Sudah menjadi tekad bagi Indonesia untuk menjadi “True Partner for World Peace”

“Dalam dua tahun ini, Indonesia terus bekerja sama dan memberikan kontribusi untuk mengatasi perbedaan antar negara; membantu kemanusiaan termasuk di wilayah konflik; membantu menjaga keamanan kawasan; mengatasi ancaman kejahatan lintas batas, termasuk perdagangan obat-obatan terlarang, perdagangan manusia dan ancaman terorisme,” ucapnya.

Ancaman radikalisme terorisme terjadi di mana-mana. Bahkan tidak ada satupun negara yang kebal dari ancaman terorisme. Serangan terorisme terjadi di hampir semua negara termasuk di Indonesia dan Pakistan.

Selain itu, Presiden mengingatkan bahwa jutaan generasi muda kehilangan harapan masa depannya. Kondisi yang memprihatinkan ini sebagian terjadi karena kelemahan internal, namun kontribusi faktor eksternal juga tidak sedikit.

“Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus berulang terjadi dan berulang terjadi lagi? Kalau anda bertanya kepada saya, maka saya akan menjawab tidak. Kita tidak boleh membiarkan negara kita terus dalam situasi konflik, kita tidak boleh membiarkan dunia dalam situasi konflik. Penghormatan kita kepada kemanusiaan, kepada humanity seharusnya yang menjadi pemandu kita dalam berbangsa dan bernegara, sekali lagi penghormatan terhadap kemanusiaan,” ucapnya.

Presiden menggarisbawahi bahwa sejarah mengajarkan semua bahwa senjata dan kekuatan militer tidak akan mampu menyelesaikan konflik. Senjata dan kekuatan militer saja, tidak akan mampu untuk menciptakan dan menjaga perdamaian dunia.

“Yang akan terjadi justru persaingan, perlombaan senjata yang akan terus menciptakan ketegangan. Indonesia adalah negara yang pernah mengalami konflik,” kata Presiden.

Presiden menyebutkan bahwa konflik di Aceh telah terjadi lebih 30 tahun dan dengan menggunakan pendekatan militer saja tidak dapat menyelesaikan konflik di Aceh. “Konflik ini selesai dengan negosiasi dengan dialog. Oleh karena itu, habit of dialogue harus terus dikedepankan,” ucap Presiden.

Mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Pakistan Iwan Suyudhie Amri.

Sebelum tiba di National Assembly of Pakistan, Presiden Jokowi terlebih dahulu mengikuti upacara peletakan karangan bunga di Monument Wall of Unsung Heroes.

Saat tiba di National Assembly of Pakistan, Presiden disambut Perdana Menteri Pakistan Shahid Khaqan Abbasi, Ketua Senat dan Ketua Parlemen Pakistan. (asr)