Wawancara dengan Seorang Kolumnis : Tiga Memori Bersama dari Bangsa-bangsa yang Berbeda (Bagian 1-2)

Sound of Hope

Setahun yang baru saja berlalu, baik di Amerika Serikat, di Tiongkok, maupun di seluruh dunia telah terjadi banyak peristiwa besar, bagaimana memahami berbagai peristiwa yang rumit dan simpang siur itu? Bagaimana pula kita harus bersikap menghadapi tahun 2018? Mengapa kita hari ini berada di dalam aliran arus sejarah yang berkepanjangan ini?

Pada malam Natal yang belum lama berlalu, kami mengundang secara khusus Profesor Zhang dari New York, untuk hadir dalam acara dengar audiens akhir tahun stasiun radio Sound of Hope (selanjutnya disingkat: SoH), dan berinteraksi dengan 400 orang peserta audiens kami.

Berikut wawancara khusus dengan Profesor Zhang Tianliang (selanjutnya disingkat: Zhang):

Tiga Ingatan Bersama Bangsa Yang Berbeda

Zhang: Dalam pidato saya pernah membicarakan pandangan ini, bahwa berapa pun banyaknya suku bangsa di seluruh dunia, budaya mereka tidak sama, bahasa mereka tidak sama, bahkan terpisah oleh gunung tinggi atau padang pasir atau lautan, tapi bangsa-bangsa yang berbeda ini, mereka memiliki tiga legenda atau ciri khas yang sama.

Foto:
Nuwa dalam sebuah ilustrasi seniman.

Pertama: Legenda manusia terbuat dari tanah. Bangsa Tionghoa mengatakan manusia dibuat dari tanah oleh Nuwa, bangsa Barat mengatakan Tuhan menciptakan manusia dari tanah liat, mungkin inilah pengetahuan yang cukup umum diketahui khalayak, tapi sebenarnya banyak bangsa minoritas lainnya, entah itu di Afrika, di Amerika Selatan, di Australia, juga memiliki legenda yang sama, yakni legenda manusia itu tercipta dari tanah, inilah satu ingatan bersama bangsa yang berbeda.

Kedua: Ingatan mengenai sebuah banjir besar. Bangsa Tiongkok mengatakan Da Yu mengatasi masalah banjir, di dalam Alkitab dikatakan Nabi Nuh membuat bahtera besar. Berdasarkan perhitungan kalender Ibrani, bahtera Nabi Nuh dibuat pada masa banjir besar yang bertepatan dengan masa Yao Di di Tiongkok.

Jika Anda membaca catatan sejarah Tiongkok, disebutkan terjadi banjir besar mencapai langit pada masa kekuasaan Kaisar Yao (Yao Di), banjir besar itulah yang melanda seluruh dunia.

Penulis kolumnis Zhang Tianliang (Dajiyuan/Epoch Times)

Para akademisi mencari catatan tentang banjir besar dari berbagai suku bangsa seluruh dunia pada masa itu, dan berhasil menemukan 270 kisah serupa, berbagai suku bangsa berbeda, mereka semua sama-sama memiliki catatan tentang banjir besar itu, dan di tengah bencana tersebut semua peradaban bangsa-bangsa itu musnah! Yang tertinggal hanya peradaban bangsa Tiongkok, ini bukan masalah sederhana soal keberuntungan semata, jika bencana banjir itu datang dari Tuhan, mengapa sang Pencipta hanya menyisakan negeri Tiongkok? Sementara peradaban lain musnah, justru kebudayaan Tiongkok itulah yang sebenarnya memiliki makna mendalam tersendiri.

Ketiga: Suku bangsa yang berbeda semuanya memiliki ciri khas ini, yakni menantikan kehadirannya Tuhan. Seperti di dalam Alkitab dikatakan datangnya hari kiamat peradilan, juga di dalam kitab suci Buddha, di saat Bunga Udumbara mengembang berarti Raja Dharma Pemutar Roda telah datang kembali ke dunia; suku Maya mengatakan saat 13 tengkorak kristal terkumpul, itulah saatnya Tuhan turun ke dunia; dalam agama Yahudi dikatakan, bangkitnya negara Israel adalah malam sebelum kiamat peradilan itu.

Masih banyak bangsa lain yang meninggalkan legenda serupa, yang mengatakan suatu hari nanti Tuhan akan datang kembali.