Wawancara dengan Seorang Kolumnis : Tiga Memori Bersama dari Bangsa-bangsa yang Berbeda (Bagian 1-2)

Saya merangkum tiga kesamaan dari suku bangsa yang berbeda ini dengan enam kata, yang pertama adalah ‘asal-muasal’, yakni manusia diciptakan Tuhan; yang kedua adalah ‘hikmah’, mengapa terjadi banjir besar pada waktu itu? Karena di berbagai tempat yang berbeda moralitas manusia telah merosot, karena Tuhan tidak mengijinkan moral manusia terus merosot maka diciptakanlah banjir besar itu; yang ketiga adalah ‘harapan’, yakni Tuhan akan datang.

Jadi asal-muasal, hikmah dan harapan, mengapa saya mengemukakan tiga permasalahan ini? Maksudnya adalah suku bangsa yang berbeda-beda, disaat peradaban mereka dihancurkan, semua kebudayaan mereka telah dibuang, catatan sejarah yang mencakup seluruh bangsa bahkan wadah/peralatan yang dipakai dalam hidup sehari-hari, teknologi, semuanya musnah, namun yang tersisa adalah legenda ini, jadi dengan kata lain segala sesuatu tidak diperlukan lagi, dan hanya tiga hal yang masih melekat dalam ingatan, yakni: manusia adalah ciptaan Tuhan, moral manusia merosot maka Tuhan akan menghukum, dan di masa mendatang Tuhan akan datang lagi.

Zhang: Mengapa hal itu sangat penting? Sebetulnya ia berkaitan dengan manusia zaman sekarang, termasuk Tiongkok, Anda akan melihat kenapa kebudayaan Tiongkok begitu berharga, yakni peradaban lain telah musnah, hanya peradaban Tiongkok yang masih bisa dipertahankan.  

Kedua adalah, hanya Tiongkok yang mencatat 5000 tahun sejarah yang tidak terputus, jika bertanya kepada suku bangsa lain apakah yang telah terjadi pasca Air Bah? Tidak tahu. Setelah Banjir Besar itu, akan terjadi apakah di kemudian hari? Ramalan sejarah itulah mereka tidak memilikinya.

Sedangkan di Tiongkok, hal itu sudah dimulai sejak Lima Kaisar (Wu Di), jadi pra Air Bah saja sudah eksis pencatatan sejarah yang otentik. Kaisar Xuanyuan adalah pencipta peradaban bangsa Tionghoa sebelum kehadiran kaisar Yao.

Pejabat Sejarah yang selalu mendampingi sang kaisar, telah mencatat dengan rinci keseluruhan sejarah yang hingga kini tidak pernah terputus. Artinya adalah, ia merupakan satu-satunya peradaban yang berusia 5000 tahun.  

Ada satu hal lagi yang tidak dimiliki oleh bangsa lain yakni fenomena ramalan yang selalu hadir di setiap dinasti/zaman sejarah Tiongkok. Yang disebut ramalan adalah akan terjadi apakah di masa depan, seperti yang tertuang pada kitab-kitab: Ma Qian Ke, Tui Bei Tu, Mei Hua Shi, Shao Bing Ge dan lain-lain, yang secara berkesinambungan menceritakan kepada orang Tionghoa akan terjadi apakah kelak, disitulah letak kekhususan peradaban Tionghoa.

Peradaban Tionghoa pun telah mengalami banyak bencana, Air Bah hanyalah salah satunya, termasuk agresi dari etnis minoritas dari luar, dan banyak lagi bencana musibah yang terjadi dalam sejarah.

Namun, bagaimanapun, kebudayaan bangsa ini telah terwariskan, jika dikatakan segala sesuatu ada di dalam genggaman sang Pencipta, kebudayaan bangsa ini telah dipertahankan itu menandakan ia memiliki suatu makna khusus.